Rasa lapar ternyata bukan hanya sekadar dorongan untuk makan karena perut kosong. Di balik rasa tersebut, ada sistem biologis yang sangat kompleks dan canggih, bekerja siang malam untuk menjaga keseimbangan energi dalam tubuh.
Otak dan hormon-hormon tertentu memainkan peran utama dalam mengatur nafsu makan secara presisi. Salah satu hormon paling penting dalam proses ini adalah leptin.
Leptin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel-sel lemak dalam tubuh. Fungsinya sangat penting: memberikan "laporan" kepada otak tentang seberapa banyak cadangan energi yang dimiliki tubuh. Jika lemak tubuh cukup banyak, leptin akan memberi sinyal ke otak untuk mengurangi rasa lapar. Sebaliknya, jika cadangan energi menipis, kadar leptin menurun, dan otak pun memerintahkan tubuh untuk mencari makanan.
Leptin terutama bekerja pada bagian otak yang disebut hipotalamus. Di sinilah keputusan biologis tentang "perlu makan atau tidak" dibuat. Leptin menekan aktivitas neuron yang memicu rasa lapar (seperti neuron AGRP dan NPY), dan sebaliknya, meningkatkan neuron yang menimbulkan rasa kenyang (seperti POMC). Dengan cara ini, tubuh menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi dan asupan makanan secara alami.
Menurut Dr. Michael Schwartz, seorang ahli neuroendokrin terkemuka, "Pengaturan neuron oleh leptin seperti sistem yin-yang yang sangat presisi, memastikan tubuh hanya makan sesuai kebutuhan energinya."
Tahun 2024 menjadi tonggak sejarah dalam riset pengendalian nafsu makan. Para ilmuwan menemukan jenis neuron baru bernama neuron BNC2. Neuron ini terletak di bagian dalam hipotalamus dan memiliki respon yang sangat cepat terhadap sinyal leptin.
Berbeda dari neuron POMC yang memberikan efek kenyang dalam jangka waktu lebih lambat, neuron BNC2 bekerja hampir seketika. Begitu leptin terdeteksi atau tubuh menerima sinyal dari makanan, neuron ini langsung menghambat neuron AGRP dan menurunkan keinginan untuk makan secara cepat.
Dalam penelitian laboratorium, saat reseptor leptin pada neuron BNC2 dihapus, hewan percobaan menjadi lebih rakus dan mengalami kenaikan berat badan secara drastis. Ini membuktikan bahwa BNC2 memiliki peran penting dalam mengatur keseimbangan energi dan mencegah makan berlebihan.
Leptin ternyata juga terlibat dalam sistem hormonal tubuh yang lebih luas. Saat kadar leptin turun karena kekurangan energi, tubuh mengaktifkan sistem yang dikenal sebagai poros HPA (hipotalamus-hipofisis-adrenal). Sistem ini biasanya bertugas menangani stres, namun juga memengaruhi rasa lapar.
Ketika HPA axis aktif, tubuh memproduksi lebih banyak hormon stres seperti kortisol (pada manusia) atau kortikosteron (pada hewan). Hormon ini, ternyata, justru memperkuat aktivitas neuron AGRP yang berarti dorongan makan akan meningkat. Inilah sebabnya mengapa saat tubuh mengalami kekurangan energi dalam jangka panjang, rasa lapar menjadi semakin kuat dan sulit dikendalikan.
Menurut Dr. Jeffrey Friedman, ilmuwan yang pertama kali menemukan leptin, hubungan antara leptin dan sistem stres ini merupakan kunci penting untuk memahami bagaimana tubuh bertahan saat mengalami defisit energi.
Meskipun leptin dirancang untuk menekan rasa lapar, pada banyak individu dengan obesitas, sistem ini menjadi tidak efektif. Dalam kondisi yang disebut resistensi leptin, tubuh memiliki kadar leptin tinggi, tetapi otak tidak merespons dengan semestinya. Akibatnya, rasa lapar tetap tinggi meski cadangan energi berlimpah.
Para peneliti menduga ada beberapa penyebab resistensi leptin, seperti peradangan, gangguan reseptor di otak, dan ketidakseimbangan hormon pencernaan. Beberapa studi menunjukkan bahwa peptida yang dihasilkan di saluran cerna mungkin memainkan peran penting dalam meningkatkan atau menghambat kepekaan tubuh terhadap leptin. Temuan ini menjadi peluang baru untuk menciptakan pendekatan pengobatan yang lebih personal dalam mengatasi obesitas.
Leptin telah lama dikenal sebagai pengatur utama dalam sistem rasa lapar, tetapi penemuan neuron BNC2 dan keterlibatannya dalam respons cepat terhadap sinyal leptin adalah lompatan besar dalam ilmu pengendalian nafsu makan. Ditambah lagi dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran HPA axis dalam memperkuat sinyal lapar saat kekurangan energi, dunia medis kini memiliki pandangan baru yang menjanjikan untuk merancang terapi yang lebih efektif dalam menurunkan berat badan.
Dengan menargetkan neuron BNC2 atau memperbaiki sensitivitas tubuh terhadap leptin, kita mungkin mendekati solusi alami dan aman untuk mengatasi obesitas, gangguan makan, dan masalah metabolik lainnya. Inilah saatnya melihat rasa lapar bukan hanya sebagai dorongan fisiologis, tetapi sebagai sinyal kompleks yang bisa dipahami dan dikelola dengan lebih bijak melalui ilmu pengetahuan modern.