Hi, Lykkers! Di masa lalu, coretan di dinding kota sering dianggap sekadar vandalisme, perbuatan merusak fasilitas umum tanpa izin.


Namun, seiring perkembangan zaman, fenomena ini mengalami pergeseran besar. Street art kini bukan lagi sekadar coretan nakal, melainkan bentuk ekspresi artistik yang diakui dunia.


Dari mural warna-warni hingga instalasi kreatif, karya para seniman jalanan telah menjadi bagian penting dari identitas banyak kota besar di seluruh dunia.


Awal Mula dan Stigma Vandalisme


Street art berakar dari budaya urban yang berkembang di Amerika Serikat pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an, khususnya di New York. Awalnya, graffiti digunakan sebagai bentuk protes sosial dan penanda identitas kelompok. Namun, karena sering dibuat tanpa izin di fasilitas umum, karya-karya ini dicap sebagai tindakan ilegal dan merusak lingkungan. Pandangan ini bertahan lama, terutama di kota-kota besar yang berjuang menjaga ketertiban dan kebersihan ruang publik.


Transformasi menjadi Karya Seni


Perubahan pandangan terhadap street art mulai terjadi ketika karya-karya ini mulai menunjukkan nilai estetika dan pesan yang kuat. Beberapa seniman berhasil menarik perhatian publik dan media dengan gaya unik mereka. Contohnya, Banksy dari Inggris berhasil mengangkat street art menjadi medium kritik sosial yang cerdas dan menghibur.


Di kota-kota besar seperti Berlin, Melbourne, hingga Jakarta, mural-mural kini justru menjadi daya tarik wisata. Banyak pemerintah daerah yang mengundang seniman untuk memperindah dinding kosong, terowongan, hingga jembatan dengan karya seni penuh warna.


Peran Street Art dalam Identitas Kota


Street art tidak hanya mempercantik kota, tetapi juga mencerminkan identitas dan cerita lokal. Setiap mural atau grafiti sering kali menggambarkan isu sosial, sejarah daerah, atau kebanggaan budaya. Misalnya, mural bertema pahlawan lokal di Yogyakarta atau lukisan yang menonjolkan kehidupan pesisir di George Town, Malaysia.


Selain itu, street art juga memberikan ruang bagi seniman muda untuk berkarya tanpa harus masuk ke galeri seni formal. Ruang publik menjadi kanvas terbuka yang memungkinkan karya seni dilihat oleh semua kalangan.


Contoh Kota di Indonesia dengan Street Art Ikonik


Beberapa kota di Indonesia berhasil menjadikan street art sebagai daya tarik utama.


1. Yogyakarta dikenal dengan kampung tematik seperti Kampung Code dan Kampung Jetis, yang penuh mural bertema budaya Jawa, tokoh wayang, hingga pesan sosial.


2. Bandung memiliki area seperti Kampung Kreatif Dago Pojok dan mural di sepanjang Jalan Braga yang menjadi spot foto favorit wisatawan.


3. Malang sukses menghidupkan Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni Jodipan, yang awalnya kawasan kumuh, kini berubah menjadi destinasi wisata populer berkat sentuhan seni mural.


Kota-kota ini membuktikan bahwa street art bisa menjadi solusi kreatif untuk memperindah lingkungan sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.


Dampak Ekonomi dan Pariwisata


Tidak sedikit kota besar yang memanfaatkan street art sebagai magnet wisata. Tur "mural hunting" atau jelajah kampung tematik menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Kehadiran street art bahkan mampu menghidupkan kembali kawasan yang sebelumnya sepi, membawa peluang usaha baru bagi warga sekitar.


Tantangan dan Batas Etika


Meski street art kini lebih diterima, batas antara seni dan vandalisme tetap ada. Karya yang dibuat tanpa izin di properti pribadi atau fasilitas umum masih bisa dianggap pelanggaran hukum. Oleh karena itu, banyak kota kini menyediakan "legal walls" atau area khusus yang boleh digunakan seniman untuk berkarya tanpa melanggar aturan.


Perjalanan street art dari vandalisme menuju pengakuan global adalah bukti bahwa seni dapat berkembang dari ruang-ruang yang sebelumnya dianggap liar. Di tangan seniman kreatif, tembok kota bukan lagi simbol kerusakan, melainkan galeri terbuka yang menghidupkan suasana dan menyampaikan pesan. Kota besar yang mampu merangkul street art tidak hanya memperkaya wajah visualnya, tetapi juga membangun identitas yang unik di mata dunia.