Halo, Lykkers! Pernahkah Anda mendengar cerita soal kejadian aneh yang muncul sebelum gempa bumi terjadi? Misalnya, tiba-tiba banyak cacing tanah bermunculan ke permukaan, air tanah mendadak menghilang, atau muncul bau gas yang tak biasa di udara. Rupanya, ini bukan sekadar kebetulan.


Para ilmuwan telah lama menyelidiki apakah gejala-gejala aneh ini bisa menjadi petunjuk awal akan datangnya gempa bumi. Dan, hasil riset menunjukkan bahwa tanda-tanda ini mungkin saja berkaitan erat dengan aktivitas seismik yang sedang berlangsung di dalam perut bumi.


Proses Terjadinya Gempa Bumi di Taiwan


Taiwan adalah salah satu wilayah yang rawan gempa karena berada di pertemuan dua lempeng bumi. Pergeseran ini menyebabkan kerak bumi mengalami tekanan, sehingga membentuk retakan-retakan yang disebut sesar. Nah, sesar inilah yang menjadi celah bagi gas-gas dari dalam bumi untuk naik ke permukaan dan bercampur dengan gas di tanah. Di kondisi normal, komposisi dan konsentrasi gas di dalam tanah relatif stabil. Namun, ketika terjadi tekanan dari dalam bumi akibat pembentukan sesar, gas dari kedalaman bumi bercampur dengan gas di lapisan tanah, sehingga memicu perubahan kadar gas yang bisa terdeteksi secara signifikan.


Begini Cara Ilmuwan Melacak Perubahan Gas


Dengan memanfaatkan prinsip geokimia tersebut, para ilmuwan memasang alat berupa pipa besi dan kolektor gas tanah di atas zona sesar aktif. Gas yang dikumpulkan lalu diperiksa dengan alat khusus yang bisa mendeteksi kandungan gas seperti radon, helium, karbon dioksida, metana, hidrogen, argon, dan nitrogen. Di antara semua gas tersebut, radon menjadi salah satu indikator paling penting dalam penelitian terkait prediksi gempa bumi.


Radon: Gas Tak Terlihat yang Bisa Menyelamatkan Nyawa


Radon adalah gas yang tidak bisa dilihat, tidak punya bau, dan tidak punya rasa. Gas ini terbentuk secara alami di dalam batuan seperti granit dan biasanya hadir dalam kadar sangat rendah di permukaan tanah. Meskipun berbahaya bagi kesehatan manusia jika terpapar dalam jangka panjang, kadar radon di permukaan bumi umumnya sangat rendah sehingga tidak membahayakan. Namun yang menarik, para ilmuwan menemukan bahwa menjelang terjadinya gempa, konsentrasi radon dalam gas tanah, air bawah tanah, dan udara bisa meningkat secara tidak wajar.


Prediksi Gempa Lewat Perubahan Radon? Ini Bukan Isapan Jempol!


Fenomena ini pertama kali terbukti pada tahun 1966 saat para ilmuwan berhasil memprediksi gempa bumi di Tashkent dengan mengamati lonjakan kadar radon di sumur-sumur air setempat. Sejak itu, penelitian tentang perubahan kadar radon sebagai indikator gempa bumi terus berkembang. Metode ini tidak hanya diterapkan di berbagai belahan dunia, tetapi juga terbukti efektif di wilayah Taiwan.


Taiwan Sukses Prediksi Gempa Lewat Gas Tanah!


Di Taiwan, beberapa kasus prediksi gempa yang berhasil dilakukan didasarkan pada studi geokimia. Salah satu contohnya terjadi di sekitar Taman Sains Hsinchu hingga ke wilayah Guanxi, di mana ilmuwan menemukan konsentrasi helium yang sangat tinggi dalam sampel gas tanah. Hasil ini sejalan dengan survei geologi yang menunjukkan keberadaan sesar New City. Di wilayah kaki gunung Taiwan utara pun ditemukan anomali serupa yang bertepatan dengan lokasi sesar aktif. Penemuan ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan gas tanah bisa dijadikan indikator dini terhadap aktivitas gempa.


Stasiun Pemantau Gas Tanah Terus Berkembang


Untuk terus mengawasi aktivitas seismik, lembaga seperti Institut Nasional Teknik Gempa Taiwan telah mendirikan stasiun pemantau gas tanah di beberapa lokasi strategis, termasuk Sesar New City di Hsinchu, Sesar Xinhua di Tainan, dan daerah Jiaoxi di Yilan. Lembaga akademik seperti Departemen Geologi Universitas Nasional Taiwan, Institut Ilmu Bumi Academia Sinica, hingga Observatorium Gunung Api Tatun juga turut berperan aktif dalam pengamatan jangka panjang ini.


Hasilnya? Beberapa gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir berhasil diprediksi dengan akurat berdasarkan data perubahan komposisi gas tanah. Ini menunjukkan bahwa Taiwan berada di garis depan dalam hal teknologi pemantauan gempa berbasis geokimia.


Meski belum bisa memprediksi semua gempa bumi secara tepat, upaya memantau perubahan kadar gas di dalam tanah, terutama radon telah membuka jalan baru bagi dunia ilmiah. Dengan penelitian yang terus berlangsung dan teknologi yang semakin canggih, kita mungkin bisa lebih cepat mendeteksi tanda-tanda awal gempa bumi dan memberikan peringatan dini yang bisa menyelamatkan banyak nyawa.