Hiu merupakan salah satu makhluk yang masih mampu menakutkan manusia hingga saat ini.
Meskipun ancaman serangan hiu tetap ada, fakta menariknya adalah ancaman yang ditimbulkan manusia terhadap hiu jauh lebih besar dibandingkan ancaman dari hiu terhadap manusia.
Baru-baru ini, terjadi serangkaian serangan hiu di perairan Long Island, New York, yang membuat banyak orang merasa khawatir. Ketika drone diterjunkan untuk menyelidiki, ditemukan sekitar 50 hiu berenang dekat pantai. Namun, apakah benar kita harus takut pada hiu?
Pada 23 Juli, CNN melaporkan bahwa tahun ini merupakan perayaan "Shark Week" yang ke-35, acara tahunan dari Discovery Channel yang bertujuan untuk lebih mengenalkan hiu kepada masyarakat. Pada acara kali ini, aktor Hollywood sekaligus aktivis lingkungan Jason Momoa, yang terkenal lewat perannya sebagai "Aquaman," diundang untuk memandu acara tersebut. Tujuan utamanya adalah mengedukasi masyarakat mengenai peran penting hiu di ekosistem laut dan pentingnya keberadaan mereka bagi kesehatan "planet biru" kita.
Ada lebih dari 500 spesies hiu yang ditemukan di seluruh dunia. Beberapa di antaranya sangat besar, seperti hiu paus yang ukurannya bisa mencapai panjang bus sekolah, sementara ada juga spesies yang sangat kecil, seperti hiu lentera kerdil yang ukurannya lebih kecil dari telapak tangan manusia.
Namun, meski banyak spesies hiu yang masih bertahan hingga kini, mereka menghadapi ancaman besar. Salah satu faktor utama yang mengancam keberadaan mereka adalah perburuan untuk mengambil sirip hiu. Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature pada 2021, populasi hiu dan pari mengalami penurunan drastis hingga 71,1% antara tahun 1970 hingga 2018. Bahkan, tiga perempat spesies hiu saat ini terancam punah.
Penurunan populasi hiu di berbagai belahan dunia mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut. Di Australia, misalnya, hiu harimau merupakan predator utama di perairan. Mereka memangsa penyu hijau, burung laut, dan ikan kunir yang biasanya hidup di kawasan padang lamun. Ketika ekosistem berada dalam kondisi seimbang, padang lamun dapat tumbuh subur dan membentuk habitat yang aman bagi berbagai spesies ikan muda, udang, dan krustasea lainnya.
Padang lamun juga berfungsi sebagai penyerap karbon dari atmosfer, yang membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, jika padang lamun mati dalam jumlah besar, karbon yang tersimpan di dasar laut akan dilepaskan kembali ke atmosfer, memperburuk pemanasan global. Di sini, peran predator seperti hiu menjadi sangat penting. Hiu harimau, misalnya, memangsa penyu hijau, yang membatasi jumlah populasi mereka, sehingga mencegah penyu terlalu banyak memangsa lamun. Hal ini menjaga kelestarian padang lamun dan berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
Selain itu, kematian alami seekor hiu juga memberikan kontribusi bagi ekosistem laut. Seperti halnya paus yang meninggalkan jejak di dasar laut dengan apa yang dikenal sebagai "whale fall," hiu juga memiliki peran yang serupa, yang disebut "shark fall." Dalam sebuah pengamatan yang dilakukan oleh para ilmuwan, mereka menemukan tubuh hiu paus dan beberapa ray besar di dasar laut di kedalaman 1.200 meter di perairan Angola, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi komunitas bawah laut yang hidup di kedalaman tersebut.
Hiu bukanlah makhluk yang baru muncul di bumi. Menurut Katharine Macdonoald, seorang ahli biologi kelautan dari University of Miami, hiu pertama kali muncul sekitar 450 juta tahun yang lalu, jauh sebelum pohon-pohon pertama tumbuh dan bahkan lebih tua dari dinosaurus. Ini berarti hiu telah ada selama lebih dari 90 juta tahun sebelum pohon pertama muncul di bumi, dan 190 juta tahun sebelum dinosaurus berkembang.
Dalam sejarah evolusi kehidupan di bumi, kehidupan telah mengalami lima kepunahan massal yang memusnahkan sebagian besar spesies. Kepunahan pertama terjadi sekitar 440 juta tahun yang lalu, pada akhir periode Ordovisium, yang menyebabkan 85% spesies punah. Kepunahan kedua terjadi pada akhir periode Devonian sekitar 365 juta tahun yang lalu dan mempengaruhi kehidupan laut. Kepunahan ketiga, yang terjadi pada akhir periode Permian sekitar 250 juta tahun yang lalu, adalah yang terbesar, dengan 96% spesies punah, termasuk 90% organisme laut. Kepunahan keempat terjadi sekitar 195 juta tahun yang lalu di akhir periode Trias, dan kepunahan kelima, yang paling terkenal, terjadi sekitar 65 juta tahun yang lalu pada akhir periode Cretaceous, yang mengakhiri era dinosaurus.
Meskipun menghadapi lima kepunahan massal yang memusnahkan sebagian besar kehidupan di bumi, hiu tetap bertahan. Meskipun jumlah spesies mereka berkurang drastis, saat ini masih ada sekitar 500 spesies hiu yang bertahan hidup di lautan. Ketangguhan ini menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Hiu bukan hanya predator yang menakutkan, tetapi mereka adalah bagian integral dari kesehatan ekosistem laut. Mereka berperan dalam menjaga keseimbangan populasi spesies lain dan membantu mengontrol pertumbuhan alga dan lamun yang berperan sebagai penyerap karbon. Menghentikan perburuan hiu dan melindungi habitat mereka adalah langkah penting untuk menjaga kelestarian lautan dan mencegah kerusakan ekosistem yang lebih luas.
Dengan adanya peringatan dari acara seperti Shark Week, kita diharapkan semakin sadar akan pentingnya melestarikan hiu demi kelangsungan hidup planet ini. Mari kita dukung upaya konservasi dan lindungi makhluk laut yang telah bertahan selama ratusan juta tahun ini!