Migrain hemiplegik adalah kondisi neurologis langka yang sangat kompleks, di mana seseorang mengalami migrain yang disertai dengan kelumpuhan sementara atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Sindrom yang melemahkan ini, meskipun memiliki beberapa kesamaan dengan migrain biasa, memiliki tantangan tersendiri dalam hal diagnosis dan penanganannya.
Gejalanya yang melibatkan sistem saraf pusat membuatnya sulit dibedakan dari kondisi neurologis lain yang lebih serius.
Migrain hemiplegik adalah serangan migrain yang disertai dengan hemiplegia, yaitu kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gejala migrain ini sering kali diikuti dengan aura migrain lainnya, seperti gangguan penglihatan, perubahan sensori, kesulitan berbicara, dan gangguan kognitif. Kelumpuhan ini biasanya berlangsung antara beberapa jam hingga beberapa hari, namun dapat pulih sepenuhnya.
Penting untuk dicatat bahwa dalam beberapa kasus, kelumpuhan ini bisa muncul tanpa diiringi dengan sakit kepala. Dalam serangan migrain hemiplegik, sakit kepala bisa muncul sebelum atau setelah kelumpuhan, atau bahkan tidak muncul sama sekali pada beberapa individu.
Migrain hemiplegik dapat dibagi menjadi dua jenis: migrain hemiplegik keluarga (FHM) dan migrain hemiplegik sporadis (SHM). Migrain hemiplegik keluarga (FHM) diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh mutasi pada beberapa gen yang sudah teridentifikasi, antara lain:
- Gen CACNA1A (FHM tipe 1)
- Gen ATP1A2 (FHM tipe 2)
- Gen SCN1A (FHM tipe 3)
- Variasi pada gen PRRT2 juga baru-baru ini ditemukan berkaitan dengan kondisi ini.
Gen-gen ini berperan penting dalam fungsi saluran ion pada neuron, seperti saluran kalsium dan natrium, yang berfungsi untuk mengatur sinyal listrik di otak. Mutasi pada gen-gen ini menyebabkan aliran ion yang tidak normal, yang akhirnya memicu eksitabilitas neuron yang abnormal dan patofisiologi migrain.
Sementara itu, migrain hemiplegik sporadis (SHM) juga menunjukkan gejala yang serupa namun tanpa riwayat keluarga, dan mungkin disebabkan oleh mutasi spontan atau penyebab yang belum diketahui.
Untuk mendiagnosis migrain hemiplegik, diperlukan identifikasi gejala-gejala khas, di antaranya:
- Kelemahan atau kelumpuhan sementara yang sepenuhnya dapat pulih pada satu sisi tubuh (hemiplegia).
- Setidaknya satu gejala aura lainnya, seperti gangguan penglihatan, sensori, kesulitan berbicara, atau gangguan pada otak.
- Gejala yang berkembang secara bertahap selama beberapa menit dan berlangsung hingga 72 jam untuk gejala motorik.
- Pemeriksaan pencitraan dan evaluasi klinis untuk mengecualikan kondisi serius lain seperti serangan ischemic sementara (TIA) atau stroke.
Seperti yang ditegaskan oleh Dr. Richard B. Lipton, seorang ahli saraf yang berspesialisasi dalam gangguan sakit kepala, “Migrain hemiplegik adalah contoh nyata bagaimana patofisiologi migrain meluas lebih jauh dari sekedar sakit kepala, melibatkan disfungsi neurologis yang kompleks yang bisa meniru peristiwa katastropik seperti stroke.”
Dr. Deborah Friedman, MD, MPH juga mengingatkan, “Membedakan migrain hemiplegik dari kondisi neurologis akut lainnya sangat penting, karena pengobatan dan prognosisnya bisa sangat berbeda.”
Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan migrain hemiplegik secara total. Oleh karena itu, penanganan difokuskan pada pencegahan serangan dan pereda gejala. Beberapa pendekatan yang umum dilakukan adalah:
- Menghindari pemicu: Seperti stres, pola tidur yang terganggu, atau konsumsi makanan tertentu yang dapat memicu serangan.
- Obat pencegahan: Seperti penghambat saluran kalsium (misalnya flunarizine), obat anti-epilepsi (seperti topiramate), atau beta-blocker.
- Pemantauan neurologis yang cermat: Saat serangan migrain hemiplegik parah terjadi, pemantauan ketat sangat diperlukan untuk memastikan tidak terjadi kerusakan lebih lanjut pada fungsi otak.
Migrain hemiplegik adalah gangguan sakit kepala langka yang ditandai dengan kelumpuhan sementara pada satu sisi tubuh, disertai gejala migrain lainnya. Penyebab utama gangguan ini terkait dengan mutasi gen yang memengaruhi saluran ion di neuron. Kondisi ini memerlukan diagnosis yang cermat dan evaluasi genetik untuk membedakannya dari gangguan neurologis lain yang lebih berbahaya. Jika Anda atau orang terdekat Anda menunjukkan gejala serupa, segera konsultasikan dengan dokter ahli untuk penanganan yang tepat.