Pernahkah Anda bertanya: "Orang tua kami sayang karena tulus, atau karena ada maunya?"
Jawaban jujur yang mungkin selama ini Anda rasakan tapi tak pernah ungkapkan
Kami pernah berada di titik itu, berpikir bahwa kasih sayang dari orang tua hanya muncul saat kami berhasil. Dapat nilai bagus? Mereka tersenyum bangga. Bersikap sopan saat ada tamu? Pujian pun berdatangan. Tapi saat kami membuat kesalahan, tiba-tiba semuanya menjadi sunyi. Bukan marah, tapi hening… yang terasa jauh lebih menyakitkan.
Lama-kelamaan, kami mulai bertanya-tanya… Apakah ini benar-benar cinta? Atau hanya sistem penghargaan berbasis prestasi? Jika Anda pernah merasa begini juga, Anda tidak sendiri.
Saat mulai membuka obrolan dengan teman-teman, ternyata banyak dari kami yang punya pengalaman serupa. Dan di sanalah muncul kesadaran: mungkin orang tua tidak sedang mencoba menukar cinta dengan prestasi. Mereka hanya tidak tahu cara lain untuk menunjukkan rasa peduli.
Banyak dari mereka dibesarkan di lingkungan yang keras, di mana cinta bukan sesuatu yang sering diungkapkan dengan kata-kata. Akhirnya, mereka pun mengekspresikan sayang melalui cara yang mereka tahu: dorongan, tuntutan, bahkan tekanan. Mereka ingin kami berhasil, karena itu adalah bentuk rasa sayang yang mereka pahami. Meski tidak selalu sehat, ternyata itu juga bentuk cinta.
Kami tumbuh tanpa banyak mendengar kalimat "Kami sayang Anda." Tapi, coba lihat lebih dalam… Bukankah ada banyak hal kecil yang diam-diam mereka lakukan untuk menunjukkan kasih sayang?
Seperti ibu yang selalu menyiapkan potongan buah favorit tanpa diminta. Atau ayah yang memastikan kami pulang dengan aman, walau tidak banyak bicara. Tidak ada pelukan, tidak ada kalimat manis, tapi ada perhatian yang konsisten. Dan itu nyata.
Begitu banyak orang tua yang mengekspresikan cinta lewat tindakan, bukan kata-kata. Masalahnya, kita sering tidak menyadarinya. Karena yang kita harapkan adalah cinta yang keras dan jelas, seperti dalam film. Padahal, kasih sayang bisa hadir dalam bentuk yang paling sunyi.
Mungkin, kadang-kadang terasa begitu. Tapi kenyataannya, lebih rumit dari itu. Orang tua memang sering mengharapkan hal-hal tertentu dari anak: hormat, usaha, dan rasa terima kasih. Tapi bukan karena mereka ingin balasan, melainkan karena mereka takut. Takut kami gagal. Takut kami tidak bahagia. Takut dunia akan menyakiti kami.
Seringkali, ekspektasi itu bukan "Kalau Anda begini, baru kami sayang." Tapi lebih ke "kami tidak tahu cara lain menunjukkan bahwa kami peduli." Cintanya bisa kaku, bisa membingungkan, tapi bukan berarti tidak nyata.
Saat kami tumbuh dewasa, kami mulai belajar untuk membuka komunikasi. Perlahan, kami mulai mengutarakan apa yang kami butuhkan secara emosional. Kadang canggung, kadang tidak langsung dimengerti. Tapi sedikit demi sedikit, kami mulai menjembatani jarak yang dulu terasa jauh.
Kami juga belajar membalas cinta mereka dengan cara yang mereka pahami, meski bentuknya berbeda dari cinta ke teman atau pasangan. Ini adalah proses, bukan hasil instan. Tapi rasanya begitu melegakan saat tahu, bahwa kita tidak sendirian dalam perasaan ini.
Apakah Anda pernah merasa cinta dari orang tua seperti ada syaratnya? Apakah sekarang, seiring bertambahnya usia, Anda mulai melihat cinta mereka dari sudut pandang yang berbeda?
Yuk, bagikan cerita Anda. Kita bahas bersama. Karena seringkali, proses penyembuhan dimulai dari satu hal sederhana: menyadari bahwa ternyata kita tidak sendiri.