Tidak semua anak tumbuh dengan kecepatan yang sama. Perbedaan tinggi badan antar anak adalah hal yang wajar, terutama saat masa pertumbuhan. Namun, jika seorang anak tumbuh kurang dari dua inci per tahun setelah usia tiga tahun, atau lebih pendek dibanding teman seusianya, kondisi ini bisa menjadi tanda masalah medis yang tak boleh diabaikan.
Menurut Dr. Erica Eugster, seorang ahli endokrinologi anak, "Penundaan pertumbuhan yang terus-menerus pada anak harus segera dievaluasi secara medis. Ini bisa menjadi tanda awal dari gangguan sistemik atau hormonal yang tersembunyi. Pertumbuhan dipengaruhi oleh proses biologis yang kompleks, jadi jangan sepelehkan tanda yang tidak normal"
Beberapa anak memang secara alami memiliki tinggi badan yang lebih pendek karena faktor keturunan. Ini disebut sebagai familial short stature atau tinggi pendek karena genetik. Selain itu, ada pula anak yang mengalami constitutional growth delay atau keterlambatan pertumbuhan konstitusional. Anak-anak ini biasanya dikenal sebagai "late bloomer", yakni tumbuh dengan kecepatan normal namun memulai masa pubertas lebih lambat dibanding teman-temannya. Meski begitu, mereka tetap dapat mencapai tinggi badan dewasa yang normal di kemudian hari. Pola ini umumnya ditemukan dalam keluarga.
Salah satu penyebab utama pertumbuhan terhambat yang bersifat patologis adalah gangguan hormon. Kekurangan hormon pertumbuhan (Growth Hormone Deficiency atau GHD) terjadi ketika kelenjar pituitari tidak memproduksi cukup hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan otot. Kondisi ini bisa bersifat bawaan sejak lahir atau muncul kemudian akibat cedera, infeksi, atau bahkan tumor yang mempengaruhi fungsi kelenjar tersebut.
Penyakit kronis seperti gagal ginjal, fibrosis kistik, penyakit radang usus, dan diabetes dapat mengganggu pertumbuhan karena mempengaruhi penyerapan nutrisi, metabolisme tubuh, atau keseimbangan energi secara keseluruhan. Selain itu, malnutrisi, baik karena pola makan yang buruk maupun gangguan penyerapan nutrisi seperti penyakit celiac juga dapat menghambat pertumbuhan. Tubuh yang kekurangan zat gizi penting tidak memiliki bahan dasar yang dibutuhkan untuk membangun jaringan dan tulang.
Beberapa kondisi genetik secara langsung mempengaruhi tinggi badan dan perkembangan fisik. Misalnya, sindrom Turner yang terjadi pada anak perempuan akibat hilangnya salah satu kromosom X, menyebabkan postur tubuh pendek, pubertas yang terlambat, dan sering kali disertai masalah jantung atau ginjal.
Achondroplasia, bentuk umum dari dwarfisme, disebabkan oleh mutasi genetik yang mempengaruhi pertumbuhan tulang, menghasilkan bentuk tubuh dengan lengan dan kaki yang tidak proporsional. Anak-anak dengan kondisi seperti ini memerlukan perawatan dari berbagai disiplin ilmu medis seperti endokrinologi, kardiologi, dan genetika. Deteksi dini sangat penting agar penanganan dapat disesuaikan dan risiko kesehatan lainnya bisa dimonitor dengan baik.
Mendiagnosis keterlambatan pertumbuhan memerlukan pendekatan bertahap dan komprehensif. Langkah awalnya adalah pemeriksaan riwayat kesehatan lengkap, pemeriksaan fisik menyeluruh, serta analisis grafik pertumbuhan dari waktu ke waktu. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menilai kadar hormon, status nutrisi, dan mendeteksi penyakit kronis yang mungkin tersembunyi.
Foto rontgen tulang tangan juga dapat dilakukan untuk menilai usia tulang, yang membantu membedakan apakah pertumbuhan lambat tersebut bersifat alami atau karena gangguan medis. Dalam beberapa kasus, tes stimulasi hormon pertumbuhan dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya kekurangan hormon.
Dr. Lisa Feldman, pakar endokrinologi anak lainnya, menegaskan bahwa "Jalur diagnostik yang sistematis dan berbasis bukti dapat memastikan bahwa penyebab yang bisa diobati tidak terlewat, serta mencegah intervensi medis yang tidak diperlukan."
Penanganan pertumbuhan lambat bergantung pada penyebab utamanya. Untuk kasus pertumbuhan lambat yang disebabkan oleh faktor genetik atau keterlambatan konstitusional, biasanya cukup dengan pemantauan dan dukungan tanpa terapi khusus.
Namun, pada anak dengan kekurangan hormon pertumbuhan, terapi hormon sintetis (recombinant growth hormone) dapat sangat membantu meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Jika keterlambatan disebabkan oleh penyakit kronis atau kekurangan nutrisi, maka pengobatan fokus pada pengelolaan penyakit dan perbaikan pola makan.
Pendekatan yang melibatkan berbagai disiplin, termasuk dukungan psikologis juga penting, terutama bila pertumbuhan lambat berdampak pada kesehatan mental dan rasa percaya diri anak.
Keterlambatan pertumbuhan mungkin tampak sebagai masalah sepele, tetapi bisa menjadi sinyal awal dari gangguan medis yang lebih serius. Dengan memahami berbagai penyebab, dari faktor genetik, hormonal, hingga penyakit sistemik, orang tua dan tenaga medis dapat melakukan intervensi tepat waktu demi memastikan anak mencapai potensi tumbuh kembang yang maksimal.