Di era keuangan digital yang semakin berkembang, generasi muda kini memiliki akses yang lebih luas terhadap berbagai layanan finansial. Mulai dari aplikasi perbankan, toko daring, hingga media sosial, anak-anak dan remaja kini terlibat aktif dalam dunia keuangan digital.


Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi risiko besar: maraknya penipuan yang menyasar anak-anak secara langsung. Tanpa pendampingan yang tepat, anak-anak bisa menjadi korban empuk bagi para penipu yang memanfaatkan keluguan dan minimnya pengalaman mereka dalam mengelola uang.


Wajah Baru Penipuan: Modus Canggih Menyasar Anak-Anak di Tahun 2025


Penipuan yang menyasar anak-anak di tahun 2025 sudah jauh berkembang dari sekadar email phishing. Berdasarkan laporan Komisi Perdagangan Federal (FTC) tahun 2025, kasus penipuan finansial terhadap anak di bawah umur melonjak hingga lebih dari 28% dalam setahun terakhir. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh maraknya penggunaan media sosial, platform game daring, dan aplikasi pembayaran digital.


Berikut beberapa modus yang paling sering digunakan:


- Hadiah Palsu dari Influencer: Penipu menyamar sebagai tokoh terkenal dan menjanjikan hadiah menarik dengan syarat mengirimkan data rekening atau membayar biaya "proses" kecil.


- Penipuan Mata Uang Game: Di dunia game online, pembelian item atau koin virtual sudah jadi hal biasa. Penipu menawarkan harga diskon melalui situs pihak ketiga yang tidak resmi dan justru mencuri informasi kartu anak-anak.


- Phishing Lewat Kode QR: Populernya kode QR sebagai metode pembayaran dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Mereka menyebar kode palsu yang mengarahkan ke situs berbahaya.


- Manipulasi Sosial via Chat: Bot berbasis AI kini digunakan di aplikasi populer seperti Discord, Telegram, dan TikTok. Mereka menyamar sebagai teman sebaya dan membangun kepercayaan sebelum meminta uang atau data pribadi.


Literasi Finansial Anak Tidak Lagi Bisa Ditunda


Dalam dunia serba digital ini, mengajarkan literasi keuangan sejak dini bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Penelitian dari Profesor Annamaria Lusardi dari Universitas George Washington menunjukkan bahwa edukasi keuangan sejak dini sangat berpengaruh dalam menurunkan risiko anak menjadi korban penipuan. Anak-anak yang memahami bagaimana uang bekerja, bagaimana uang bisa bertambah, berkurang, bahkan dicuri, akan lebih berhati-hati sebelum membagikan informasi pribadi secara daring.


Bangun Batasan Digital dan Awasi dengan Bijak


Orang tua tidak perlu mengontrol setiap keputusan finansial anak, namun penting menciptakan lingkungan yang membuat mereka merasa aman untuk bertanya. Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan:


- Aktifkan notifikasi transaksi di kartu debit anak.


- Gunakan aplikasi keuangan keluarga untuk memantau pengeluaran bersama.


- Atur batasan transaksi melalui aplikasi perbankan yang ramah untuk remaja.


Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, Anda bisa tetap terhubung dengan aktivitas finansial anak tanpa harus mengganggu privasi mereka secara berlebihan.


Jika Anak Menjadi Korban Penipuan, Ini Langkah yang Harus Dilakukan


Saat anak terjerat penipuan, tetap tenang adalah kunci. Menyalahkan hanya akan membuat mereka takut untuk jujur di kemudian hari. Berikut langkah yang dapat diambil:


- Segera bekukan atau kunci kartu yang digunakan.


- Laporkan insiden ke bank dan ke lembaga perlindungan konsumen seperti FTC atau lembaga lokal.


- Dokumentasikan semua bukti komunikasi dengan pelaku (screenshot, log percakapan).


- Edukasi, jangan menghakimi. Ajak anak memahami bagaimana penipuan tersebut terjadi dan bagaimana cara mencegahnya.


- Ganti semua kata sandi akun yang digunakan di perangkat atau aplikasi yang sama.


Ancaman Masa Depan: Modus Penipuan yang Diprediksi Akan Meningkat


Para pakar dari Kaspersky Lab memperingatkan bahwa gelombang baru penipuan digital sedang dalam perjalanan. Salah satunya adalah penipuan dengan deepfake video, di mana anak-anak menerima panggilan video dari sosok yang menyerupai anggota keluarga, meminta uang secara mendesak.


Selain itu, penipuan suara hasil kloning AI juga mulai bermunculan di Amerika Serikat dan beberapa wilayah Asia Tenggara. Penipu meniru suara orang tua untuk membuat anak percaya bahwa mereka sedang dalam keadaan darurat.


Penipuan berbasis blockchain pun tidak kalah mengkhawatirkan. Banyak anak yang penasaran dengan dunia cryptocurrency justru terseret ke dalam grup investasi palsu yang ternyata hanya pertukaran kripto ilegal.


Melindungi anak dari penipuan digital bukan hanya soal pengawasan, tapi juga tentang pemberdayaan. Dengan membekali anak dengan pengetahuan finansial, ketahanan digital, dan keberanian untuk mempertanyakan hal-hal mencurigakan, Anda tidak hanya melindungi mereka, tetapi juga membentuk generasi yang cerdas dan bertanggung jawab secara finansial.


Jangan lupa untuk selalu memperbarui informasi Anda dari sumber terpercaya, mengikuti perkembangan teknologi, dan memastikan aplikasi yang digunakan anak memiliki sistem keamanan yang memadai.