Istilah "Flippening" mengacu pada skenario di mana Ethereum melampaui Bitcoin dari segi kapitalisasi pasar. Dulu ide ini dianggap sekadar spekulasi, namun kini, dengan berbagai dinamika pasar yang terus berkembang, peningkatan teknologi Ethereum, serta perubahan sentimen investor, skenario ini tak lagi terdengar mengada-ada.
Data dari berbagai platform analisis blockchain menunjukkan bahwa pertumbuhan Ethereum dalam adopsi pengguna dan inovasi teknologinya terus melaju pesat, membuat jaraknya dengan Bitcoin semakin mengecil. Apakah ini saatnya Ethereum mengambil alih tahta?
Berbeda dengan Bitcoin yang diciptakan sebagai alat tukar digital terdesentralisasi, Ethereum hadir sebagai platform komputasi terdesentralisasi. Dengan fitur unggulannya, yaitu smart contract, Ethereum mampu menjalankan berbagai aplikasi terdesentralisasi (dApps) langsung di atas blockchain-nya.
Hal ini menjadikan Ethereum sebagai tulang punggung dalam berbagai sektor seperti keuangan terdesentralisasi (DeFi), token digital unik (NFT), dan bahkan solusi blockchain tingkat perusahaan.
Menurut Adam Cochran, analis blockchain dari Variant Fund, "Fleksibilitas pemrograman dan ekosistem Ethereum yang beragam menarik perhatian institusi yang ingin lebih dari sekadar eksposur aset."
Dengan transisi ke Ethereum 2.0 yang mengusung sistem proof-of-stake (PoS), platform ini kini semakin efisien, hemat energi, dan lebih skalabel, kualitas yang belum bisa ditandingi oleh Bitcoin yang masih menggunakan model proof-of-work (PoW) dengan konsumsi energi besar.
Hingga pertengahan tahun 2025, kapitalisasi pasar Ethereum telah mencapai sekitar 70% dari Bitcoin, tertinggi dalam dua tahun terakhir. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, volume perdagangan dan jumlah alamat aktif Ethereum sempat melampaui Bitcoin.
Sistem staking Ethereum juga mendorong lebih banyak investor jangka panjang, karena mereka bisa mengunci aset mereka untuk mendapatkan imbal hasil yang secara otomatis mengurangi pasokan di pasar dan meningkatkan permintaan.
Menurut survei FinScope Analytics pada kuartal kedua 2025, 53% investor institusi percaya bahwa Ethereum memiliki prospek investasi jangka panjang yang lebih kuat dibandingkan Bitcoin. Alasan mereka meliputi efisiensi energi yang lebih baik, fleksibilitas pemrograman, dan penggunaan yang lebih luas dalam ekosistem teknologi.
Jika di tahun 2023 Ethereum masih didominasi oleh investor ritel, maka di 2025, panggung telah berubah. Investor institusi, dana ventura, hingga lembaga riset resmi mulai menggunakan Ethereum untuk berbagai proyek seperti obligasi yang ditokenisasi, sistem identitas digital, dan infrastruktur finansial berbasis blockchain.
Ethereum tidak lagi sekadar alat investasi. Kini ia mulai diakui sebagai lapisan infrastruktur masa depan dalam dunia keuangan global. Peran Ethereum perlahan-lahan bertransformasi dari spekulatif menjadi fundamental.
Meskipun Ethereum tumbuh sangat cepat, posisi Bitcoin sebagai penyimpan nilai paling dominan masih kokoh. Dengan pasokan tetap, keunggulan sebagai pelopor, dan pengakuan global, Bitcoin tetap jadi pilihan utama bagi investor yang mencari stabilitas.
Banyak institusi tetap melihat Bitcoin sebagai "emas digital" stabil dan tahan inflasi. Sedangkan Ethereum lebih mirip saham teknologi: penuh potensi, namun lebih kompleks dan rentan terhadap perubahan cepat.
Selain itu, meskipun upgrade Ethereum membawa banyak manfaat, namun juga membuka risiko seperti kerentanan teknis dan ketidakpastian regulasi, terutama karena sifat Ethereum yang sangat fleksibel dan multifungsi dibandingkan dengan struktur Bitcoin yang lebih sederhana.
Memprediksi kapan Flippening akan terjadi memang sulit, namun tren yang ada menunjukkan bahwa momen tersebut bisa saja datang lebih cepat dari yang dibayangkan.
Beberapa faktor yang bisa mempercepat skenario ini antara lain:
- Adopsi luas teknologi Layer-2 seperti rollups untuk mempercepat transaksi Ethereum.
- Peningkatan tokenisasi aset dunia nyata (RWA) di blockchain Ethereum.
- Regulasi yang mendorong penggunaan blockchain yang dapat diprogram dan mudah diawasi.
- Penurunan volume transaksi Bitcoin seiring ekspansi penggunaan aplikasi berbasis Ethereum.
Penting untuk dicatat bahwa pertarungan antara Ethereum dan Bitcoin bukan sekadar soal harga, tetapi tentang cara teknologi blockchain digunakan, diatur, dan diintegrasikan ke dalam sistem keuangan modern.
Bitcoin masih memegang mahkota sebagai aset kripto nomor satu di dunia. Namun, Ethereum bukan lagi sekadar "adik" dalam industri ini. Dengan keunggulan teknologi, adopsi institusi yang semakin luas, dan pendekatan berbasis kegunaan nyata, Ethereum kini menjadi penantang serius untuk tahta tertinggi di dunia kripto.