Perimenopause merupakan fase transisi alami yang terjadi sebelum seorang wanita memasuki masa menopause sepenuhnya. Periode ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun, dan sering kali dimulai lebih awal dari yang diperkirakan, bahkan sejak usia awal 30-an.
Memahami gejala awal perimenopause sangat penting agar wanita dapat mengelola perubahan ini secara tepat dan mendapatkan perawatan yang sesuai. Para profesional medis mengandalkan kombinasi dari riwayat pasien, pola gejala, dan pengamatan klinis untuk mendiagnosis perimenopause secara akurat.
Berikut adalah gejala-gejala utama yang menjadi indikator perimenopause, yang sering kali muncul secara bertahap dan bervariasi antar individu.
Perubahan pola menstruasi adalah gejala pertama dan paling mencolok dari perimenopause. Siklus haid menjadi tidak menentu, bisa lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, atau justru lebih berat dari biasanya. Dalam beberapa kasus, menstruasi bahkan bisa terlewat selama beberapa bulan.
Berdasarkan penelitian terbaru, perubahan selama tujuh hari atau lebih antara dua siklus berturut-turut merupakan tanda awal perimenopause. Sementara itu, jeda selama 60 hari atau lebih tanpa menstruasi sering kali menandai fase perimenopause lanjut. Menurut Prof. Jennifer Payne, perubahan ini adalah indikator utama yang selalu diperhatikan oleh dokter saat melakukan evaluasi.
Hot flashes atau sensasi panas mendadak adalah gejala paling dikenal dari perimenopause. Rasa panas ini biasanya muncul di area dada atau leher, kemudian menyebar ke wajah, disertai keringat, menggigil, dan detak jantung yang meningkat.
Keringat di malam hari yang mengganggu tidur juga umum terjadi. Semua ini berkaitan erat dengan fluktuasi kadar estrogen, yang memengaruhi pengaturan suhu tubuh. Gejala ini bisa sangat mengganggu dan sering kali menjadi alasan utama wanita mencari bantuan medis.
Gejala emosional sering kali muncul lebih awal dibandingkan gejala fisik. Banyak wanita melaporkan perasaan cemas, mudah marah, suasana hati yang naik-turun, hingga mengalami kesulitan berkonsentrasi dan mengingat, kondisi yang sering disebut sebagai brain fog.
Dalam studi besar yang dipimpin oleh Dr. Jennifer Payne, diketahui bahwa gangguan mood mencapai puncaknya pada usia 41 hingga 45 tahun, lebih awal dari gejala fisik lainnya. Sayangnya, gejala-gejala ini sering tidak dikenali karena mirip dengan kondisi kesehatan mental lain, sehingga tidak langsung dikaitkan dengan perubahan hormonal.
Penurunan kadar estrogen juga berdampak pada sistem urogenital. Wanita mungkin mengalami kekeringan vagina, yang menyebabkan ketidaknyamanan saat berhubungan intim (dyspareunia), serta peningkatan frekuensi atau urgensi berkemih. Meski tidak selalu dibicarakan secara terbuka, gejala ini sangat umum dan penting untuk diperhatikan dalam diagnosis perimenopause.
Perimenopause juga dapat memicu keluhan sistemik seperti jantung berdebar, nyeri otot, dan rasa ngilu pada persendian. Gejala ini mencerminkan efek menyeluruh dari defisiensi estrogen terhadap sistem kardiovaskular dan muskulokeletal. Meskipun tidak selalu langsung dikaitkan dengan perimenopause, banyak wanita merasakan perubahan ini secara nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kulit menjadi lebih kering, mulai muncul kerutan, dan rambut menipis atau rontok merupakan tanda lain dari menurunnya kadar estrogen. Karena reseptor estrogen terdapat di kulit dan folikel rambut, perubahan ini umum terjadi namun kerap luput dari perhatian.
Dr. Jennifer Payne menegaskan pentingnya memahami bahwa gejala emosional bisa muncul lebih awal dibandingkan gejala fisik. "Pemahaman yang tepat akan urutan kemunculan gejala ini memungkinkan intervensi lebih cepat dan dukungan yang lebih baik bagi pasien," ujarnya. Pendekatan yang lebih komprehensif ini membantu dokter menyesuaikan perawatan yang menggabungkan aspek fisik dan psikologis perimenopause.
Dokter kini semakin sadar bahwa perimenopause bukanlah fase yang dimulai mendadak pada usia 50-an, melainkan proses bertahap yang bisa dimulai puluhan tahun sebelumnya. Variasi gejala yang luas, dari menstruasi tidak teratur, hot flashes, perubahan mood, gangguan kognitif, hingga keluhan kulit dan sendi membentuk gambaran kompleks yang memerlukan perhatian serius.
simak video "mengenal gejala dan mengatasi perimenopause "
video by "Dokter Keven"