Sistem saraf pusat (SSP) adalah pusat kendali yang mengatur hampir seluruh fungsi vital manusia, mulai dari sensasi, pikiran, pernapasan, hingga gerakan.
Tidak hanya berperan sebagai jalur impuls listrik, SSP juga merupakan pusat integrasi yang penuh dengan interaksi biokimia dan seluler yang kompleks.
Meskipun hanya memiliki bobot sekitar 2% dari total tubuh, otak dan sumsum tulang belakang mengonsumsi lebih dari 20% energi metabolik tubuh. Fakta ini menunjukkan betapa besar peran sistem ini dalam menjaga kelangsungan hidup manusia.
Otak memiliki struktur yang tersusun secara hierarkis dengan fungsi yang sangat khusus pada setiap bagiannya:
- Korteks serebral: Merupakan pusat kesadaran, bahasa, serta gerakan yang disengaja. Tiap lobus memiliki fungsi berbeda, misalnya lobus oksipital yang memproses penglihatan dan korteks prefrontal yang mengatur fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan.
- Ganglia basalis dan talamus: Bagian ini berperan penting dalam mengatur gerakan serta menjadi pusat penghubung untuk menyaring dan menyampaikan informasi sensorik.
- Batang otak: Mengatur fungsi-fungsi vital seperti pernapasan, kerja jantung, serta kesadaran. Tanpa batang otak, tubuh tidak akan mampu mempertahankan hidup.
- Serebelum: Bagian ini penting untuk keseimbangan, koordinasi gerakan, serta pembelajaran motorik.
Sementara itu, sumsum tulang belakang berfungsi sebagai jalur penghubung utama antara otak dan tubuh. Bagian ini mengendalikan refleks, gerakan, serta membawa sinyal sensorik ke otak. Segmentasi sumsum tulang belakang juga memungkinkan pemetaan yang akurat pada area saraf tertentu, yang sangat berguna dalam mendiagnosis kerusakan saraf.
Ketika berbicara tentang otak, yang sering mendapat sorotan adalah neuron. Namun, ada "pemeran pendukung" lain yang tidak kalah penting, yaitu sel glia. Beberapa di antaranya adalah:
- Astrosit: Menjaga keseimbangan ion, mengatur transmisi sinyal, dan mendukung aktivitas sinaps.
- Mikroglia: Berperan sebagai sistem imun di dalam otak, bertugas mendeteksi ancaman serta memperbaiki kerusakan.
- Oligodendrosit: Membentuk mielin yang mempercepat hantaran impuls saraf. Gangguan pada sel ini dapat menyebabkan penyakit seperti multiple sclerosis.
Penghalang darah-otak atau blood-brain barrier (BBB) adalah lapisan selektif yang melindungi otak dari racun dan patogen berbahaya. Meskipun bermanfaat, lapisan ini juga menyulitkan pemberian obat ke dalam otak. Peneliti dari Universitas Toronto bahkan berhasil membuka BBB sementara dengan teknologi ultrasound terfokus, memungkinkan masuknya obat-obatan canggih seperti antibodi monoklonal untuk terapi glioma dan Alzheimer.
Komunikasi antar-neuron terjadi melalui neurotransmiter seperti glutamat, GABA, dopamin, serotonin, dan asetilkolin. Glutamat memegang peran utama dalam pembelajaran dan memori, sementara GABA berfungsi mencegah aktivitas berlebihan yang dapat merusak sel saraf.
Fenomena long-term potentiation (LTP) yang pertama kali ditemukan pada tahun 1973 menjadi dasar pemahaman bagaimana otak menyimpan memori. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa protein pengikat RNA dan translasi mRNA di dendrit turut berperan dalam perubahan sinaps yang berkaitan dengan pengalaman belajar.
Berbagai penyakit dapat menyerang SSP, di antaranya:
- Penyakit neurodegeneratif: Alzheimer, Parkinson, dan ALS, yang disebabkan oleh penumpukan protein abnormal seperti tau, alfa-sinuklein, dan TDP-43.
- Tumor otak: Glioblastoma multiforme adalah salah satu jenis kanker otak yang paling ganas. Saat ini, klasifikasi molekuler seperti status MGMT dan kodeleksi 1p/19q membantu dokter menentukan terapi yang lebih tepat.
- Gangguan autoimun: Selain multiple sclerosis, kini dikenal pula neuromyelitis optica spectrum disorder (NMOSD) dan anti-MOG, yang masing-masing memiliki penanda antibodi khas.
Berbeda dengan saraf perifer, neuron di SSP memiliki kemampuan regenerasi yang sangat terbatas. Hambatan ini disebabkan oleh adanya molekul penghambat seperti Nogo-A dan kurangnya faktor pertumbuhan. Meski demikian, riset terbaru pada transplantasi sel punca, terapi berbasis eksosom, hingga pengeditan gen CRISPR menunjukkan harapan untuk memperbaiki kerusakan akibat cedera sumsum tulang belakang.
Perpaduan ilmu saraf dan teknologi melahirkan inovasi luar biasa, salah satunya brain-computer interface (BCI). Teknologi ini memungkinkan pasien yang mengalami kelumpuhan parah untuk kembali berkomunikasi. Perangkat BCI yang dikembangkan Neuralink bahkan sudah mulai diuji coba pada manusia, dengan elektroda kecil yang ditanamkan di korteks motorik untuk membaca sinyal saraf.
Tak hanya itu, algoritma kecerdasan buatan kini mampu membantu dokter dalam menganalisis pola sinyal otak, termasuk menentukan lokasi kejang pada pasien epilepsi yang tidak responsif terhadap obat.
Sistem saraf pusat adalah misteri terbesar dalam tubuh manusia, rumit, rapuh, tetapi juga menakjubkan. Dari rahasia sel glia hingga teknologi antarmuka otak-komputer, setiap temuan baru semakin memperkecil jarak antara riset dasar dan aplikasi klinis. Masa depan pengobatan SSP kemungkinan besar akan ditandai oleh diagnostik presisi, terapi biologis yang ditargetkan, serta teknologi neuro yang makin canggih.
simak video "bagian sistem saraf pusat dan fungsinya"
video by " Halo Edukasi"