Likuiditas sering kali menjadi faktor penentu yang paling penting namun jarang mendapat sorotan dalam dunia pengelolaan portofolio.


Banyak investor hanya fokus pada pemilihan aset dan diversifikasi, padahal likuiditas memegang peranan besar dalam menentukan kelancaran strategi, pengendalian risiko, hingga pencapaian tujuan keuangan jangka panjang.


Memahami Likuiditas: Bukan Sekadar Uang Tunai


Secara sederhana, likuiditas berarti seberapa cepat dan mudah sebuah aset dapat diubah menjadi uang tunai tanpa memengaruhi harga pasar secara signifikan. Namun, konsep ini jauh lebih luas daripada hanya menyimpan kas atau setara kas. Ada juga istilah likuiditas pasar, yaitu kemudahan membeli atau menjual aset di pasar dengan harga yang wajar.


Aset dengan likuiditas tinggi, seperti saham berkapitalisasi besar atau obligasi pemerintah, memungkinkan transaksi cepat dengan harga yang relatif stabil. Sebaliknya, aset yang kurang likuid seperti properti, ekuitas swasta, atau obligasi dengan volume terbatas biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk dijual dan sering kali mengharuskan adanya potongan harga.


Will Kinlaw, Senior Managing Director di State Street Associates, pernah menekankan bahwa likuiditas tidak bisa dilihat hanya hitam dan putih. Menurutnya, "Likuiditas berada pada spektrum, bukan sekadar dikotomi likuid atau tidak likuid. Manajer portofolio harus mampu membedakan berbagai tingkatan likuiditas saat menyusun alokasi."


Likuiditas dan Manajemen Risiko: Hubungan yang Tak Terpisahkan


Dalam praktiknya, likuiditas berperan besar sebagai alat pengendalian risiko. Pada saat pasar mengalami gejolak, aset yang likuid berfungsi sebagai bantalan. Investor dapat memenuhi kebutuhan dana, melakukan rebalancing portofolio, atau bahkan memanfaatkan peluang baru tanpa harus melakukan penjualan terburu-buru dengan harga murah.


Peristiwa tahun 2020 menjadi bukti nyata. Portofolio dengan profil likuiditas yang lebih baik mampu menghadapi guncangan dengan lebih stabil. Menariknya, justru aset yang tidak likuid sering kali menawarkan imbal hasil lebih tinggi karena adanya illiquidity premium. Namun, keuntungan tambahan ini datang dengan konsekuensi: kesulitan melepas posisi saat terjadi tekanan pasar.


Investor yang bijak tahu bahwa ada pertukaran antara potensi imbal hasil dan risiko keterbatasan likuiditas. Pengelolaan portofolio yang efektif memerlukan pemantauan terus-menerus dan penyesuaian dinamis terhadap kondisi pasar.


Strategi Mengintegrasikan Likuiditas dalam Portofolio


Seiring berkembangnya teori portofolio modern, pertimbangan likuiditas semakin menjadi bagian penting dalam perencanaan alokasi aset. Salah satu pendekatan populer adalah menyusun portofolio berdasarkan lapisan likuiditas. Misalnya, bagian inti dapat diisi dengan instrumen yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Sementara itu, bagian satelit bisa diisi dengan aset yang kurang likuid namun berpotensi memberi imbal hasil lebih tinggi.


Selain itu, manajer portofolio cerdas biasanya melakukan liquidity stress testing. Uji simulasi ini digunakan untuk membayangkan skenario gangguan pasar dan menilai seberapa cepat posisi dapat dilikuidasi serta berapa biaya yang mungkin timbul. Dengan cara ini, kelemahan portofolio dapat terdeteksi sejak dini dan cadangan likuiditas bisa diperkuat.


Dampak Regulasi dan Perubahan Pasar terhadap Likuiditas


Peta likuiditas global tidaklah statis. Ia terus berubah mengikuti regulasi serta dinamika pasar. Setelah krisis keuangan 2008, berbagai aturan baru diberlakukan, termasuk persyaratan modal dan likuiditas yang lebih ketat bagi bank. Hasilnya, beberapa aktivitas market making berkurang, sehingga likuiditas di instrumen tertentu seperti obligasi korporasi menjadi lebih terbatas.


Di sisi lain, munculnya perdagangan algoritmik dan high-frequency trading membawa pola baru. Meski teknologi ini memungkinkan eksekusi cepat, dalam kondisi volatilitas ekstrem justru bisa memicu pengeringan likuiditas secara tiba-tiba. Karena itu, manajer portofolio harus tetap waspada dan memanfaatkan analisis canggih untuk membaca sinyal pasar serta kedalaman order book.


Likuiditas dan Tujuan Investor: Menyatu dengan Strategi


Yang tak kalah penting, likuiditas harus selalu disesuaikan dengan tujuan spesifik investor. Bagi institusi berorientasi jangka panjang seperti dana pensiun, investasi pada aset kurang likuid bisa jadi pilihan tepat untuk meningkatkan imbal hasil sekaligus memperluas diversifikasi. Namun, bagi investor ritel atau reksa dana dengan arus kas keluar-masuk yang sering, prioritas utama adalah menjaga fleksibilitas likuiditas.


Mark Kritzman, CEO Windham Capital Management, menegaskan, "Menyelaraskan likuiditas dengan horizon investasi sangat penting agar tidak terjebak pada penjualan aset di saat yang tidak tepat."


Pada akhirnya, likuiditas bukan lagi sekadar topik pelengkap dalam pengelolaan portofolio. Ia telah menjadi kebutuhan utama di tengah pasar keuangan yang semakin kompleks. Dengan likuiditas yang terjaga, investor tidak hanya mampu bertahan dalam situasi penuh ketidakpastian, tetapi juga bisa bergerak lincah untuk memanfaatkan peluang.