Di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat, hadirnya kecerdasan buatan generatif seperti ChatGPT telah mengubah cara dunia melihat proses penerjemahan.
Tak hanya cepat, AI generatif ini mampu memahami konteks, meniru gaya bahasa, dan belajar dari berbagai contoh teks. Bahkan meski tidak secara khusus dirancang sebagai alat penerjemah, performa AI generatif dalam menerjemahkan bahasa telah mengejutkan banyak pihak.
Namun, apakah kehadiran teknologi ini cukup untuk menghapus peran penerjemah profesional? Jawabannya tegas: tidak. Kecanggihan AI memang menarik, tetapi ketika berbicara tentang penerjemahan, ada banyak hal penting yang masih membutuhkan keahlian manusia.
Sentuhan Manusia Masih Jadi Kunci
AI seperti ChatGPT mungkin terdengar alami dan fasih saat menghasilkan terjemahan, tetapi jangan terkecoh. Tanpa pengawasan manusia, hasil terjemahan bisa mengandung kesalahan fatal. Kesalahan kecil saja dalam penerjemahan bisa berdampak besar, terutama dalam dokumen penting seperti kontrak, panduan medis, atau komunikasi bisnis internasional. Oleh karena itu, keterlibatan editor, ahli bahasa, dan insinyur prompt sangat diperlukan untuk menyempurnakan hasil terjemahan.
AI seharusnya dilihat sebagai asisten, bukan pengganti. Kehadirannya mempercepat proses, tetapi tetap memerlukan pengawasan ketat dari para profesional.
Berikut ini adalah empat alasan utama mengapa penerjemah profesional tetap dibutuhkan, meskipun teknologi AI terus berkembang.
1. Penerjemahan Lebih dari Sekadar Mengganti Kata
Banyak yang mengira penerjemahan hanyalah soal mengganti kata dari satu bahasa ke bahasa lain. Padahal, proses ini jauh lebih kompleks. Penerjemahan melibatkan perencanaan, koordinasi, dan beberapa tahap revisi. Seorang penerjemah profesional juga harus mengelola file, mencatat perubahan, dan menangani masukan dari klien.
Perusahaan jasa penerjemahan bahkan memiliki sistem manajemen terjemahan (TMS) untuk menjaga proses tetap terstruktur, terutama saat menangani proyek besar dengan volume konten yang tinggi. Beberapa TMS bahkan terhubung langsung dengan sistem manajemen konten (CMS) milik klien, sehingga proses menjadi lebih cepat dan efisien.
Sebagai contoh, Lionbridge menggunakan platform Language Cloud™ yang memadukan teknologi AI dengan keahlian manusia, memungkinkan klien untuk menghemat waktu sekaligus menjaga kualitas tetap tinggi.
2. AI Tidak Bisa Menjaga Suara Merek Anda
Setiap merek memiliki identitas suara yang khas. Konsistensi dalam penyampaian pesan sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman di berbagai pasar internasional. Namun, AI belum bisa sepenuhnya menangkap dan mempertahankan nuansa ini.
Jika terjemahan yang dihasilkan tidak sesuai dengan gaya dan suara merek Anda, pelanggan bisa menjadi bingung atau bahkan kehilangan kepercayaan. Di sinilah peran manusia sangat dibutuhkan. Tim penerjemah profesional akan menyusun glosarium dan panduan gaya khusus untuk memastikan semua pesan terdengar alami namun tetap setia pada identitas merek Anda.
Dengan bantuan manusia, AI dapat diarahkan untuk menghasilkan terjemahan yang tidak hanya benar secara tata bahasa, tetapi juga relevan secara emosional dan komunikatif.
3. AI Kurang Pengetahuan Mendalam tentang Industri Tertentu
Beberapa industri memerlukan keahlian sangat spesifik, seperti bidang hukum atau ilmu kehidupan (life sciences). Dalam bidang hukum, misalnya, satu kata saja bisa mengubah arti keseluruhan kontrak. Terjemahan hukum harus akurat dan sejalan dengan hukum yang berlaku di wilayah tertentu.
AI belum mampu memahami perbedaan sistem hukum di berbagai negara, dan tidak selalu dapat mengikuti perkembangan peraturan terbaru. Oleh karena itu, penerjemah hukum biasanya memiliki latar belakang pendidikan hukum dan pengalaman bertahun-tahun di lapangan.
Hal serupa terjadi di bidang medis. Penerjemah harus memahami istilah terbaru dan peraturan yang berlaku. AI memang bisa mengambil informasi, tetapi belum mampu memilah istilah mana yang paling tepat atau sedang berlaku. Di sinilah peran manusia penting untuk membuat glosarium industri dan menjaga konsistensi bahasa.
4. AI Gagal Menangkap Nuansa Budaya
Bahasa tidak pernah terlepas dari budaya. Sebuah ungkapan yang lucu di satu negara bisa saja terdengar aneh atau bahkan menyinggung di negara lain. AI belum sepenuhnya mampu membaca konteks sosial dan budaya lokal.
Penerjemah profesional memahami perbedaan ini dan mampu menyesuaikan pesan sesuai dengan norma budaya setempat. Mereka tahu kapan harus menggunakan bahasa formal atau kasual, bagaimana menerjemahkan humor, serta bagaimana menyisipkan referensi budaya populer yang relevan. Hal ini penting agar pesan Anda tidak hanya dimengerti, tetapi juga terasa dekat dan diterima oleh audiens lokal.
AI generatif memiliki peran besar sebagai alat bantu yang sangat efisien. Ia mampu mempercepat proses dan menghasilkan draf awal dengan cepat. Namun, untuk mencapai tingkat akurasi, nuansa, dan kepekaan budaya yang dibutuhkan dalam komunikasi global, peran manusia masih sangat penting.
Menggunakan pendekatan hybrid, menggabungkan kekuatan AI dan kecermatan manusia adalah strategi terbaik saat ini. Anda bisa mendapatkan kecepatan dari AI dan kualitas dari para ahli bahasa.
Jika Anda ingin menjangkau pasar internasional dengan percaya diri dan kualitas terbaik, mengandalkan penerjemah profesional tetap menjadi pilihan yang tak tergantikan, meskipun teknologi terus maju.