Lichen planus (LP) sering disalahartikan hanya sebagai gangguan kulit biasa. Padahal, kondisi ini merupakan gangguan mukokutan kronis yang dimediasi oleh sistem imun dan dapat muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, mukosa mulut, alat kelamin, kuku, dan kulit kepala.
Pertama kali dijelaskan pada abad ke-19, kompleksitas klinis LP baru mulai benar-benar dipahami lewat studi-studi imunopatologi terbaru. Meskipun tidak menular dan umumnya tidak bersifat ganas, LP memiliki dampak klinis yang signifikan karena sifat kronisnya, gejala yang mengganggu, serta potensi transformasi menjadi keganasan, terutama pada varian mukosa.
Mekanisme Penyakit: Peran Sel T yang Lebih Dalam dari Sekadar Kulit
Dasar dari penyakit ini adalah reaksi imun yang dimediasi oleh sel T sitotoksik terhadap keratinosit basal yang secara keliru dikenali sebagai sel penyaji antigen. Tinjauan tahun 2023 dari Nature Reviews Immunology menyoroti peran sel T CD8+, interferon gamma (IFN-γ), serta protein granula sitoplasmik seperti granzyme B dalam proses imun yang terganggu ini. Menurut Dr. Steven D. Feldman, seorang ahli dermatologi dari Wake Forest School of Medicine, “Aktivasi sel T memori residensial tampaknya mempertahankan peradangan meskipun pemicu awal sudah hilang, menjadikan LP sebagai gangguan memori imun.”
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu atau memperparah LP pada individu yang rentan secara genetik termasuk infeksi hepatitis C, penggunaan obat-obatan tertentu (seperti obat antihipertensi dan antiinflamasi nonsteroid), serta bahan tambalan gigi seperti amalgam.
Jenis-Jenis Lichen Planus: Tidak Hanya di Kulit
Walaupun LP pada kulit menampilkan lesi khas berupa papula berwarna ungu, poligonal, dan terasa gatal di area pergelangan tangan, pergelangan kaki, atau punggung bawah, ada beberapa varian lain yang memiliki dampak klinis lebih serius:
- Lichen Planus Genital: Umumnya menyerang wanita dan bisa menyebabkan luka kronis, rasa perih, hingga jaringan parut jika tidak ditangani.
- Lichen Planopilaris (LPP): Jenis ini menyerang folikel rambut dan dapat menyebabkan kebotakan permanen yang sulit diobati.
- Lichen Planus Kuku: Dapat menimbulkan ridging longitudinal, celah, bahkan pembentukan pterygium yang bisa menyebabkan kerusakan permanen pada kuku.
Diagnosis: Peran Histopatologi dan Imunofluoresensi Langsung
Diagnosis LP memerlukan evaluasi menyeluruh, termasuk pemeriksaan klinis dan biopsi kulit. Ciri khas LP secara mikroskopis mencakup infiltrat limfosit berbentuk gigi gergaji di persambungan dermoepidermal, badan Civatte (keratinosit yang mengalami apoptosis), dan penebalan lapisan granular.
Jika terdapat lesi mukosa atau diagnosis masih meragukan, imunofluoresensi langsung (DIF) bisa digunakan untuk membedakan LP dari kondisi serupa seperti pemfigoid mukosa atau stomatitis ulseratif kronis. Pada DIF, biasanya terlihat deposit fibrinogen berbentuk “shaggy” di sepanjang zona membran basal. Pada kasus LP erosif di rongga mulut, biopsi juga penting karena ada potensi berkembang menjadi kanker kulit jenis skuamosa.
Strategi Terapi: Jangka Panjang, Terarah, dan Terintegrasi
- Kortikosteroid Topikal Sebagai Terapi Lini Pertama
Untuk lesi kulit atau mukosa yang terbatas, kortikosteroid topikal berkekuatan tinggi seperti clobetasol propionat menjadi pilihan utama. Untuk lesi di rongga mulut, dapat digunakan sediaan khusus berbasis orabase agar lebih menempel.
- Terapi Sistemik untuk Kasus Berat atau Refrakter
Pada LP yang luas atau sulit diatasi, dapat digunakan terapi sistemik seperti kortikosteroid oral, metotreksat, mikofenolat mofetil, atau hidroksiklorokuin, terutama pada kasus LPP. Studi terbaru tahun 2024 dalam The Lancet Dermatology menunjukkan bahwa inhibitor JAK seperti baricitinib efektif dalam mengurangi peradangan pada LP erosif dengan menghambat jalur sinyal IFN-γ.
- Fototerapi dan Imunosupresan
Fototerapi UVB narrowband memberikan manfaat pada LP kulit yang menyebar, terutama pada pasien yang tidak toleran terhadap obat sistemik. Sementara itu, salep takrolimus (penghambat kalsineurin) bisa digunakan pada LP genital atau mukosa, meskipun penggunaannya jangka panjang perlu diawasi ketat.
Dampak Psikososial dan Kebutuhan Pemantauan Berkala
Rasa sakit kronis, lesi yang terlihat jelas, serta risiko keganasan khususnya pada LP genital dapat memengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan. Oleh karena itu, dukungan psikologis serta pemantauan rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi perubahan displastik sejak dini. Pendekatan multidisipliner yang melibatkan dokter kulit, internis, ginekolog, dan tenaga psikososial akan sangat membantu dalam memberikan perawatan yang menyeluruh.
Masa Depan Pengobatan: Imunobiologis dan Pengobatan Presisi
Dengan semakin dalamnya pemahaman tentang mekanisme imun LP, terapi biologis mulai dikembangkan. Antibodi monoklonal yang menarget IL-17 dan IL-23 yang sudah digunakan dalam terapi psoriasis sedang diuji coba pada LP.
Menariknya, obat penghambat PD-1 yang digunakan dalam terapi kanker, meskipun dapat memicu reaksi mirip LP, kini juga diteliti untuk potensi efek imunomodulasi ganda dalam LP.
Teknologi baru seperti pengurutan RNA sel tunggal dan analisis klon sel T mungkin akan memungkinkan penanganan LP secara personal, dengan mengidentifikasi klon patologis dan tanda-tanda imunologis spesifik pada masing-masing pasien.
Lichen planus bukan hanya masalah kosmetik pada kulit. Ini adalah kondisi sistemik yang dimediasi sistem imun dengan variasi klinis yang kompleks dan dampak yang nyata terhadap kesehatan fisik dan emosional pasien. Diagnosis yang tepat, pengobatan yang disesuaikan, serta perawatan jangka panjang secara multidisipliner merupakan kunci dalam meningkatkan kualitas hidup penderita. Seiring kemajuan dalam imunologi presisi, harapan baru dalam pengobatan LP kini mulai terbuka lebar.