Pernahkah Anda merasa terjebak dalam rutinitas kota yang padat, di mana suara kendaraan, tumpukan pekerjaan, dan layar ponsel tampak tak pernah berhenti mengelilingi Anda?
Kini, bayangkan sejenak Anda sedang meluncur tenang di atas air, dengan riak lembut di sekitar perahu, dan pemandangan langit kota yang terselip di balik gedung-gedung tinggi.
Anda bisa mendengar hanya suara riak air dan desahan napas Anda dan itu sudah cukup untuk membebaskan pikiran. Tidak, ini bukan liburan di sebuah danau terpencil atau pesisir yang jauh. Ini adalah pengalaman olahraga air di tengah kota.
Di kota-kota seperti Singapura dan Kopenhagen, semakin banyak orang terutama para profesional muda dan keluarga kelas menengah—yang menghabiskan waktu akhir pekan mereka bukan di mal atau kafe, melainkan di atas air. Olahraga kayak dan stand-up paddleboarding (SUP) kini menjadi pemandangan yang cukup biasa di lingkungan perkotaan. Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Ternyata, olahraga air di tengah kota ini lebih dari sekadar pelarian. Aktivitas ini sedang mengubah cara kita melihat waktu, ruang, dan kebebasan dalam kehidupan perkotaan yang padat.
Jika Anda berjalan-jalan di sepanjang tepi sungai di kawasan Islands Brygge, Kopenhagen, atau Kallang Basin di Singapura, Anda akan melihat pemandangan yang tak biasa: puluhan kayak dan papan paddle yang meluncur tenang di atas air. Mereka bukan atlet Olimpiade atau penggemar adrenalin, melainkan para pekerja kantoran, pasangan, hingga mahasiswa. Banyak dari mereka menyewa perlengkapan perahu hanya untuk beberapa jam. Beberapa bahkan sudah membeli kayak lipat yang dapat masuk ke dalam bagasi mobil.
Perubahan ini sebagian besar dipicu oleh kenyamanan. Saluran air di kota-kota ini telah dibersihkan dan dirancang agar mudah diakses. Di Singapura, Anda bisa meluncurkan kayak hanya dalam beberapa menit dari stasiun MRT. Sementara di Kopenhagen, dermaga umum dan sauna apung menghiasi pelabuhan dalam kota. Kini, berkayak di kota bukan lagi sekadar kegiatan luar biasa, ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
Tentu saja, berkayak membakar kalori. Namun, banyak orang yang bergabung dalam aktivitas ini karena alasan yang lebih dari sekadar kebugaran tubuh.
Hidup di kota sering kali memaksa kita untuk terjebak dalam rutinitas yang monoton: meja kerja, perjalanan ke kantor, layar komputer, dan seterusnya. Berkayak memberikan alternatif yang bersifat fisik tanpa harus bersaing, meditasi tanpa membutuhkan keheningan mutlak, dan sosial tanpa keramaian yang berlebihan.
Reset Mental: Air memiliki efek menenangkan, baik secara visual maupun fisik. Ketukan ritmis dari dayung memperlambat pikiran. Banyak orang yang rutin berkayak mengungkapkan bahwa inilah satu-satunya waktu di mana mereka benar-benar bisa berhenti memikirkan pekerjaan.
Petualangan Mikro: Anda bisa menjelajahi sudut-sudut tersembunyi kota, seperti jembatan yang terlupakan, rumah apung yang tersembunyi, atau bahkan kawasan bakau—tanpa harus meninggalkan kota.
Barier Rendah: Tidak perlu membeli kayak mahal. Sebagian besar tempat sewa kayak di perkotaan memiliki sistem penyewaan yang mudah, dan perairannya cukup tenang, sangat cocok bagi pemula. Anda tak perlu menjadi seorang petualang sejati untuk memulainya.
Olahraga air di kota bukan hanya tentang bersenang-senang, ini adalah terapi perkotaan.
Sebagian besar pertumbuhan olahraga air ini dimulai setelah pandemi. Orang-orang mencari cara yang aman dan luar ruangan untuk bergerak dan bernapas. Namun, ada faktor lain yang ikut berperan.
Perencanaan kota memainkan peran besar dalam kesuksesan olahraga ini. Kota-kota yang berinvestasi dalam membersihkan air, menyediakan titik akses, dan sistem penyewaan telah melihat aktivitas ini berkembang dengan alami. Di Kopenhagen, pemerintah memperlakukan pelabuhan dalam kota seperti taman umum—menyediakan tangga di tepi air, zona berenang, dan platform kayak. Pendekatan terbuka ini mengundang banyak orang untuk menggunakan fasilitas tersebut.
Di sisi lain, di Singapura, Park Connector Network memungkinkan saluran air tidak lagi menjadi penghalang, melainkan penghubung—tempat untuk bergerak melewati, bukan hanya untuk dilihat.
Dan tentu saja, media sosial juga berperan besar. Tak bisa dipungkiri, sedikit yang lebih menarik untuk diabadikan daripada foto matahari terbit di atas papan paddle dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit. Ini adalah bentuk escapism perkotaan yang sempurna, dibingkai dalam foto.
Cari Tempat Sewa Perahu di Kota Anda: Cari tempat sewa kayak atau SUP di sekitar sungai, kanal, atau danau di wilayah kota Anda. Anda mungkin terkejut melihat banyak tempat penyewaan yang telah bermunculan.
Datang Pagi atau Sore: Waktu pagi dan sore sangat ideal, tidak hanya untuk suasana yang lebih tenang, tetapi juga untuk menghindari keramaian dan panas matahari yang terik.
Mulailah dengan Durasi Pendek: Paddling selama 45 menit sudah cukup untuk merasa segar tanpa membuat tubuh terasa pegal.
Bawa Perlengkapan Sederhana: Anda hanya perlu membawa dry bag, botol air, dan tabir surya. Sisanya, biarkan tetap di darat.
Hargai Ruang Bersama: Anda berbagi ruang ini dengan burung, perenang, dan sesama pengayuh. Nikmati momen Anda, tetapi juga berikan ruang kepada yang lain.
Di antara keheningan air dan gerakan dayung, ada perubahan yang terjadi. Anda bukan lagi sekadar "berada di kota" Anda menjadi bagian dari kota itu dengan cara yang baru.
Mungkin inilah alasan mengapa semakin banyak orang yang beralih ke olahraga air di kota. Ini bukan hanya tentang berolahraga. Ini lebih dari sekadar pelarian. Ini tentang akses, akses ke keberadaan, tempat, dan kesempatan untuk berhenti sejenak.
Minggu depan, daripada pergi ke tempat-tempat biasa, coba tanyakan pada diri Anda: apa yang sedang dilakukan oleh sungai atau kanal di sekitar Anda?