Bayangkan sejenak, meninggalkan hiruk-pikuk gedung pencakar langit demi menyusuri teras batu kuno yang tersembunyi jauh di dalam hutan liar Kolombia.


Trek menuju Ciudad Perdida, atau Kota yang Hilang, bukan sekadar pendakian biasa, ini adalah perjalanan selama empat hari penuh tantangan, melintasi pegunungan berkabut, desa-desa suku asli, dan sungai deras yang menguji keberanian.


Ini bukan liburan santai, melainkan petualangan murni dan tanpa filter yang hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar siap menghadapi kerasnya alam. Jika Anda siap mengungkap rahasia Teyuna, jantung suci peradaban Tayrona, mari mulai perjalanan ini.


Persiapan Sebelum Pendakian


Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memesan tur resmi yang berlisensi, ini wajib untuk memasuki wilayah taman nasional dan menghormati tanah adat Suku Kogui. Biaya perjalanan selama 4 hari 3 malam berkisar antara $350–$450, termasuk makanan, penginapan dengan hammock berkelambu, pemandu lokal, dan bantuan transportasi barang dengan bagal.


Anda akan mendarat di Santa Marta, kota gerbang menuju trek ini. Dari sana, perjalanan darat selama sekitar 2,5 jam dengan kendaraan 4x4 (sekitar $15–$20) akan membawa Anda ke titik awal di desa El Mamey.


Tips penting: Mulailah melatih stamina jauh-jauh hari, terutama untuk mendaki tanjakan curam sambil membawa beban. Siapkan pakaian cepat kering, sepatu gunung berkualitas, obat antiserangga, dan tas tahan air. Booking sebaiknya dilakukan 3–6 bulan sebelumnya, apalagi saat musim ramai (Desember–Maret dan Juli–Agustus).


Hari Pertama: Memasuki Alam Liar


Perjalanan dimulai saat matahari baru terbit. Setelah melewati jalanan berlubang menuju El Mamey, Anda akan bertemu pemandu dwibahasa, penyelamat Anda di tengah hutan. Trek hari pertama langsung menguji mental: jalur berlumpur, udara lembap yang menusuk, dan tanjakan-turunan yang disebut penduduk setempat sebagai “datar Kolombia” yang artinya jauh dari datar.


Tengah hari, Anda akan mencapai Sungai Buritaca. Jika air sungai sedang tinggi, bersiaplah untuk pengalaman ekstrem: menyebrangi arus deras yang bisa mencapai dada, terkadang dengan membentuk rantai manusia. Pengalaman ini langsung menciptakan kebersamaan dalam kelompok.


Sore hari, Anda tiba di Kamp Adán. Hammock menggantung di bawah jaring nyamuk, dan makan malam sederhana berupa ikan goreng, nasi, dan pisang goreng terasa seperti jamuan mewah. Malam disambut dengan suara serangga hutan dan hewan malam, menciptakan irama alam yang menenangkan.


Hari Kedua: Bertemu Suku Kogui


Pagi-pagi sekali, pendakian berat dimulai lagi, kali ini menembus rimbunnya hutan heliconia. Pemandangan yang tersaji sangat menakjubkan, lembah hijau tertutup kabut, puncak gunung yang seolah menghilang dalam awan.


Kemudian, Anda akan tiba di perkampungan suku Kogui. Masyarakat ini hidup dalam harmoni dengan alam dan memiliki filosofi hidup yang mendalam. Pengunjung diminta untuk menghormati dan mengamati dengan tenang. Anak-anak kecil sering terlihat mengintip malu-malu dari balik ibunya, membawa tas rajutan tangan berwarna-warni yang menjadi simbol budaya mereka. Jangan mengambil foto tanpa izin, ini adalah tempat tinggal mereka, bukan pertunjukan.


Setelah itu, sungai yang jernih menanti. Anda bisa langsung menyelam, membilas peluh dan lumpur yang menempel. Makan siang kali ini berupa ayam kukus, lentil, dan buah segar, sangat mengenyangkan sebelum melanjutkan ke tantangan berikutnya: menyeberangi jembatan gantung di atas jurang yang membuat jantung berdebar.


Hari Ketiga: Mendekati Kota yang Hilang


Kamp terakhir sebelum mencapai kota kuno adalah Paraíso Teyuna, yang benar-benar terasa seperti surga. Sungai Buritaca mengalir di dekatnya, cocok untuk berendam cepat yang menyegarkan.


Makan malam penuh karbohidrat pasta, nasi, dan kacang-kacangan disiapkan untuk menghadapi bangun pukul 3:30 pagi keesokan harinya. Dalam kegelapan malam yang bertabur bintang, Anda akan memulai pendakian melalui 1.200 anak tangga batu yang licin dan penuh lumut. Fokus dan kehati-hatian menjadi sangat penting.


Hari Keempat: Mengungkap Ciudad Perdida


Saat fajar menyingsing, teras batu pertama mulai tampak. Begitu Anda memasuki plaza utama, pemandangan yang muncul sungguh tak terlupakan: lingkaran batu kuno yang diselimuti kabut, dikelilingi oleh pegunungan hijau yang seolah tak berujung.


Pemandu akan menceritakan kisah tentang suku Tayrona, yang membangun kota ini sekitar tahun 800 Masehi. Menyusuri jejak mereka di antara reruntuhan yang masih berdiri kokoh, Anda akan merasakan seolah-olah berjalan melewati lorong waktu. Ini bukan sekadar pendakian, tetapi sebuah perjalanan spiritual melintasi sejarah dan alam liar.


Perjalanan Pulang: Penuh Kenangan


Trek kembali ke El Mamey membawa rasa campur aduk. Jalur yang kemarin terasa berat, kini terasa lebih ringan. Namun, perasaan perpisahan mulai muncul. Setibanya di desa, rombongan saling berpelukan dan tertawa meski pakaian penuh lumpur. Anda meninggalkan tempat ini dalam kondisi lelah luar biasa, tapi dengan jiwa yang terisi penuh.


Ciudad Perdida bukan untuk semua orang. Ini adalah ujian fisik, pengalaman budaya yang mendalam, dan perjalanan yang bisa mengubah pandangan hidup. Luka dan pegal akan sembuh, tapi kenangan tentang kabut yang menyelimuti kota kuno, senyuman anak-anak Kogui, dan suara hutan yang menemani malam Anda, akan tetap hidup selamanya.


Jadi, pertanyaannya: Apakah Anda siap menukar kenyamanan dengan petualangan sejati? Ciudad Perdida menanti di jantung hutan Kolombia. Ikat sepatu Anda, latih diri Anda, dan bersiaplah menembus dunia yang telah lama terlupakan.