Konstipasi atau sembelit sering dianggap sebagai masalah ringan yang bisa hilang dengan sendirinya. Namun, ketika berlangsung dalam waktu lama, lebih dari beberapa minggu, konstipasi bisa menjadi gejala dari kondisi medis yang lebih serius.


Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kenyamanan, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Mengetahui kapan sembelit adalah hal biasa dan kapan menjadi tanda bahaya sangat penting untuk penanganan yang tepat.


Apa Itu Konstipasi Kronis? Bukan Sekadar Jarang Buang Air Besar


Konstipasi kronis bukan hanya tentang seberapa sering Anda ke toilet. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan yang terus-menerus saat buang air besar, frekuensi kurang dari tiga kali dalam seminggu, atau perasaan buang air besar yang tidak tuntas selama tiga bulan atau lebih. Berdasarkan kriteria medis Rome IV, beberapa gejala yang sering menyertai termasuk mengejan berlebihan, feses yang keras, dan terkadang perlunya menggunakan tangan untuk membantu proses pengeluaran.


Kenali Akar Masalah: Konstipasi Primer vs Sekunder


Penyebab konstipasi secara umum dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu konstipasi primer (fungsional) dan konstipasi sekunder (akibat kondisi lain).


1. Konstipasi Primer:


Transit Normal: Perasaan sembelit meskipun pergerakan usus normal.


- Transit Lambat: Gerakan tinja di usus besar yang lebih lambat dari normal.


- Disfungsi Otot Panggul: Koordinasi otot panggul yang tidak optimal saat buang air besar.


2. Konstipasi Sekunder:


Terjadi karena adanya penyakit atau faktor eksternal tertentu, antara lain:


- Obat-obatan tertentu seperti penghambat saluran kalsium.


- Gangguan metabolik, termasuk kadar hormon tiroid rendah, kadar gula darah tinggi, dan gangguan keseimbangan kalsium.


- Penyakit neurologis seperti Parkinson, sklerosis multipel, atau cedera saraf tulang belakang.


- Kelainan struktural seperti penyempitan usus besar, tumor, atau penonjolan dinding rektum (rectocele).


Tanda Bahaya: Kapan Harus Periksa ke Dokter?


Tidak semua konstipasi membutuhkan perhatian medis segera, tetapi beberapa tanda berikut perlu diwaspadai:


- Konstipasi yang muncul pertama kali setelah usia 50 tahun.


- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas.


- Riwayat keluarga dengan kanker usus besar.


- Nyeri perut hebat atau gejala seperti usus tersumbat.


Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter.


Cara Diagnosis: Pemeriksaan Disesuaikan dengan Gejala


Penilaian awal meliputi riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes darah dasar. Jika diperlukan, pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan seperti:


- Studi Transit Usus Besar: Menilai kecepatan pergerakan tinja di usus.


- Manometri Anorektal dan Tes Pengeluaran Balon: Menilai fungsi otot dan koordinasi panggul.


- Kolonoskopi: Untuk mendeteksi kelainan struktural atau keganasan.


- Pencitraan: MRI atau defekografi untuk melihat struktur dalam panggul dan rektum.


Strategi Pengobatan: Lebih dari Sekadar Pencahar


Penanganan konstipasi tidak bisa disamaratakan. Perlu pendekatan menyeluruh berdasarkan penyebab dan tingkat keparahannya.


Langkah awal meliputi:


- Cukup minum air putih setiap hari.


- Konsumsi serat dari sayur dan buah.


- Aktivitas fisik secara teratur.


Jika tidak membaik, dokter bisa meresepkan:


- Laksatif (pencahar): Termasuk pencahar serat, osmotik, dan stimulan.


- Obat prokinetik baru: Seperti prucalopride yang membantu meningkatkan gerakan usus.


Untuk disfungsi otot panggul, terapi biofeedback sangat efektif. Terapi ini melatih ulang otot agar kembali berfungsi secara normal. Bila semua pengobatan gagal, prosedur bedah mungkin menjadi pilihan terakhir.


Inovasi Baru: Harapan untuk Penderita Konstipasi Kronis


Dunia medis kini mulai meneliti peran mikrobiota usus (komunitas bakteri baik dalam usus) dalam gangguan buang air besar. Terapi yang menargetkan mikrobiota ini dinilai menjanjikan, terutama untuk mereka yang tidak merespons pengobatan konvensional. Selain itu, alat baru seperti kapsul bergetar yang membantu merangsang usus tanpa merusak bakteri baik, memberikan alternatif yang aman dan inovatif.


Menurut Dr. Satish S. C. Rao, kapsul ini tidak mengganggu fungsi alami mikrobiota, menjadikannya keunggulan tersendiri dibanding metode lain. Sementara itu, Dr. Amanda Collins menekankan pentingnya pendekatan yang menyeluruh: "Menggabungkan evaluasi fungsional dan organik secara menyeluruh adalah kunci untuk mengembalikan kualitas hidup pasien."


Konstipasi kronis bukanlah masalah sepele. Bisa jadi itu adalah peringatan dari tubuh tentang kondisi yang lebih dalam. Jangan tunggu sampai muncul komplikasi. Semakin cepat diperiksa, semakin besar peluang untuk sembuh total.


simak video "mengenal konstipasi lebih jelas"

video by "Untsa Azifaturrrohmah"