Banyak orang tua merasa cemas ketika melihat anak-anak mereka menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, baik itu ponsel maupun komputer.


Mereka terlihat asyik bermain game, sementara pelajaran terbengkalai, pertemanan terganggu, dan minat pada hal-hal lain makin memudar.


Tapi, sebelum kita panik atau langsung melarang mereka bermain, mari kita cari tahu terlebih dahulu mengapa ini bisa terjadi.


Menurut Dr. Robert Thomas, seorang psikolog anak, game sering kali menjadi pelarian bagi anak-anak dari stres, rasa kesepian, atau kurangnya rasa pencapaian dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jadi, jika kita hanya fokus pada melarang mereka bermain tanpa memahami akar masalahnya, kita mungkin justru memperburuk situasi.


Komunikasi Adalah Kunci Utama


Menegur atau memarahi anak tidak akan menyelesaikan masalah. Yang perlu kita lakukan adalah membangun komunikasi yang terbuka dan hangat. Ajak anak duduk bersama dan tanyakan hal-hal seperti, "Apa yang membuat Anda lebih menikmati game daripada aktivitas lain?", atau "Apakah Anda sedang merasa tertekan atau tidak punya teman untuk diajak bermain?" Dengan mendengarkan secara tulus, kita bisa mengetahui alasan di balik kecanduan tersebut dan mulai merancang solusi yang lebih tepat.


Berikan Alternatif yang Menarik dan Bermakna


Daripada membiarkan waktu luang anak diisi sepenuhnya dengan game, kita bisa mengenalkan mereka pada aktivitas seru lainnya yang tak kalah menyenangkan. Misalnya, mengajak mereka mencoba olahraga baru, belajar alat musik, atau melakukan proyek kreatif bersama, seperti melukis, memasak, menanam tanaman kecil, atau merakit model miniatur.


Dr. Emily Harper, seorang terapis keluarga, mengatakan bahwa anak-anak cenderung mengurangi waktu bermain game secara alami saat mereka menemukan aktivitas lain yang menyenangkan dan memuaskan. Akan lebih baik lagi jika kita ikut terlibat dalam kegiatan tersebut agar mereka merasa didukung dan tidak sendirian.


Atur Batasan yang Jelas dan Konsisten


Membuat aturan yang jelas bukan berarti membatasi kebebasan anak, justru sebaliknya, ini membantu mereka merasa lebih aman dan terkendali. Kita bisa membuat kesepakatan keluarga tentang kapan dan berapa lama game boleh dimainkan. Misalnya, game hanya boleh dimainkan setelah tugas sekolah selesai atau setelah membaca buku. Kita juga bisa menggunakan timer atau kalender sebagai pengingat.


Dengan cara ini, anak-anak akan mengerti bahwa kita tidak melarang mereka bermain, melainkan membantu mereka membentuk kebiasaan yang sehat dan seimbang.


Rayakan Setiap Kemajuan Anak


Tidak perlu menunggu perubahan besar untuk mulai memberi apresiasi. Setiap langkah kecil menuju pengurangan waktu bermain game layak untuk dirayakan. Kita bisa memberi pujian, memberikan hadiah kecil, atau cukup mengatakan, "Kami bangga dengan kemajuanmu hari ini. Teruskan ya!"


Umpan balik positif seperti ini akan memberikan dorongan motivasi yang kuat bagi anak-anak, dan membuat mereka merasa usahanya dihargai.


Kita Tidak Sendirian, Mari Berbagi dan Saling Mendukung


Terakhir, penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa kita tidak sendiri. Banyak orang tua menghadapi tantangan serupa. Kami semua punya tujuan yang sama: memastikan anak-anak tumbuh sehat, bahagia, dan seimbang dalam menjalani hidup. Jika Anda sedang berjuang menghadapi anak yang kecanduan game, jangan ragu untuk berbagi pengalaman, kegelisahan, atau tips Anda di kolom komentar.


Dengan saling mendukung dan belajar dari satu sama lain, kita bisa menciptakan perubahan besar yang positif dalam kehidupan anak-anak kita.