Stres bukan hanya memengaruhi pikiran, tapi juga berdampak besar pada kesehatan tubuh, termasuk penglihatan. Ketika tubuh menghadapi stres, sistem saraf otonom dan poros HPA (hipotalamus-hipofisis-adrenal) akan memicu serangkaian reaksi fisiologis.
Salah satu dampaknya adalah peningkatan kadar hormon kortisol dan adrenalin yang dapat memengaruhi aliran darah, aktivitas saraf, hingga cara mata memproses cahaya.
Stres akut maupun kronis dapat menyebabkan berbagai gangguan visual. Beberapa keluhan umum yang sering dilaporkan antara lain:
1. Penglihatan Kabur atau Ganda
Ketegangan otot di sekitar mata dan gangguan pada sinyal saraf yang mengatur fokus mata bisa membuat penglihatan menjadi kabur atau bahkan ganda.
2. Kilatan Cahaya atau "Visual Snow"
Saat korteks otak menjadi terlalu aktif akibat stres, bisa muncul fenomena seperti bercak-bercak putih kecil, kilatan cahaya, atau sensasi seperti melihat "salju" yang mengganggu penglihatan.
3. Pandangan Menyempit (Tunnel Vision)
Dalam kondisi stres tinggi, tubuh cenderung mengalami penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, penglihatan perifer atau samping dapat berkurang drastis.
4. Sensitivitas Terhadap Cahaya (Fotofobia)
Stres dapat menurunkan ambang batas toleransi terhadap cahaya, sehingga membuat mata terasa sakit atau tidak nyaman saat terkena sinar terang.
Migrain adalah gangguan neurologis yang sering dipicu oleh stres. Salah satu gejala khasnya adalah aura visual, fenomena visual yang muncul sebelum sakit kepala menyerang. Aura ini bisa berupa garis zigzag, bercak mengilap, atau bahkan area gelap pada penglihatan.
Menurut Dr. Martin Lauritzen, seorang ahli saraf, "Stres merupakan salah satu pemicu utama migrain. Gejala aura yang muncul berkaitan dengan gelombang aktivitas saraf yang sangat tinggi, diikuti oleh penurunan mendadak di area korteks visual otak."
Tidak semua gangguan penglihatan berasal dari kerusakan pada mata. Dalam banyak kasus, stres berat dapat menyebabkan gangguan visual fungsional, di mana tidak ditemukan kelainan secara fisik. Contohnya adalah gangguan konversi visual, yaitu kondisi di mana seseorang mengalami kebutaan sementara atau penglihatan ganda karena tekanan psikologis, bukan karena kelainan pada organ mata.
Ada beberapa jalur utama yang menjelaskan bagaimana stres bisa merusak sistem penglihatan:
- Efek Vaskular:
Stres menyebabkan penyempitan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke mata dan otak berkurang. Ini bisa memengaruhi fungsi retina dan korteks visual.
- Perubahan Neurokimia:
Kadar hormon kortisol yang tinggi serta ketidakseimbangan neurotransmiter bisa mengganggu jalur penglihatan dan merusak sel-sel retina.
- Ketegangan Otot:
Stres membuat otot-otot mata menjadi tegang, sehingga mengganggu kemampuan mata untuk fokus dan berkoordinasi.
- Peradangan:
Stres kronis memicu peradangan sistemik yang bisa memengaruhi jaringan mata dan menimbulkan keluhan visual jangka panjang.
Sebagian besar gangguan visual akibat stres bersifat sementara. Namun, jika gejalanya semakin parah atau tidak hilang dalam waktu lama, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter mata atau ahli saraf. Ini penting untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit serius seperti ablasi retina, neuritis optik, atau gangguan pembuluh darah otak.
Penanganan dini dapat mencegah kondisi memburuk dan memastikan pengobatan yang tepat.
Untuk mengatasi gangguan visual akibat stres, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Menggabungkan teknik manajemen stres seperti meditasi, terapi perilaku kognitif, hingga latihan relaksasi bisa sangat membantu. Jika stres dipicu oleh kecemasan atau depresi, penting untuk mendapatkan penanganan psikologis.
Dr. Levin menyarankan, "Menggabungkan penanganan neurologis dan psikologis adalah kunci untuk hasil yang optimal bagi pasien yang mengalami gangguan penglihatan akibat stres."
Stres bisa berdampak langsung pada mata, memicu gangguan penglihatan yang cukup mengganggu. Memahami hubungan antara stres dan sistem visual sangat penting agar tidak mengabaikan sinyal tubuh yang sebenarnya bisa menjadi tanda bahaya. Dengan perawatan yang tepat dan pola hidup yang sehat, gangguan ini bisa dikelola secara efektif.