Pernahkah Anda memperhatikan bahwa dalam cuaca dingin, ada orang yang tampaknya baik-baik saja hanya dengan mengenakan sweater tipis, sementara yang lain harus membungkus diri dengan jaket tebal, syal, dan sarung tangan?


Fenomena ini ternyata bukan sekadar soal ketahanan atau kebiasaan, melainkan berkaitan erat dengan cara tubuh manusia mengatur suhu serta faktor fisiologis dan genetik yang memengaruhi respons terhadap suhu ekstrem.


Rahasia Tubuh Mengatur Suhu: Sistem Canggih Bernama Termoregulasi


Tubuh manusia memiliki sistem alami yang disebut termoregulasi, yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga suhu internal tetap stabil di sekitar 37°C (98,6°F), meskipun kondisi di luar bisa sangat dingin atau panas. Saat tubuh mulai merasa dingin, pembuluh darah di permukaan kulit akan menyempit untuk mengurangi aliran darah ke area luar tubuh. Tujuannya adalah menjaga organ vital tetap hangat.


Selain itu, tubuh akan memicu refleks menggigil, yaitu kontraksi otot yang cepat untuk menghasilkan panas. Kedua mekanisme ini membantu mempertahankan suhu tubuh, tetapi efektivitasnya bisa berbeda-beda pada setiap orang.


Mengapa Ada yang Lebih Sensitif terhadap Dingin? Ini Faktor Utamanya


Sensitivitas terhadap suhu dingin ternyata sangat dipengaruhi oleh genetika. Beberapa orang secara alami memiliki tingkat metabolisme lebih tinggi, yang berarti tubuh mereka memproduksi lebih banyak panas. Sebaliknya, mereka yang metabolisme tubuhnya lebih lambat akan lebih mudah merasa kedinginan karena produksi panas lebih sedikit.


Selain itu, komposisi tubuh juga memainkan peran penting. Lemak tubuh, terutama jaringan adiposa, berfungsi sebagai isolator alami yang menahan panas. Orang dengan persentase lemak tubuh lebih tinggi cenderung merasa lebih hangat dibandingkan mereka yang bertubuh kurus atau memiliki sedikit lemak tubuh.


Perbedaan hormon juga menjadi faktor penentu. Hormon tiroid, misalnya, sangat berperan dalam mengatur metabolisme dan produksi panas tubuh. Ketidakseimbangan hormon ini bisa menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap dingin. Secara umum, wanita lebih cenderung merasa dingin karena memiliki distribusi lemak tubuh dan tingkat metabolisme yang berbeda dibandingkan pria.


Adaptasi Genetik Populasi Dunia terhadap Suhu Ekstrem


Selama ribuan tahun, manusia telah beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya, termasuk suhu ekstrem. Populasi yang hidup di daerah dingin seperti wilayah kutub, contohnya, mengalami adaptasi genetik yang memungkinkan mereka bertahan dalam suhu rendah. Tubuh mereka lebih efisien dalam mempertahankan suhu inti dan biasanya memiliki cadangan lemak lebih tinggi sebagai isolasi alami.


Sementara itu, masyarakat yang tinggal di wilayah tropis memiliki adaptasi berbeda. Mereka cenderung memiliki tubuh dengan permukaan lebih luas dibandingkan volume tubuh, sehingga panas dapat dilepaskan lebih cepat melalui kulit. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang yang berasal dari daerah tropis mungkin merasa lebih nyaman di cuaca panas dibandingkan orang yang berasal dari wilayah dingin.


Menurut penelitian oleh ahli biologi adaptasi manusia, Dr. Christopher W. P. Green, terdapat varian genetik tertentu yang memengaruhi bagaimana tubuh manusia merespons suhu. Gen-gen ini membantu menjelaskan mengapa dua orang yang berada dalam suhu yang sama bisa merasakan dingin dengan tingkat yang sangat berbeda.


Adaptasi Budaya yang Menakjubkan terhadap Cuaca Ekstrem


Setiap budaya memiliki cara unik untuk menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan. Di wilayah dingin, penggunaan pakaian berlapis-lapis dari bahan hangat seperti wol atau bulu sudah menjadi tradisi. Sementara itu, masyarakat di daerah panas lebih memilih pakaian longgar berbahan ringan yang memungkinkan sirkulasi udara optimal.


Makanan juga berperan dalam membantu tubuh menyesuaikan diri dengan suhu. Di tempat dingin, makanan hangat dan bergizi seperti sup atau rebusan membantu menjaga tubuh tetap hangat. Di wilayah panas, makanan segar seperti buah-buahan dan sayuran membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh dan memberi efek menyegarkan.


Kebiasaan lokal seperti mandi uap atau berendam air hangat juga bisa membantu tubuh beradaptasi terhadap suhu ekstrem. Kegiatan ini tidak hanya memberikan rasa nyaman, tetapi juga melatih tubuh agar lebih tahan terhadap perubahan suhu mendadak.


Tips Praktis Mengatasi Sensitivitas terhadap Cuaca Dingin


Jika Anda merasa cepat kedinginan, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu tubuh tetap hangat:


1. Kenakan Pakaian Berlapis:


Gunakan lapisan dasar yang menyerap kelembapan, lalu tambahkan lapisan insulasi seperti fleece atau jaket bulu, dan tutup dengan lapisan luar tahan angin dan air.


2. Tetap Bergerak:


Aktivitas fisik ringan seperti berjalan atau melakukan peregangan bisa meningkatkan sirkulasi darah dan menghasilkan panas tubuh secara alami.


3. Konsumsi Makanan Penghangat:


Pilih makanan yang tinggi energi dan hangat seperti sup, bubur, atau minuman panas yang membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil.


4. Perhatikan Kesehatan Tiroid:


Jika Anda terus-menerus merasa dingin tanpa alasan jelas, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk memeriksa fungsi tiroid. Penanganan yang tepat bisa membantu mengembalikan keseimbangan suhu tubuh.


Perbedaan dalam sensitivitas terhadap dingin bukanlah hal aneh. Itu adalah hasil kombinasi dari faktor genetik, fisiologis, dan adaptasi lingkungan. Baik Anda termasuk yang mudah merasa kedinginan atau justru tahan terhadap suhu rendah, pemahaman tentang cara kerja tubuh dalam mengatur suhu bisa membantu meningkatkan kenyamanan dan kesehatan.