Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang sebenarnya diperlukan untuk menjadi seorang astronot dan bertahan dalam kerasnya pengalaman perjalanan luar angkasa?
Bukan cuma soal tampil keren dengan pakaian luar angkasa atau melayang-layang tanpa gravitasi.
Di balik itu semua, ada proses pelatihan panjang, berat, dan sangat menantang yang harus dilalui. Yuk, kami ajak Anda mengintip ke balik layar pelatihan astronot sebelum mereka bisa meninggalkan Bumi dan menjelajahi jagat raya!
Lingkungan luar angkasa sangat tidak ramah terhadap tubuh manusia. Tanpa gravitasi, otot cepat melemah, tulang kehilangan kepadatannya, bahkan jantung bisa berubah cara kerjanya. Maka dari itu, astronot harus berada dalam kondisi fisik prima sebelum mereka bisa masuk ke dalam pesawat luar angkasa.
Latihan kardio dan kekuatan otot: Mereka melakukan lari, bersepeda, mengangkat beban, hingga latihan kekuatan inti untuk menjaga stamina dan kekuatan otot. Ini penting agar mereka mampu menghadapi tuntutan fisik selama di luar angkasa dan tetap sehat di orbit.
Latihan di bawah air: Astronot menghabiskan waktu berjam-jam di kolam raksasa seperti di Neutral Buoyancy Laboratory milik NASA. Air di kolam ini mensimulasikan kondisi tanpa gravitasi, sehingga mereka bisa berlatih bergerak dan menyelesaikan tugas rumit seperti saat melakukan spacewalk di luar angkasa.
Sesi di dalam centrifuge: Untuk membiasakan tubuh terhadap gaya gravitasi ekstrem saat peluncuran dan pendaratan, astronot dilatih di alat centrifuge yang berputar cepat. Ini melatih tubuh mereka agar tahan terhadap tekanan berkali-kali lipat dari gravitasi Bumi.
Mengetahui setiap sudut dan sistem dalam pesawat luar angkasa adalah hal yang sangat krusial. Kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Karena itu, para astronot menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari semua detail pesawat seperti SpaceX Dragon atau kapsul Orion.
- Mereka berlatih di simulator canggih yang meniru secara akurat kondisi di dalam pesawat, lengkap dengan skenario rutin dan situasi darurat.
- Pelatihan keadaan darurat dilakukan berulang-ulang agar mereka bisa bereaksi cepat dan tepat saat menghadapi masalah nyata di luar angkasa.
- Latihan spacewalk atau EVA (Extra Vehicular Activity) dilakukan menggunakan realitas virtual dan kolam air besar untuk membiasakan diri bekerja dengan baju luar angkasa yang besar dan berat.
Menjadi astronot bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi juga kekuatan mental. Bayangkan harus tinggal berbulan-bulan di ruang sempit, jauh dari keluarga, dengan komunikasi terbatas. Untuk itu, pelatihan mental sangat penting.
- Mereka dilatih untuk mengelola stres, kesepian, dan tekanan psikologis. Teknik seperti mindfulness dan meditasi diajarkan untuk menjaga ketenangan dan fokus.
- Latihan komunikasi dilakukan agar para astronot dapat berbicara dengan jelas, tepat, dan efisien dengan tim di Bumi maupun sesama kru.
- Latihan kerja tim sangat diutamakan. Mereka harus bisa bekerja sama dengan kru lain dalam berbagai situasi, karena kekompakan adalah kunci keberhasilan misi.
- Astronot juga berperan sebagai ilmuwan, insinyur, dan teknisi.
- Mereka dilatih untuk melakukan eksperimen ilmiah di kondisi tanpa gravitasi, dari penelitian biologi hingga fisika.
- Untuk misi ke Bulan atau Mars, mereka belajar geologi agar bisa mengenali batuan dan struktur tanah yang penting bagi penelitian.
Mereka juga mendapatkan pelatihan robotik, seperti mengoperasikan lengan robot atau alat canggih lainnya yang digunakan untuk perawatan stasiun luar angkasa maupun eksplorasi permukaan planet.
Sebelum benar-benar diluncurkan ke luar angkasa, astronot menjalani berbagai pelatihan ekstrem yang meniru situasi nyata:
Parabolic flights atau penerbangan Zero-G memberikan sensasi tanpa gravitasi selama beberapa detik agar astronot bisa berlatih bergerak di kondisi tersebut.
Mereka juga dilatih untuk bertahan hidup di berbagai lingkungan ekstrem seperti padang pasir, hutan, hingga laut terbuka jika harus melakukan pendaratan darurat di daerah terpencil saat kembali ke Bumi.
Simulasi kebakaran, pendaratan darurat di air, dan situasi medis kritis juga dilatih secara intensif.
Setelah bertahun-tahun pelatihan keras, para astronot akhirnya siap menghadapi hari peluncuran. Semua latihan tersebut dipersiapkan agar mereka mampu menghadapi segala tantangan yang menanti di luar angkasa, baik fisik maupun mental.
Begitu mereka berada di luar angkasa, semua pelatihan itu menjadi penopang utama dalam menjalankan aktivitas harian, mulai dari melayang di dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional, melakukan eksperimen ilmiah, hingga memperbaiki peralatan vital.
Jadi, saat Anda melihat astronot tersenyum sambil melayang bebas di luar angkasa, ingatlah bahwa semua itu adalah hasil dari dedikasi, kerja keras, dan pelatihan tanpa henti. Menjadi astronot bukan hanya soal keberanian, tapi juga soal ketekunan, kerja tim, dan kesiapan menghadapi salah satu lingkungan paling ekstrem yang pernah dijelajahi manusia.
Penasaran bagaimana astronot makan, tidur, atau bersenang-senang di luar angkasa? Tinggal tanya saja, karena kehidupan di luar angkasa penuh cerita menarik dan sisi manusiawi yang jarang diketahui banyak orang.