Bayangkan jika rahasia di balik gerakan halus sayap burung kolibri atau cara tanaman menyerap cahaya matahari ternyata berkaitan dengan aturan alam yang sangat kecil, yaitu dunia kuantum.
Mekanika kuantum, sebuah konsep dalam fisika yang mengatur partikel-partikel sangat kecil, ternyata juga memainkan peran penting dalam kehidupan makhluk hidup.
Ilmu baru ini dikenal dengan nama biologi kuantum. Dengan memahami bagaimana alam menggunakan fenomena kuantum, para ilmuwan membuka peluang besar untuk mengembangkan teknologi kesehatan yang jauh lebih canggih dan akurat.
Di masa depan, alat diagnosis medis tidak lagi besar dan rumit. Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kuantum seperti superposisi, di mana partikel bisa berada dalam beberapa kondisi sekaligus, dan keterikatan kuantum yang menghubungkan partikel secara instan, alat-alat kesehatan bisa menjadi sangat presisi. Contohnya, alat yang mampu mendeteksi satu sel kanker di antara milyaran sel lain, atau mengukur aktivitas otak dengan detail tingkat atom. Dengan teknologi ini, pengobatan bisa disesuaikan secara tepat untuk setiap individu, membuat diagnosis dan terapi menjadi lebih efektif.
Salah satu tantangan dalam membuat obat adalah memahami bagaimana protein, yang menjadi target utama obat, melipat dan berubah bentuk secara rumit. Komputer biasa kesulitan untuk mensimulasikan proses ini dengan cepat dan akurat. Namun, komputer kuantum bisa memecahkan masalah ini dengan lebih efisien, mempersingkat waktu prediksi pelipatan protein dari bertahun-tahun menjadi beberapa menit saja. Contohnya, riset di University of Chicago sudah menggunakan teknologi ini untuk mempelajari protein yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer dan Parkinson. Ini membuka jalan untuk mempercepat penemuan obat baru.
Di Hamburg University, ada proyek bernama QuADro yang memakai komputer kuantum untuk memahami kanker dengan lebih baik. Proyek ini mempelajari jalur metabolisme, yaitu reaksi kimia yang memberi energi pada sel tumor. Metode lama membutuhkan waktu berbulan-bulan, sedangkan dengan algoritma kuantum, prosesnya hanya butuh beberapa jam. Hal ini memungkinkan peneliti menemukan obat baru dengan lebih cepat, bahkan memanfaatkan obat yang sudah ada untuk terapi baru, sehingga waktu pengembangan obat dapat dipersingkat secara drastis.
Tubuh manusia menghasilkan medan magnet yang sangat kecil dari detak jantung dan aktivitas otak. MIT telah mengembangkan magnetometer kuantum yang bisa mendeteksi medan magnet ini dengan sensitivitas ribuan kali lebih baik dibanding alat saat ini. Bayangkan perangkat kecil seperti plester yang ditempel di tubuh Anda, bisa memperingatkan jika irama jantung Anda mulai tidak normal, atau membantu mendeteksi serangan epilepsi sebelum terjadi. Alat ini menggunakan berlian khusus yang mampu menangkap "bisikan" magnetik dari dalam sel tubuh.
Peneliti di Chicago dan Argonne Labs menciptakan protein yang dapat berfungsi seperti antena kuantum. Protein ini dibuat agar bisa memancarkan sinyal kuantum ketika mendeteksi sesuatu yang tidak biasa. Ini memungkinkan tes darah untuk mendeteksi kanker di tahap sangat awal, hanya dengan menangkap perubahan magnetik yang sangat kecil pada penanda penyakit. Teknologi ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami, tapi dengan alat yang sangat canggih.
Teknologi kuantum membutuhkan investasi besar. Kelompok riset Quantum DNA di Boise State baru saja mendapatkan dana sebesar $1,6 juta untuk membuat biosensor kuantum yang bisa mendeteksi mutasi DNA tanda awal kanker. Dengan alat seperti ini, deteksi penyakit bisa dilakukan lebih cepat dan peluang sembuh pun meningkat.
Teknologi kuantum sangat peka terhadap gangguan seperti panas, getaran, atau radiasi. Jika tidak dijaga dengan baik, sistem ini bisa gagal. Untuk itu, para ilmuwan mengembangkan chip kuantum yang bekerja dalam kondisi sangat dingin dan ruang hampa udara agar lebih stabil. Tanpa stabilitas ini, teknologi biologi kuantum sulit berkembang di dunia nyata.
Sebelum digunakan secara luas, alat medis berbasis kuantum harus melewati pengujian ketat oleh lembaga resmi seperti FDA dan EMA. Karena teknologi kuantum menggunakan konsep yang sangat baru dan rumit, diperlukan prosedur uji yang berbeda dan ketat. Hal ini membuat proses persetujuan bisa berlangsung lama.
Meski menghadapi berbagai tantangan, investasi di bidang biologi kuantum terus meningkat. Diperkirakan pasar global untuk teknologi ini akan mencapai nilai $4,7 miliar pada tahun 2030. Banyak startup sudah mulai mengembangkan biosensor kuantum portabel yang bisa digunakan untuk memantau kesehatan di rumah, seperti jam tangan pintar yang bisa memberi peringatan dini jika ada infeksi.
Dengan teknologi kuantum, mungkin akan muncul probiotik yang dibuat khusus lewat simulasi kuantum untuk menjaga kesehatan usus. Terapi gen yang diedit secara tepat menggunakan alat berbasis kuantum juga semakin dekat. Ini membuka peluang untuk mengatasi masalah penuaan, penyakit genetik, dan bakteri yang sulit diobati dengan obat biasa.
Selain ilmuwan yang mengembangkan teknologi, masyarakat juga perlu terlibat dalam membahas aspek etika biologi kuantum. Haruskah manusia dengan kemampuan kuantum diatur khusus? Bagaimana agar teknologi ini bisa dinikmati semua kalangan? Pertanyaan-pertanyaan ini penting agar kemajuan teknologi berjalan dengan adil.
Biologi kuantum bukan sekadar ilmu baru, melainkan kunci membuka rahasia terdalam kehidupan. Saat para peneliti belajar bagaimana burung menggunakan fenomena kuantum untuk bernavigasi atau bagaimana enzim memanfaatkan efek kuantum, manusia semakin dekat dengan kemajuan medis yang luar biasa. Dalam waktu dekat, teknologi ini bisa hadir di klinik dan rumah sakit Anda, menjadikan hal yang dulu mustahil kini menjadi kenyataan.