Belakangan ini, diet tinggi protein semakin populer di kalangan masyarakat. Mulai dari pelatih gym hingga influencer media sosial, semua tampak berlomba-lomba mendorong konsumsi lebih banyak ayam, telur, tahu, dan protein shake.
Namun, pertanyaannya adalah: Apakah diet tinggi protein ini benar-benar cocok untuk semua orang, atau hanya tren yang pas untuk sebagian kecil saja? Yuk, kita kupas tuntas bersama dan temukan jawabannya!
Kenapa Protein Jadi Primadona?
Protein memang sangat penting bagi tubuh. Nutrisi ini berperan besar dalam membangun otot, memperbaiki jaringan, menjaga sistem imun, dan membuat rasa kenyang bertahan lebih lama. Karena itulah, protein sering direkomendasikan bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan atau meningkatkan massa otot. Sumber protein yang umum dikonsumsi antara lain ikan, telur, kedelai, kacang-kacangan, dan produk olahan nabati.
Tak jarang terdengar bahwa menambah asupan protein dapat meningkatkan metabolisme dan mengendalikan nafsu makan. Memang benar, protein cenderung memberi rasa kenyang yang lebih lama dibandingkan karbohidrat atau lemak. Namun, perlu diingat bahwa menambah protein secara berlebihan belum tentu memberikan manfaat yang lebih besar.
Siapa yang Paling Diuntungkan dengan Diet Tinggi Protein?
Beberapa kelompok orang bisa mendapatkan manfaat nyata dari pola makan tinggi protein. Misalnya, individu yang aktif bergerak, sedang dalam masa pemulihan setelah sakit, atau ingin membentuk otot. Para atlet, binaragawan, dan pasien yang menjalani rehabilitasi fisik sering mengikuti pola makan kaya protein untuk mendukung proses pemulihan dan pertumbuhan otot.
Selain itu, orang yang sudah berusia lanjut juga dapat mengambil manfaat dengan meningkatkan asupan protein sedikit lebih banyak. Guna mencegah hilangnya massa otot yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia. Namun, jumlah protein yang dibutuhkan setiap orang tetap berbeda dan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Bahaya Jika Protein Dikonsumsi Berlebihan
Mengonsumsi protein secara berlebihan, terutama dari suplemen atau sumber hewani yang dominan, bisa memberikan beban ekstra pada ginjal. Ini menjadi perhatian penting bagi mereka yang sudah memiliki masalah kesehatan ginjal. Bagi sebagian orang dengan kondisi kesehatan tertentu, pola makan yang seimbang jauh lebih disarankan daripada hanya fokus pada protein saja.
Selain itu, terlalu menekankan protein bisa membuat asupan nutrisi lain seperti serat, vitamin, dan karbohidrat sehat menjadi terabaikan.
Apakah Protein Nabati Sudah Cukup?
Seringkali muncul kekhawatiran soal protein nabati seperti dari lentil, kacang-kacangan, quinoa, dan tahu apakah sudah memenuhi kebutuhan asam amino esensial. Memang benar, sebagian besar sumber protein nabati tidak mengandung semua asam amino esensial secara lengkap. Namun, jika Anda mengombinasikan berbagai jenis makanan nabati, misalnya kacang-kacangan dengan beras, biasanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh.
Ini menjadi kabar baik khususnya bagi yang memilih gaya hidup berbasis tanaman atau menghindari produk olahan susu.
Berapa Banyak Protein yang Dibutuhkan Tubuh?
Kebanyakan ahli menyarankan konsumsi protein sekitar 0,8 hingga 1,2 gram per kilogram berat badan untuk orang dewasa rata-rata. Artinya, jika berat tubuh Anda sekitar 60 kg, kebutuhan protein harian berkisar antara 48 hingga 72 gram. Jumlah ini tidak terlalu besar, dan kebanyakan orang sudah bisa memenuhi kebutuhan tersebut hanya dengan pola makan sehari-hari.
Bagi mereka yang rutin berolahraga berat atau latihan kekuatan, kebutuhan protein mungkin sedikit lebih tinggi. Namun, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi sebelum melakukan perubahan signifikan.
Tanda-Tanda Konsumsi Protein Berlebihan
Jika tubuh mulai menunjukkan gejala seperti rasa lelah berlebihan, gangguan pencernaan seperti perut kembung, bau mulut yang tidak sedap (sering terjadi pada diet rendah karbohidrat dan tinggi protein), serta sering buang air kecil, bisa jadi ini tanda bahwa asupan protein sudah terlalu banyak. Tubuh memberikan sinyal agar Anda menyeimbangkan kembali pola makan.
Jawabannya: Tidak selalu. Diet tinggi protein memang bisa memberikan manfaat besar untuk sebagian orang, tapi tidak untuk semua. Faktor usia, tingkat aktivitas, kondisi kesehatan, dan tujuan pribadi sangat berperan menentukan apakah pola makan ini cocok atau tidak.
Daripada mengikuti tren secara membabi buta, lebih baik mendengarkan tubuh, memperhatikan pola makan secara keseluruhan, dan jika perlu, konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional.