Momentum dalam harga saham adalah kecenderungan saham yang sebelumnya naik untuk terus naik, dan saham yang sebelumnya turun untuk terus melemah. Konsep ini berasal dari keuangan perilaku, di mana pelaku pasar sering bereaksi berlebihan terhadap berita baik atau buruk.


Reaksi berlebihan ini menciptakan tren harga yang bertahan lebih lama dari yang seharusnya jika pasar bergerak secara rasional. Dalam praktiknya, ketika saham mengalami kenaikan yang signifikan, banyak investor terpancing ikut membeli karena khawatir tertinggal. Sebaliknya, ketika harga turun, banyak yang buru-buru menjual karena takut kerugian.


1. Cara Mengukur Momentum: Indikator Penting yang Harus Dipahami


Untuk mengidentifikasi kekuatan momentum pada harga saham, investor kerap menggunakan indikator teknikal yang membantu melihat tren, volatilitas, dan pergerakan harga. Beberapa indikator momentum paling populer adalah:


Relative Strength Index (RSI):


RSI adalah oscillator momentum yang mengukur kecepatan dan perubahan harga. Rentangnya 0 sampai 100. Jika RSI di atas 70, bisa jadi sinyal bahwa saham sudah jenuh beli (berpotensi turun). Sebaliknya, di bawah 30 menunjukkan kondisi jenuh jual (berpotensi naik). Umumnya, RSI di atas 50 mengindikasikan momentum positif.


Moving Average Convergence Divergence (MACD):


MACD adalah indikator yang menggabungkan tren dan momentum. Dihitung dari selisih antara rata-rata bergerak eksponensial (EMA) 12-hari dan 26-hari. Ketika garis MACD memotong ke atas garis sinyal, itu sinyal momentum naik. Sebaliknya, jika memotong ke bawah, bisa menjadi sinyal momentum turun.


Moving Averages (SMA dan EMA):


Rata-rata bergerak membantu menghaluskan pergerakan harga. Jika rata-rata jangka pendek memotong ke atas rata-rata jangka panjang (disebut "golden cross"), ini bisa menjadi sinyal kuat momentum naik. Sebaliknya, jika memotong ke bawah (disebut "death cross"), bisa menandakan tren menurun.


Bollinger Bands:


Indikator ini mengukur volatilitas dan posisi harga relatif terhadap nilai historis. Jika harga mendekati batas atas Bollinger Bands, ini menunjukkan kekuatan momentum naik. Sebaliknya, jika harga menuju batas bawah, bisa menunjukkan kelemahan harga.


2. Mengapa Momentum Penting untuk Mengukur Kekuatan Saham?


Momentum adalah cerminan perilaku kolektif investor yang dipengaruhi oleh emosi seperti ketakutan dan keserakahan. Ketika saham sedang naik, banyak investor tergoda ikut membeli, yang memperkuat tren naik. Demikian pula saat harga jatuh, kepanikan menyebabkan aksi jual yang memperparah penurunan harga.


Dari sisi analisis fundamental, momentum bisa menunjukkan bahwa pasar sedang sepakat bahwa prospek suatu saham cukup menjanjikan. Ketika momentum kuat, artinya banyak pihak, mulai dari investor ritel hingga institusi besar memiliki pandangan positif terhadap saham tersebut, yang menciptakan tekanan beli berkelanjutan.


3. Strategi Jitu Memanfaatkan Momentum dalam Trading


Banyak trader mengandalkan momentum sebagai strategi utama untuk meraih keuntungan dari tren pasar. Berikut beberapa strategi populer yang biasa digunakan:


Trend Following:


Strategi ini berfokus pada membeli saham yang sedang naik dan menjual saham yang sedang turun. Trader menggunakan alat bantu seperti moving average atau MACD untuk memastikan titik masuk dan keluar yang tepat.


Breakout Trading:


Breakout terjadi saat harga saham menembus level resistance (atas) atau support (bawah). Trader momentum sering masuk posisi segera setelah breakout terjadi, mengandalkan kelanjutan tren untuk meraih keuntungan. Strategi ini cocok digunakan pada pasar yang bergerak cepat dan volatil.


Pullback Strategy:


Strategi ini digunakan dengan membeli saham saat terjadi penurunan kecil di tengah tren naik yang kuat. Ini memberikan peluang masuk dengan harga lebih murah sebelum tren kembali menguat.


4. Waspadai Risiko: Momentum Bisa Berbalik Sewaktu-waktu


Meski momentum terbukti ampuh, strategi ini tidak lepas dari risiko. Salah satu risiko terbesar adalah pembalikan arah tren secara tiba-tiba. Dalam kondisi pasar yang labil, saham yang sebelumnya naik drastis bisa berbalik turun dengan cepat, menimbulkan potensi kerugian yang besar.


Investor sukses seperti William O'Neil pernah menekankan pentingnya pengendalian risiko: "Kunci sukses di pasar saham adalah meminimalkan kerugian ketika posisi Anda salah." Hal senada disampaikan oleh juara trading, Mark Minervini: "Kesuksesan jangka panjang tidak ditentukan oleh keberuntungan, tapi oleh disiplin dan rencana yang matang."


Untuk itu, setiap strategi berbasis momentum harus dibarengi dengan manajemen risiko yang ketat, seperti menetapkan batas kerugian (stop-loss) dan target keuntungan yang realistis. Momentum memang menawarkan potensi keuntungan tinggi, tapi tidak cocok untuk mereka yang tidak siap menghadapi volatilitas harga.


Momentum bukan sekadar tren sesaat. Dengan memahami indikator seperti RSI, MACD, dan moving averages, Anda bisa membaca arah pasar dan membuat keputusan investasi yang lebih cerdas. Tapi ingat, strategi momentum harus selalu digabungkan dengan riset teknikal dan fundamental lainnya agar lebih komprehensif.