Tak banyak yang tahu bahwa ayah Rudy Gobert, Rudy Bogler, merupakan sosok yang juga memiliki potensi besar untuk menembus NBA.
Dengan postur menjulang setinggi tujuh kaki dan kemampuan atletik luar biasa, Bogler bersinar di liga basket perguruan tinggi NCAA. Ia mencatat rata-rata 10,7 poin, 6,8 rebound, dan 1,5 blok per pertandingan, angka yang membuatnya dilirik oleh sejumlah tim NBA.
Beberapa tim bahkan sudah menjadwalkan tryout untuk Bogler. Namun, rencana itu berubah drastis ketika tim nasional Prancis memintanya pulang untuk bergabung. Demi memenuhi panggilan negara, Bogler melewatkan semua kesempatan tryout dan NBA Draft tahun itu. Ia pun pulang ke tanah kelahirannya, meninggalkan mimpi besar yang nyaris tergapai.
Takdir yang Menentukan Jalan Lain
Kepulangan Rudy Bogler ke Prancis ternyata menjadi titik awal dari kisah takdir yang luar biasa. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita yang kelak menjadi ibu dari Rudy Gobert. Dari pertemuan itu, lahirlah seorang anak laki-laki yang akan menorehkan sejarah baru dalam dunia bola basket.
Sayangnya, ketika Gobert masih berusia tiga tahun, sang ayah meninggalkan keluarganya. Ibunya pun harus berjuang sendiri membesarkan Gobert di tengah berbagai tantangan hidup. Namun, justru dari kehidupan yang penuh keterbatasan inilah Gobert tumbuh menjadi pribadi yang kuat, disiplin, dan pantang menyerah.
Mimpi yang Berlanjut di Tangan Sang Anak
Seiring waktu, tinggi tubuh Gobert terus bertambah, dan kemampuan basketnya semakin mencolok. Ia menunjukkan bakat besar dalam bertahan, dan hal itu membuatnya menjadi prospek yang menarik bagi para pencari bakat NBA.
Pada tahun 2013, Rudy Gobert dipilih oleh Utah Jazz sebagai pilihan ke-27 di putaran pertama NBA Draft. Dengan tinggi 7 kaki 1 inci dan rentang lengan mencapai 7 kaki 9 inci, Gobert segera dikenal sebagai pemain dengan jangkauan bertahan yang luar biasa.
Namun, ia tak puas hanya dengan modal fisik. Gobert bekerja keras di pusat kebugaran, memperkuat tubuhnya, serta meningkatkan kecepatan dan kecerdasan bermain. Ia mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan kekuatan menjadi senjata utama.
Menjadi Pilar Pertahanan NBA
Kerja keras Gobert membuahkan hasil luar biasa. Dalam satu dekade kariernya di NBA, ia telah meraih penghargaan Defensive Player of the Year sebanyak tiga kali dan terpilih sebagai NBA All-Star berulang kali. Ia dikenal sebagai benteng pertahanan terbaik NBA, pemain yang selalu jadi mimpi buruk bagi lawan yang mencoba menembus area bawah ring.
Gobert tak hanya menjadi simbol kehebatan dalam bertahan, tetapi juga bukti bahwa dedikasi dan kerja keras bisa membawa seseorang ke puncak.
Mewujudkan Mimpi yang Sempat Tertunda
Kini, Rudy Gobert merasa telah menuntaskan sesuatu yang tidak sempat diselesaikan oleh ayahnya. Meskipun Rudy Bogler tak pernah bermain di NBA, darah dan semangatnya tetap hidup melalui sang anak.
Gobert membuktikan bahwa mimpi bisa diturunkan, dan jika dirawat dengan ketekunan serta disiplin, mimpi itu bisa mekar lebih indah dari yang dibayangkan. Ia telah menciptakan warisan baru, bukan hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk Prancis dan dunia bola basket.
Andai Rudy Bogler tetap di Amerika dan masuk NBA, dunia mungkin tak akan mengenal Rudy Gobert. Tapi takdir memiliki rencananya sendiri. Keputusan yang tampak seperti kehilangan, ternyata adalah awal dari sebuah perjalanan yang lebih besar.