Selama ini, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dikenal luas sebagai penyebab utama infeksi saluran pernapasan pada bayi dan anak-anak.


Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa RSV juga merupakan ancaman serius bagi orang dewasa, khususnya mereka yang lanjut usia dan memiliki kondisi medis tertentu.


Ancaman Tersembunyi: RSV pada Orang Dewasa


Meski RSV sering dikaitkan dengan infeksi anak-anak, riset skala besar baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan: orang dewasa, terutama yang berusia 60 tahun ke atas, mengalami angka kesakitan dan kematian yang signifikan akibat infeksi RSV.


Sebuah studi kohort yang melibatkan lebih dari 5.000 orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan akut terkait RSV (RSV-ARI), menemukan bahwa pasien-pasien ini memiliki risiko kematian 2,7 kali lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan populasi umum.


Pakar Penyakit Infeksi dan Profesor Kedokteran, Dr. Ann R. Falsey, menegaskan bahwa "RSV kini semakin diakui sebagai penyebab penyakit serius pada orang dewasa."


RSV Menjadi Penyebab Utama Rawat Inap Lansia


Data pengawasan selama sepuluh tahun dari berbagai rumah sakit di Eropa menunjukkan bahwa sekitar 1 dari setiap 1.000 orang dewasa berusia 60 tahun ke atas dirawat di rumah sakit setiap tahunnya akibat infeksi RSV.


Angka ini melonjak tajam pada kelompok usia di atas 80 tahun, menandakan betapa rentannya populasi lansia terhadap virus ini. Yang lebih mengejutkan, metode pelaporan berbasis definisi kasus seperti influenza-like illness (ILI) ternyata meremehkan jumlah rawat inap akibat RSV hingga 40%.


Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperbarui kriteria pemantauan mereka untuk lebih akurat mendeteksi kasus RSV berat pada orang dewasa.


Tak Hanya Lansia, Ini Kelompok Lain yang Berisiko Tinggi!


Bukan hanya lansia yang harus waspada. Orang dewasa berusia 18 hingga 59 tahun dengan kondisi medis kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, diabetes, atau gangguan kekebalan tubuh juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius akibat RSV.


Sebagai contoh, penderita PPOK mengalami eksaserbasi akibat RSV sebanyak 3,1 kali lebih sering dibandingkan yang tidak memiliki PPOK. Penderita asma bahkan memiliki risiko 4,6 kali lebih besar mengalami gejala berat ketika terinfeksi RSV.


Hal ini menunjukkan bahwa RSV tidak pandang usia, setiap individu dengan kondisi kesehatan tertentu harus meningkatkan kewaspadaan terhadap virus ini.


Dampak Ekonomi yang Tak Bisa Diabaikan


Selain dampaknya terhadap kesehatan, infeksi RSV juga menimbulkan beban ekonomi yang cukup besar. Studi tersebut mengungkapkan bahwa pasien RSV-ARI rata-rata menghabiskan biaya layanan kesehatan lebih dari 20.000 Euro (sekitar Rp350 juta) dalam waktu satu tahun setelah infeksi.


Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan individu tanpa RSV. Biaya tersebut berasal dari frekuensi rawat inap yang tinggi, kebutuhan akan perawatan intensif, serta proses pemulihan yang memakan waktu lama.


Kabar Baik: Vaksin RSV Kini Hadir untuk Orang Dewasa!


Seiring meningkatnya kesadaran akan dampak RSV pada orang dewasa, pengembangan vaksin untuk mencegah virus ini kini mengalami kemajuan pesat. Vaksin-vaksin terbaru yang telah disetujui, serta yang masih dalam tahap uji klinis, difokuskan khusus untuk melindungi lansia dan kelompok berisiko tinggi.


Langkah ini menandai perubahan besar dalam strategi kesehatan masyarakat, dari yang sebelumnya hanya fokus pada anak-anak, kini merambah ke populasi dewasa.


Seperti yang dikatakan oleh Dr. Michelle Barron, "Sungguh luar biasa ketika kita dapat mencegah suatu penyakit menjadi parah, dan mencegah rawat inap adalah langkah yang sangat berarti."


RSV bukan lagi sekadar penyakit anak-anak. Tingginya angka kesakitan, kematian, dan beban ekonomi akibat RSV pada orang dewasa, terutama lansia dan mereka dengan kondisi medis kronis, membutuhkan perhatian lebih dari tenaga medis dan masyarakat luas.