Kecemasan pada anak kini menjadi salah satu isu kesehatan mental yang mengkhawatirkan. Gejalanya sering kali muncul sebelum masa remaja, namun sayangnya, tidak sedikit anak yang mengalami kondisi ini. Banyak orang dewasa keliru menganggap kecemasan hanya sebagai masalah perilaku semata, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa deteksi dini serta intervensi yang cepat mampu memberikan perubahan besar dalam kehidupan jangka panjang anak. Langkah ini sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan emosional anak dan perkembangan mereka secara keseluruhan.
Kecemasan pada anak bisa muncul dalam berbagai bentuk. Gejala umum meliputi kekhawatiran berlebihan, rasa takut yang menetap, keluhan fisik seperti sakit perut atau sakit kepala, mudah marah, gangguan tidur, serta perilaku menghindar. Beberapa anak bahkan menolak pergi ke sekolah atau tiba-tiba menunjukkan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Sayangnya, banyak dari gejala ini kerap disalahartikan sebagai kenakalan atau fase pertumbuhan biasa. Padahal, di balik itu bisa jadi anak sedang mengalami tekanan emosional yang membutuhkan perhatian serius.
Intervensi sejak dini memiliki kekuatan besar untuk menghentikan perkembangan kecemasan menjadi gangguan yang lebih serius. Pendekatan berbasis bukti seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT) terbukti efektif dalam membantu anak mengenali dan mengelola pikiran cemas, mengatur emosi, serta membangun ketahanan diri dalam menghadapi situasi sulit.
CBT bisa diterapkan baik dalam sesi individu maupun kelompok, dan sangat fleksibel untuk digunakan di berbagai lingkungan, termasuk sekolah. Kini, terapi juga telah berkembang secara digital melalui modul CBT berbasis internet yang dipadukan dengan sumber daya daring. Pendekatan ini membuat layanan kesehatan mental lebih mudah diakses oleh anak-anak, bahkan di wilayah terpencil.
Berdasarkan hasil uji coba terkontrol, strategi ini paling efektif ketika diterapkan pada anak-anak yang telah memenuhi kriteria diagnosis gangguan kecemasan. Menurut Profesor Andre Sourander, ahli kesehatan mental anak, "Hasil paling signifikan dari intervensi ini didapatkan oleh anak-anak yang memang mengalami gangguan kecemasan berat. Intervensi yang ditargetkan memberikan manfaat paling besar pada kelompok ini."
Selain pendekatan profesional, dukungan dari keluarga juga sangat penting. Strategi intervensi yang melibatkan orang tua mampu memperluas dampak positif yang didapatkan anak dari terapi. Ketika orang tua dibekali pengetahuan tentang cara mengenali dan menangani kecemasan anak, mereka menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan penuh pemahaman di rumah.
Keterlibatan keluarga tidak hanya membantu memperkuat hasil terapi anak, tetapi juga mengurangi tingkat stres dalam keluarga secara keseluruhan. Komunikasi yang terbuka dan penuh empati menjadi fondasi utama untuk membangun hubungan yang sehat dan stabil.
Seperti yang ditegaskan oleh Dr. Dina Hirshfeld-Becker, peneliti di bidang psikologi anak, "Mengatasi kecemasan sejak sebelum anak memasuki usia prasekolah bisa mengurangi risiko gangguan perkembangan, kesulitan belajar, isolasi sosial, tekanan dalam keluarga, dan penderitaan yang dialami anak."
Anak-anak yang mendapatkan intervensi tepat waktu umumnya menunjukkan peningkatan kepercayaan diri, kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih baik, serta penurunan risiko mengalami gangguan mental saat dewasa. Salah satu langkah penting yang mulai diterapkan adalah penyaringan gejala kecemasan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin di sekolah. Ini menjadi strategi kunci dalam pencegahan skala besar dan perencanaan layanan jangka panjang.
Intervensi sejak dini terbukti menjadi langkah yang menentukan dalam mengubah jalur hidup anak yang mengalami kecemasan. Dengan pemahaman yang mendalam terhadap gejala, penerapan strategi seperti CBT, keterlibatan keluarga, dan pemanfaatan teknologi digital, banyak anak telah terbantu untuk bangkit dan berkembang secara optimal.
simak video "tips membedakan kecemasan biasa atau gangguan"
video by "Kompas.com"