Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome (POTS) adalah sebuah kondisi kompleks pada sistem saraf otonom yang ditandai dengan peningkatan denyut jantung berlebihan saat seseorang berdiri.


Kondisi ini sering kali disertai gejala seperti pusing, rasa lelah berkepanjangan, hingga gangguan konsentrasi atau yang kerap disebut brain fog.


Menariknya, penelitian menunjukkan adanya kaitan yang cukup kuat antara POTS dengan gangguan tiroid, khususnya penyakit autoimun seperti Hashimoto’s thyroiditis. Hubungan inilah yang semakin mendapat perhatian dari para ahli karena berpotensi membuka pemahaman baru mengenai penyebab serta cara penanganan POTS.


POTS dan Prevalensi Gangguan Tiroid


POTS paling sering ditemukan pada wanita muda dan diyakini berhubungan dengan gangguan regulasi sistem saraf otonom. Data penelitian menunjukkan sekitar 16% hingga 20% penderita POTS juga mengalami penyakit autoimun, dan salah satu yang paling sering adalah autoimun tiroid. Hashimoto’s thyroiditis, misalnya, ditemukan pada sekitar 6% pasien POTS dalam beberapa kelompok studi.


Menariknya, tidak semua penderita menunjukkan gangguan kadar hormon tiroid. Beberapa pasien hanya memiliki antibodi tiroid meskipun kadar hormon mereka masih normal. Kondisi ini dikenal sebagai Hashimoto’s non-thyroiditis dan menjadi bukti bahwa aktivitas sistem imun terhadap kelenjar tiroid dapat terjadi bahkan tanpa munculnya hipotiroid yang jelas.


Hubungan Autoimun yang Saling Berkaitan


Sejumlah penelitian terbaru menyoroti peran autoimun dalam POTS. Ditemukan adanya prevalensi tinggi antibodi yang menyerang reseptor adrenergik dan muskarinik, dua reseptor penting dalam pengaturan respons kardiovaskular. Gangguan pada reseptor ini diduga kuat memicu gejala utama POTS seperti jantung berdebar cepat saat berdiri.


Ternyata, hal ini memiliki kemiripan dengan autoimun pada kelenjar tiroid. Kehadiran antibodi tiroid di tubuh pasien POTS memperkuat dugaan adanya disfungsi sistem imun yang lebih luas. Dengan kata lain, bukan hanya kelenjar tiroid yang terdampak, tetapi juga sistem saraf otonom yang mengatur detak jantung dan tekanan darah.


Seorang pakar kardiologi terkemuka, Dr. Satish Raj, pernah menegaskan bahwa kehadiran antibodi tiroid pada pasien POTS sangat penting untuk diperhatikan. Beliau menyarankan agar pemeriksaan fungsi tiroid menjadi bagian dari evaluasi rutin, karena mekanisme autoimun dapat memengaruhi keparahan gejala sekaligus respons terhadap pengobatan.


Tantangan dalam Diagnosis dan Gejala yang Tumpang Tindih


Pasien dengan kombinasi POTS dan gangguan tiroid kerap melaporkan gejala seperti kelelahan, intoleransi ortostatik, gangguan konsentrasi, hingga jantung berdebar. Namun, membedakan gejala mana yang disebabkan POTS dan mana yang berasal dari gangguan tiroid bukanlah hal mudah.


Sebagai contoh, hipertiroidisme dapat memperparah gejala POTS karena memicu takikardia dan rasa lelah. Sebaliknya, hipotiroidisme juga bisa menimbulkan kelelahan ekstrem dan memperburuk kualitas hidup pasien. Oleh sebab itu, para ahli endokrinologi seperti Dr. Caroline Stanley menekankan pentingnya pemeriksaan hormon tiroid sekaligus antibodi tiroid dalam evaluasi pasien POTS. Dengan cara ini, strategi pengobatan bisa disesuaikan secara lebih tepat.


Wawasan tentang Mekanisme yang Terjadi


Gangguan autoimun pada kelenjar tiroid diduga memicu peradangan sistemik yang kemudian memperburuk disfungsi saraf otonom. Selain itu, ketidakseimbangan hormon tiroid sendiri memiliki dampak langsung terhadap fungsi kardiovaskular, mulai dari memengaruhi detak jantung, resistensi pembuluh darah, hingga keseimbangan saraf simpatis dan parasimpatis.


Yang lebih menarik, bahkan ketika kadar hormon masih normal, keberadaan antibodi tiroid dapat memberi pengaruh terhadap gejala POTS. Artinya, aktivasi sistem imun semata sudah cukup untuk menimbulkan ketidakseimbangan pada fungsi otonom tubuh.


Implikasi Terapi dan Pendekatan Pengelolaan


Menangani pasien dengan POTS sekaligus gangguan tiroid membutuhkan pendekatan yang sangat hati-hati. Pada beberapa kasus, terapi hormon tiroid yang bertujuan menyeimbangkan kadar hormon justru bisa memperparah gejala seperti takikardia. Karena itu, pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi tiap individu.


Selain pengobatan hormon, terapi suportif tetap menjadi pilar utama dalam manajemen POTS. Langkah-langkah seperti menjaga hidrasi, meningkatkan asupan garam sesuai rekomendasi medis, serta latihan fisik bertahap sangat membantu memperbaiki regulasi saraf otonom.


Kombinasi strategi ini diyakini mampu memberikan perbaikan yang lebih komprehensif. Yang jelas, keterkaitan antara POTS dan autoimun tiroid kini tidak bisa diabaikan lagi. Keduanya mungkin memiliki dasar imunologis yang sama, dan pemahaman ini bisa menjadi kunci untuk mengembangkan terapi yang lebih efektif di masa depan.


Hubungan antara POTS dan gangguan tiroid, terutama Hashimoto’s thyroiditis, semakin diakui sebagai masalah klinis yang penting. Gejala yang saling tumpang tindih, dasar autoimun yang sama, serta dampaknya terhadap kualitas hidup membuat evaluasi tiroid menjadi bagian tak terpisahkan dari pemeriksaan pasien POTS.