Seiring dengan berkembangnya adopsi cryptocurrency di pasar global, ada satu faktor yang sering kali terabaikan namun sangat berpengaruh terhadap keuntungan trading, yaitu gas fee.
Biaya transaksi ini, yang digunakan untuk membayar para validator jaringan, dapat berfluktuasi dengan sangat tajam dan mempengaruhi trader baik pemula maupun profesional.
Gas fee adalah biaya penggunaan jaringan yang dikenakan pada platform blockchain. Berbeda dengan sistem keuangan tradisional yang menggunakan tarif tetap, transaksi blockchain membutuhkan sumber daya komputasi yang bervariasi. Gas fee ini dinyatakan dalam token asli dari blockchain yang bersangkutan, yang artinya biaya tersebut dapat berubah tergantung pada harga token dan kepadatan jaringan.
Sebagai contoh, di Ethereum, platform kontrak pintar yang paling banyak digunakan, gas diukur dalam "gwei", sebuah denominasi kecil dari ether. Semakin kompleks suatu transaksi (seperti menukar token di bursa terdesentralisasi atau mencetak NFT), semakin tinggi gas fee yang dikenakan karena permintaan komputasi yang lebih besar.
Fluktuasi harga gas fee dipengaruhi oleh permintaan jaringan. Ketika blockchain mengalami lonjakan lalu lintas, para pengguna berlomba untuk memastikan transaksi mereka divalidasi dengan cepat, seringkali dengan menambah biaya untuk meningkatkan peluang diprioritaskan. Sistem ini mirip dengan lelang, di mana transaksi dengan hadiah lebih tinggi akan lebih dulu diproses oleh validator.
Menurut Vitalik Buterin, salah satu pendiri Ethereum: "Gas fee pada dasarnya adalah gambaran dinamika penawaran dan permintaan di jaringan Ethereum: ketika permintaan terhadap ruang blok meningkat, biaya akan naik untuk mengelola kemacetan dan mengalokasikan sumber daya terbatas secara efisien."
Selain itu, keterbatasan ruang blok turut berkontribusi terhadap kemacetan ini. Setiap blok hanya bisa menampung sejumlah data tertentu, sehingga pada periode-periode aktivitas perdagangan tinggi seperti peluncuran token atau peristiwa pasar yang bergejolak, pengguna mungkin menghadapi lonjakan gas fee atau keterlambatan konfirmasi transaksi.
Bagi trader pemula, gas fee sering kali terlupakan saat menghitung keuntungan dan kerugian. Padahal, bagi mereka yang sering melakukan trading atau menukar token dengan nilai kecil, gas fee dapat mengurangi keuntungan secara signifikan. Sebagai contoh, jika Anda melakukan transaksi senilai $200 dengan gas fee $30, Anda harus memperoleh keuntungan 15% hanya untuk mencapai titik impas.
Biaya tersembunyi ini dapat memengaruhi strategi trading, terutama di pasar yang volatil di mana kecepatan dan efisiensi menjadi kunci. Untuk mengurangi biaya ini, beberapa trader memilih untuk mengelompokkan transaksi mereka, melakukan trading pada saat jaringan tidak terlalu sibuk, atau memanfaatkan solusi Layer 2 meskipun setiap pilihan ini memiliki risiko dan pertimbangan masing-masing.
Sebagai respons terhadap tingginya biaya pada Layer 1, banyak blockchain yang mulai mengintegrasikan atau beralih ke protokol Layer 2. Jaringan sekunder ini membantu mengurangi beban data pada blockchain utama, namun tetap menjaga tingkat keamanan yang tinggi. Akibatnya, para pengguna sering kali mendapatkan manfaat berupa konfirmasi transaksi yang lebih cepat dan gas fee yang lebih rendah.
Namun, pengguna harus tetap berhati-hati dengan berbagai hal yang harus dipertimbangkan, seperti masalah interoperabilitas, waktu penarikan, dan risiko jembatan token antara Layer 1 dan Layer 2.
1. Pantau Lalu Lintas Jaringan:
Gunakan explorer blockchain atau pelacak biaya untuk memantau periode dengan aktivitas rendah, di mana biaya gas bisa turun secara signifikan.
2. Kelompokkan Transaksi:
Jika Anda perlu melakukan beberapa transfer atau trading, menggabungkannya dalam satu transaksi dapat mengurangi biaya kumulatif.
3. Pertimbangkan Blockchain Alternatif:
Beberapa trader mencari blockchain baru dengan struktur biaya yang lebih murah, meskipun ini memerlukan pemahaman tentang ekosistem baru dan mungkin menambah risiko.
4. Gunakan Estimator Gas Fee:
Sebelum melakukan transaksi, periksa perkiraan biaya gas dan sesuaikan batas gas jika memungkinkan untuk mengoptimalkan biaya.
Meskipun jaringan desentralisasi beroperasi tanpa otoritas pusat, minat regulasi terhadap transparansi biaya gas semakin meningkat. Beberapa badan pengawas keuangan di berbagai negara tengah meneliti apakah biaya gas perlu ditampilkan lebih jelas dalam antarmuka aplikasi desentralisasi.
Perubahan ini mungkin akan mendorong terciptanya alat yang lebih ramah investor atau bahkan standar yang mewajibkan struktur biaya yang lebih transparan. Selain itu, transisi Ethereum menuju sistem konsensus yang lebih scalable, bersama dengan model gas fee baru seperti EIP-1559, dapat meningkatkan prediktabilitas biaya gas dalam jangka panjang.
Gas fee bukanlah sekadar biaya teknis kecil; mereka adalah elemen krusial dalam ekonomi blockchain. Untuk membuat keputusan trading yang lebih cerdas, memahami struktur biaya, faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi, dan mekanisme penghematan biaya sangat penting, sebanding dengan mempelajari grafik harga atau tokenomics. Dengan merencanakan trading dengan memperhitungkan biaya gas dan menyesuaikan strategi dengan lanskap blockchain yang terus berkembang, para trader dapat meningkatkan efisiensi dan melindungi keuntungan mereka.
Dengan semakin populernya cryptocurrency, kini saatnya Anda mulai memperhatikan faktor gas fee ini agar bisa memaksimalkan potensi keuntungan dalam trading.