Pernahkah Anda merasa bahwa memilah sampah di kota itu terasa sangat alami, tetapi di desa malah hampir mustahil?
Kami tumbuh besar di desa dan sekarang tinggal di kota, dan perbedaan itu sungguh mencengangkan. Tapi percayalah, ini bukan soal malas atau tidak peduli. Mari kita bahas dengan cara yang sederhana dan dari sudut pandang nyata.
Di kota, segala sesuatu sangat terorganisir dengan baik. Tempat sampah sudah diberi kode warna, ada aturan yang dipasang di berbagai tempat, dan mobil sampah datang tepat waktu. Anda tahu kapan dan bagaimana membuang sampah dengan benar. Bahkan di sekolah atau apartemen, selalu ada pengingat untuk memilah sampah.
Selain itu, banyak dari kita yang tinggal di tempat kecil, sehingga mengelola sampah dengan benar itu sangat penting, karena kalau tidak, sampah bisa menumpuk dengan cepat. Kota benar-benar membuat kita merasa lebih mudah untuk melakukannya dengan benar.
Sekarang coba bayangkan kehidupan di desa. Di desa kami, tidak ada mobil sampah yang datang setiap beberapa hari. Orang-orang cenderung membakar atau mengubur sampah mereka, itu adalah cara yang digunakan oleh nenek moyang kami, dan itu berhasil di zaman mereka.
Tidak ada tempat sampah terpisah atau jadwal tetap. Bahkan jika Anda ingin memilah sampah, ke mana sampah yang sudah dipilah itu akan dibawa? Tidak ada langkah kedua setelah memilah, dan ini adalah masalah yang sesungguhnya.
Mari kita bicara jujur: tanpa adanya layanan lanjutan, memilah sampah menjadi tidak ada artinya. Misalnya, jika Anda memisahkan sampah organik, tetapi tidak ada fasilitas komposting di desa, lalu bagaimana? Atau jika barang-barang yang bisa didaur ulang malah dicampur dalam satu tempat dengan sampah lain, lama kelamaan orang akan kehilangan semangat untuk melakukannya.
Masalahnya bukan kebiasaan, tetapi kurangnya dukungan sistem. Di kota, sistem ini ada, tetapi di desa, belum ada dan itu yang menjadi kendala utama.
Warga kota, terutama generasi muda, sudah terbiasa dengan berbagai kampanye tentang memilah sampah, baik melalui poster, video, maupun program-program sekolah. Kami diajarkan tentang apa yang harus dibuang di mana. Tetapi, di daerah pedesaan, akses terhadap pendidikan lingkungan dan informasi mengenai peraturan baru sering kali terbatas.
Ketika orang-orang tidak tahu mengapa memilah sampah itu penting, mereka akan cenderung mengabaikan hal tersebut. Oleh karena itu, kurangnya pemahaman tentang manfaat memilah sampah menjadi penghalang utama.
Bagi banyak keluarga di pedesaan, metode membuang sampah yang digunakan selama puluhan tahun sudah menjadi kebiasaan. Perubahan memang memerlukan waktu dan tentu saja kesabaran. Jika suatu sistem baru tiba-tiba diterapkan tanpa ada penjelasan yang jelas mengenai manfaat atau dukungan yang memadai, orang akan ragu untuk mengikutinya.
Mereka bukan menolak untuk memilah sampah, tetapi mereka belum melihat bagaimana sistem tersebut bisa cocok dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Jika kita ingin memilah sampah di pedesaan berjalan dengan baik, maka hal itu tidak hanya bisa diukur dari aturan saja. Diperlukan investasi nyata dalam infrastruktur pengelolaan sampah, edukasi yang jelas, dan dukungan dari masyarakat setempat. Tidak adil jika kita hanya mengandalkan peraturan tanpa memberikan alat dan fasilitas yang diperlukan untuk melakukannya.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda pernah melihat bagaimana sampah ditangani di kota dan desa? Apakah ada hal yang mengejutkan Anda? Atau mungkin Anda juga pernah merasakan tinggal di kedua tempat tersebut? Mari kita berbicara lebih lanjut di kolom komentar!
Memilah sampah bukan hanya soal kebiasaan, tetapi tentang bagaimana sistem bekerja dan mendukung kita untuk melakukan hal yang benar. Sistem yang baik dan dukungan yang jelas bisa membawa perubahan besar, baik di kota maupun di desa. Bagaimana jika kita mulai mendiskusikan dan merencanakan solusi konkret untuk pedesaan? Tentu, setiap langkah kecil bisa membawa dampak besar!