Demam pada bayi baru lahir sering kali menandakan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya dan memerlukan evaluasi yang cermat.
Berbeda dengan anak-anak yang lebih besar, sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir masih sangat berkembang, yang membuat infeksi menjadi lebih berbahaya dan sulit terdeteksi.
Mengetahui kapan demam mengindikasikan kondisi kritis dan kapan itu hanya merupakan penyakit ringan sangat penting untuk intervensi yang tepat waktu.
Demam pada bayi baru lahir umumnya didefinisikan sebagai suhu tubuh yang mencapai 38°C atau lebih. Pengukuran suhu tubuh secara rektal adalah cara yang paling akurat, karena pengukuran suhu permukaan bisa memberikan hasil yang menyesatkan. Namun, bayi baru lahir sering kali menunjukkan tanda-tanda yang kurang jelas atau subtel yang dapat menyertai demam, seperti kecemasan yang tidak biasa atau menangis yang berkepanjangan, minat makan yang berkurang, kantuk yang berlebihan di luar pola tidur normal, dan muntah yang sering menggantikan gumoh.
Penting untuk dicatat bahwa perubahan perilaku ringan pada bayi baru lahir bisa sulit dibedakan dari variasi normal yang terjadi pada bayi. Oleh karena itu, pengukuran suhu tubuh yang objektif dan konsultasi dengan tenaga medis sangat dianjurkan jika ada ketidakpastian.
Demam pada bayi baru lahir adalah gejala, bukan diagnosis tunggal. Infeksi yang disebabkan oleh patogen, terutama virus, merupakan penyebab umum demam pada kelompok usia ini. Namun, infeksi bakteri seperti infeksi saluran kemih, meningitis bakteri, dan sepsis bisa berisiko lebih besar mengingat kerentanannya pada sistem kekebalan tubuh bayi yang masih berkembang.
Selain infeksi, penyebab non-infeksi seperti terlalu banyak berpakaian atau kepanasan sering kali menjadi faktor penyebab suhu tubuh yang meningkat. Dehidrasi akibat pemberian ASI yang tidak cukup juga bisa menyebabkan gangguan suhu tubuh bayi, sehingga pemantauan yang cermat terhadap asupan cairan dan frekuensi buang air kecil bayi sangat penting.
Setiap bayi baru lahir yang berusia kurang dari dua bulan dengan suhu tubuh ≥38°C harus segera dievaluasi oleh tenaga medis karena risiko infeksi serius yang dapat berkembang dengan cepat. Selain ambang suhu tersebut, tanda-tanda klinis yang perlu diwaspadai antara lain: bayi yang tampak lesu atau sulit dibangunkan, sangat rewel atau tidak bisa dihentikan tangisnya, menolak makan, pernapasan yang cepat atau terengah-engah, muntah atau diare yang terus-menerus, kejang, dan munculnya ruam atau perubahan warna kulit seperti bercak ungu.
Dr. Paul Offit, seorang ahli penyakit infeksi pediatrik, mengingatkan, "Pada bayi baru lahir, demam jarang berarti tidak ada apa-apa. Evaluasi dini sangat penting karena infeksi serius tidak selalu dapat dibedakan hanya dengan pemeriksaan klinis." Dr. Jennifer Howse, seorang pakar neonatologi, menambahkan, "Penilaian medis yang cepat dalam beberapa jam bisa menyelamatkan nyawa bayi yang demam, mengingat kerentanannya dan tanda-tanda gejala yang halus."
Orang tua dan pengasuh perlu mencegah bayi dari kepanasan dengan mengenakan pakaian yang ringan dan menjaga suhu ruangan bayi antara 18–20°C. Memeriksa kecukupan pemberian ASI dan output popok secara teratur membantu mendeteksi dehidrasi sejak dini. Menjaga kebersihan tangan di antara pengunjung juga penting untuk mengurangi risiko infeksi.
Demam pada bayi yang lebih tua dari tiga bulan umumnya dapat diatasi dengan pemantauan yang cermat dan perawatan suportif, namun tetap perlu mendapatkan saran dari tenaga medis jika diiringi dengan perilaku atau gejala yang mengkhawatirkan.
Demam pada bayi baru lahir merupakan gejala yang sangat penting dan memerlukan perhatian yang serius. Mampu mengenali tanda-tanda halus yang menyertai demam dan memahami penyebab umum dari demam tersebut sangat membantu dalam mendeteksi infeksi yang mungkin mengancam jiwa sejak dini. Kemajuan dalam perawatan anak-anak menekankan pentingnya evaluasi segera ketika suhu tubuh bayi melebihi 38°C atau saat gejala buruk seperti lesu, menolak makan, kesulitan bernapas, atau kejang terjadi. Kesepakatan para ahli menegaskan bahwa intervensi yang tepat waktu dapat menyelamatkan nyawa dan mengurangi risiko komplikasi. Praktik aman di rumah yang berfokus pada pengaturan suhu tubuh bayi, hidrasi yang cukup, dan pencegahan infeksi akan semakin meningkatkan hasil kesehatan bayi.