Cortisol, yang sering dijuluki sebagai "hormon stres," diproduksi oleh kelenjar adrenal dan memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur metabolisme, respons imun, tekanan darah, serta siklus tidur dan bangun.


Ketika kadar cortisol seimbang, hormon ini membantu tubuh Anda merespons stres dan menjaga keseimbangan tubuh.


Namun, saat kadar cortisol terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam jangka waktu lama, dampaknya bisa sangat signifikan dan memengaruhi banyak sistem dalam tubuh.


Cortisol Tinggi: Ketika Respons Stres Berlebihan


Kelebihan cortisol sering dikaitkan dengan sindrom Cushing, meskipun tanpa kondisi tersebut, kadar cortisol yang tinggi secara kronis dapat mengganggu berbagai sistem tubuh. Menurut Dr. Theresa Larkin, stres yang berlangsung lama dan sekresi cortisol yang tidak teratur dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:


- Penambahan berat badan, terutama di sekitar perut, wajah, dan punggung bagian atas, meskipun kebiasaan makan tidak berubah.


- Perubahan kulit seperti penipisan kulit, mudah memar, dan munculnya stretch mark berwarna ungu. Pada wanita, pertumbuhan rambut berlebih di wajah (hirsutisme) dan rambut rontok juga dapat terjadi.


- Kelemahan otot dan kelelahan, terutama di bahu, pinggul, dan paha, yang membuat aktivitas sehari-hari menjadi lebih sulit.


- Gangguan suasana hati, seperti kecemasan, depresi, perubahan mood, dan kesulitan berkonsentrasi. Diperkirakan setengah dari orang yang menderita sindrom Cushing mengalami gangguan depresi mayor.


- Perubahan reproduksi, termasuk menstruasi yang tidak teratur dan penurunan kesuburan pada wanita.


- Hipertensi dan diabetes, akibat pengaruh cortisol terhadap metabolisme dan pengaturan kadar gula darah.


Cortisol Rendah: Ketika Sistem Alarm Tubuh Tidak Berfungsi


Produksi cortisol yang tidak mencukupi, seperti yang terjadi pada penyakit Addison dan beberapa penyakit kronis lainnya, dapat menyebabkan gangguan yang sama besarnya. Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Matthew Frank, seorang Peneliti Senior, menunjukkan bahwa rendahnya cortisol mungkin menjadi penyebab kelelahan yang terus-menerus, kabut otak, dan peradangan saraf yang terlihat pada kondisi seperti Long COVID dan sindrom kelelahan kronis. Gejala utama dari cortisol rendah antara lain:


- Kelelahan parah yang tidak membaik meskipun sudah beristirahat.


- Penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan hilangnya nafsu makan.


- Tekanan darah rendah, terkadang menyebabkan pusing saat berdiri.


- Kerusakan otot dan tulang, yang mengarah pada kelemahan dan peningkatan risiko cedera.


- Gangguan memori dan kesulitan kognitif, yang sering disebut sebagai "kabut otak".


Nyeri yang meluas dan meningkatnya sensitivitas terhadap stres, baik fisik maupun psikologis.


Hubungan dengan Peradangan: Cortisol Sebagai Pemadam Api Tubuh


Cortisol memiliki sifat antiinflamasi yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan respons imun tubuh. Ketika kadar cortisol tidak seimbang, peradangan dapat merajalela, berkontribusi pada kondisi seperti artritis rheumatoid, fibromyalgia, bahkan depresi. Dr. Larkin menekankan bahwa peradangan kronis akibat disfungsi cortisol dapat mempercepat proses penuaan, meningkatkan stres oksidatif, dan merusak jaringan tubuh.


Mendiagnosis Ketidakseimbangan Cortisol: Mengapa Gejala Saja Tidak Cukup


Mendiagnosis ketidakseimbangan cortisol hanya berdasarkan gejala tidaklah cukup akurat. Kadar cortisol secara alami berfluktuasi sepanjang hari, dengan puncaknya terjadi di pagi hari dan menurun pada malam hari. Tes laboratorium darah atau air liur diperlukan untuk penilaian yang lebih akurat, dan meskipun demikian, interpretasinya cukup kompleks. Dr. Larkin mengingatkan bahwa pengujian rutin tidak disarankan kecuali ada kecurigaan klinis yang jelas, karena gangguan pada kadar cortisol, baik yang tinggi maupun yang rendah, termasuk kondisi yang jarang terjadi.


Menyeimbangkan Kadar Cortisol: Strategi Berbasis Bukti


Meskipun ketidakseimbangan cortisol dapat disebabkan oleh kondisi medis yang memerlukan perawatan spesialis, intervensi gaya hidup tetap menjadi dasar bagi banyak orang untuk menjaga keseimbangan ini:


- Manajemen stres melalui mindfulness, meditasi, dan terapi perilaku kognitif dapat membantu menyeimbangkan respons stres tubuh.


- Olahraga teratur dan menjaga kebersihan tidur yang baik mendukung ritme cortisol yang sehat.


- Nutrisi seimbang memberikan bahan baku yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon secara optimal.


Cortisol memiliki banyak manfaat yang sangat penting untuk tubuh, tetapi jika kadarnya berlebihan atau kurang, dampaknya bisa sangat berbahaya. Untuk itu, memahami gejala, mencari evaluasi medis yang tepat, dan mengatasi faktor medis serta gaya hidup adalah kunci utama dalam mengembalikan keseimbangan hormon ini dan menjaga kesehatan tubuh dalam jangka panjang.