Penyakit Alzheimer, yang dikenal sebagai penyebab utama penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir pada orang lanjut usia, telah lama dikaitkan dengan penumpukan plak amiloid dan protein tau di otak.
Namun, penelitian terbaru justru mengungkap bahwa peradangan, khususnya yang terjadi di dalam sistem saraf pusat bisa jadi adalah akar utama dari proses kerusakan otak ini.
Neuroinflamasi: Bukan Sekadar Reaksi Sekunder
Secara historis, peradangan dalam konteks Alzheimer dianggap sebagai respons sekunder terhadap penumpukan amiloid. Akan tetapi, riset mutakhir menunjukkan bahwa proses peradangan bisa muncul sebelum tanda-tanda klasik Alzheimer muncul. Namun sekarang, peradangan justru dianggap sebagai penyebab awal yang memicu dan memperparah kondisi ini.
Mikroglia, sel imun bawaan yang berada di otak, memegang peran ganda. Di awal, mereka berfungsi melindungi otak. Namun, jika aktivasi ini berlangsung lama, mikroglia bisa berubah menjadi sumber kerusakan. Dr. Elena M. Rojas, seorang ahli saraf dari University of California, menyatakan, “Disregulasi mikroglia kini dipandang sebagai pusat dari patogenesis Alzheimer. Keseimbangan antara perlindungan dan toksisitas sangat bergantung pada perubahan fenotipe mikroglia.”
Mekanisme Molekuler yang Menghubungkan Peradangan dan Alzheimer
Aktivasi Mikroglia dan Pelepasan Sitokin
Mikroglia mengenali penumpukan amiloid-beta melalui sensor seperti TREM2 dan CD33. Ketika diaktifkan, mereka melepaskan berbagai zat proinflamasi seperti sitokin (contohnya IL-1β, TNF-α, IL-6), kemokin, dan spesies oksigen reaktif. Meskipun bertujuan untuk membersihkan amiloid, aktivasi kronis ini justru merusak sel-sel saraf, mengurangi koneksi antar neuron, serta merusak sawar darah otak.
Penelitian terkini menyoroti peran inflammasom NLRP3 sebuah kompleks protein dalam mikroglia sebagai mediator penting dalam peradangan kronis di otak penderita Alzheimer. Aktivasi inflammasom ini menyebabkan peningkatan IL-1β dan IL-18, dua zat inflamasi yang memperburuk degenerasi saraf.
Peran Astrosit dan Sistem Komplemen
Selain mikroglia, astrosit juga berkontribusi dalam peradangan dengan melepaskan mediator inflamasi dan berinteraksi dengan mikroglia. Sistem komplemen biasanya dikenal sebagai bagian dari sistem imun bawaan ternyata juga terlibat dalam proses penghapusan sinaps yang tidak diinginkan di otak. Namun, aktivasi sistem ini yang tidak terkontrol justru dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif.
Peradangan Sistemik dan Alzheimer: Hubungan Dua Arah yang Mengejutkan
Penelitian menunjukkan bahwa peradangan di seluruh tubuh, seperti yang terjadi pada penderita diabetes atau penyakit jantung, dapat memperparah peradangan di otak. Zat-zat inflamasi dari luar otak bisa masuk melalui sawar darah otak yang rusak, dan memperkuat aktivasi mikroglia.
Menariknya, peradangan otak akibat Alzheimer juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh secara menyeluruh. Fenomena ini menunjukkan adanya hubungan dua arah antara otak dan sistem imun tubuh, yang membuat pengelolaan peradangan sistemik menjadi krusial dalam perawatan penderita Alzheimer.
Kemajuan Terapi yang Menargetkan Peradangan Otak
Modulasi peradangan otak melalui pengobatan kini menjadi fokus utama dalam pengembangan terapi Alzheimer. Beberapa uji klinis sedang berlangsung, termasuk terapi yang menargetkan jalur sinyal sitokin (seperti agen anti-IL-1β), penghambat inflammasom NLRP3, dan obat-obatan yang mampu mengubah fenotipe mikroglia dari proinflamasi menjadi pelindung.
Dr. Steven L. Kim dari Pusat Penelitian Alzheimer Mayo Clinic menyebutkan, “Memanfaatkan kemampuan adaptif sistem kekebalan untuk mengalihkan mikroglia dari mode merusak ke mode perlindungan dapat mengubah arah pengobatan Alzheimer secara keseluruhan.”
Selain pendekatan farmakologis, strategi non-obat seperti perubahan gaya hidup yang mampu menurunkan peradangan sistemik juga mulai mendapat perhatian. Namun, efek langsung dari pendekatan ini terhadap peradangan otak masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Tantangan dan Arah Penelitian di Masa Depan
Meski berbagai kemajuan telah dicapai, mengubah strategi antiinflamasi menjadi terapi efektif untuk Alzheimer bukanlah hal mudah. Perbedaan respons peradangan antar individu, waktu yang tepat untuk intervensi, serta pemilihan pasien yang sesuai menjadi faktor krusial yang harus dipertimbangkan.
Pengembangan biomarker baru untuk mendeteksi peradangan otak, seperti pencitraan PET untuk mikroglia aktif dan analisis profil sitokin di cairan otak, berpotensi menyempurnakan diagnosis serta memantau efektivitas terapi.
Peradangan otak kini dipahami sebagai komponen utama dalam penyebab multifaktorial penyakit Alzheimer. Mengakui bahwa peradangan adalah pemain aktif, bukan hanya reaksi pasif, membuka jalan baru dalam penelitian dan pengobatan. Diperlukan kerja sama lintas disiplin untuk mengurai kompleksitas keterlibatan sistem imun dalam Alzheimer dan mengembangkan terapi yang mampu menekan kerusakan saraf sambil mempertahankan fungsi otak secara optimal.
simak video "mengenal gejala penyakit Alzheimer"
video by "KOMPASTV"