Pernahkah Anda mendengar tentang syndemik?
Istilah ini merujuk pada fenomena ketika dua atau lebih wabah penyakit atau kelompok penyakit muncul bersamaan dalam suatu populasi, dan saling memperburuk beban kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Konsep ini mengungkapkan bahwa penyakit tidak terjadi dalam isolasi, melainkan dipengaruhi oleh kondisi sosial, lingkungan, dan struktural yang ada. Penyakit-penyakit ini saling berinteraksi, memperburuk dampaknya pada individu dan kelompok yang sudah rentan, seperti komunitas miskin atau terpinggirkan. Melalui artikel ini, kami akan mengulas lebih dalam mengenai apa itu syndemik dan bagaimana konsep ini dapat membantu kita memahami lebih baik tentang ketimpangan kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Secara sederhana, syndemik adalah interaksi sinergis dari dua atau lebih epidemik atau kondisi kesehatan yang terjadi bersamaan, saling memperburuk satu sama lain. Penyakit yang terjadi dalam konteks ini tidak hanya berhubungan secara biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan lingkungan yang ada di sekitar penderita. Fenomena ini biasanya terjadi pada populasi yang memiliki akses terbatas terhadap perawatan kesehatan, hidup dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, atau menghadapi stres sosial yang berat.
Tiga konsep utama yang perlu dipahami dalam syndemik adalah:
Konsentrasi Penyakit
Dua atau lebih wabah atau kondisi kesehatan yang muncul bersamaan atau secara berurutan dalam satu populasi. Penyakit ini saling berinteraksi dan memperburuk keadaan kesehatan individu.
Interaksi Penyakit
Penyakit-penyakit ini berinteraksi baik secara biologis maupun sosial, sehingga memperburuk dampak dari masing-masing penyakit tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang menderita diabetes mungkin akan lebih rentan terhadap infeksi virus tertentu karena gangguan sistem imun.
Konteks Sosial dan Struktural
Penyebab mendasar dari munculnya syndemik adalah faktor sosial seperti kemiskinan, stres, ketidaksetaraan, dan kondisi lingkungan yang buruk. Semua faktor ini memperburuk interaksi antara berbagai penyakit, menjadikan populasi tertentu lebih terpengaruh daripada yang lainnya.
Syndemik menggambarkan bagaimana tantangan kesehatan yang kompleks dapat diperburuk oleh hubungan biologis, perilaku, dan sosial antara berbagai penyakit. Salah satu contoh yang terkenal adalah syndemik SAVA yang mencakup tiga wabah utama: kekerasan, HIV, dan penyalahgunaan narkoba. Ketiga faktor ini saling memperburuk satu sama lain, terutama di komunitas-komunitas yang terpinggirkan dan kurang mendapat perhatian sosial dan medis.
Contoh lain adalah syndemik COVID-19, yang terjadi ketika pandemi COVID-19 berinteraksi dengan penyakit tidak menular kronis seperti diabetes dan hipertensi. Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya ketidaksetaraan sosial dan akses terbatas ke layanan kesehatan. Akibatnya, orang-orang yang hidup dalam kondisi rentan, seperti mereka yang hidup di daerah miskin atau memiliki pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk bekerja dari rumah, mengalami dampak yang jauh lebih buruk dibandingkan mereka yang lebih mapan secara sosial ekonomi.
Untuk mengenali fenomena syndemik, para ahli kesehatan masyarakat perlu melakukan analisis epidemiologi untuk melihat pola pengelompokan penyakit, sambil memeriksa faktor-faktor sosial yang mempengaruhi komunitas yang terkena dampak. Syndemik sering kali terjadi di komunitas yang sudah tertekan oleh ketidaksetaraan sistemik, akses terbatas ke perawatan kesehatan, dan stres lingkungan yang berat.
Penting untuk menyadari bahwa penyakit tidak hanya ditentukan oleh faktor biologis semata. Penyakit bisa menjadi lebih parah jika dipandang dalam konteks sosial yang ada, seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan ketidakmampuan untuk mengakses fasilitas kesehatan yang memadai. Dalam kasus ini, pemahaman tentang syndemik memberi gambaran yang lebih holistik mengenai bagaimana penyakit dan ketimpangan sosial bekerja bersama-sama untuk memperburuk kesehatan individu.
Merrill Singer, seorang antropolog medis yang pertama kali mencetuskan istilah "syndemik", mengungkapkan bahwa: "Syndemik menekankan bahwa penyakit tidak terjadi dalam isolasi, melainkan terkelompok dalam konteks sosial yang secara mendalam mempengaruhi perkembangan dan dampaknya." Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa untuk memahami masalah kesehatan, kita harus melihatnya dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya dari sudut pandang biologis semata.
Dr. Emily Mendenhall, seorang ahli kesehatan global, juga mencatat bahwa: "Kerangka syndemik mengungkapkan bagaimana kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan epidemi penyakit saling bertemu untuk memperburuk beban kesehatan, yang mendorong publik untuk berpikir di luar batas-batas penyakit individual dan merencanakan respons yang lebih komprehensif."
Pemahaman tentang syndemik mendorong kita untuk melihat bahwa penyelesaian masalah kesehatan masyarakat tidak dapat dilakukan dengan pendekatan satu dimensi atau hanya fokus pada satu penyakit saja. Pendekatan yang lebih integratif dan menyeluruh dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini, termasuk:
Penguatan sistem kesehatan: Menjamin akses yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama yang paling rentan.
Mengatasi ketidaksetaraan sosial: Dengan mengurangi kemiskinan dan memberikan kesempatan yang lebih baik dalam pendidikan serta pekerjaan, kita bisa meminimalkan faktor-faktor penyebab syndemik.
Pendekatan lintas sektor: Menciptakan kebijakan yang tidak hanya berfokus pada pengobatan penyakit, tetapi juga memperbaiki kondisi sosial dan lingkungan yang mendasarinya.
Dengan memanfaatkan pemahaman ini dalam strategi kesehatan masyarakat, kita dapat mengurangi ketimpangan kesehatan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Penyakit tidak bisa dipandang sebagai masalah yang terpisah; mereka saling terkait dan saling mempengaruhi dalam konteks sosial dan struktural yang lebih besar. Itulah sebabnya pendekatan yang lebih holistik dan komprehensif sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan yang positif.