Pernah membayangkan bisa mendengarkan musik dari seabad yang lalu hanya dengan kuku atau sebatang sumpit? Kedengarannya mustahil, bukan? Tapi inilah kenyataan luar biasa dari sebuah penemuan kuno yang dulu menjadi jantung hiburan di rumah: fonograf!


Hari ini, mari melakukan perjalanan waktu ke masa lampau, mengenal lebih dekat keajaiban mekanik bernama fonograf, alat pemutar musik yang berfungsi tanpa listrik, tanpa layar, dan pastinya tanpa Wi-Fi. Yuk, lihat bagaimana alat kuno ini masih bisa mengejutkan dunia modern!


Apa Itu Fonograf dan Bagaimana Cara Kerjanya?


Sebelum tahun 1970-an, fonograf adalah alat pemutar musik yang paling umum ditemukan di rumah-rumah. Tidak seperti pemutar musik modern yang bergantung pada listrik dan teknologi digital, fonograf sepenuhnya bekerja secara mekanis. Tenaganya berasal dari pegas yang diputar secara manual menggunakan engkol.


Biasanya fonograf dilengkapi dengan corong besar yang menonjol dari kotak kayu yang elegan. Di dalamnya tersembunyi sistem roda gigi, mekanisme pemutar, dan meja putar (turntable). Fonograf memainkan piringan hitam jenis SP (Standard Play), yaitu piringan tebal yang berputar dengan kecepatan 78 putaran per menit (RPM). Setiap sisinya bisa memutar sekitar 5 menit audio, sehingga satu piringan menyimpan total 10 menit musik. Jarum yang digunakan terbuat dari baja dan biasanya harus diganti setelah satu kali pemutaran.


Ilmu di Balik Suara Ajaib Fonograf


Apa yang membuat fonograf begitu memukau adalah prinsip kerjanya yang murni mekanik. Jarum menyusuri alur-alur kecil pada piringan yang telah dipahat dengan pola suara. Getaran dari jarum ini diteruskan ke sebuah diafragma yang ada di kepala suara (sound head). Dari sana, getaran diperkuat oleh corong dan berubah menjadi suara yang terdengar jelas, semuanya tanpa bantuan listrik!


Seiring waktu, teknologi berkembang. Hadir pemutar listrik dengan jarum dari batu permata yang lebih tahan lama. Alat ini mampu memutar berbagai jenis piringan seperti LP (33⅓ RPM), SP (78 RPM), dan EP (45 RPM), cukup dengan mengubah kecepatan dan jenis jarum.


Percobaan Ajaib di Bawah Cahaya Bulan


Pada suatu malam yang tenang, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Saat fonograf tua selesai diputar dan sebuah piringan modern dipasang, secara tidak sengaja alur piringan disentuh dengan kuku. Dan hasilnya sungguh mengejutkan—suara musik bisa terdengar, langsung dari ujung jari!


Meskipun tidak keras, suara itu cukup jelas terdengar bahkan dari jarak setengah meter. Suaranya mirip dengungan nyamuk, namun bernada dan bisa dikenali sebagai musik. Momen itu terasa seperti menemukan rahasia kuno yang selama ini tersembunyi.


Benarkah Sumpit Bisa Memutar Musik?


Karena penasaran, dilakukan percobaan lanjutan. Sebatang sumpit kayu sekali pakai dipatahkan, dan ujung runcingnya diletakkan dengan hati-hati ke dalam alur piringan. Hasilnya? Sumpit tersebut berhasil memutar musik dengan suara yang lebih jelas dan nyaring dibandingkan kuku!


Tak puas sampai di situ, sebatang bambu pun diukir menyerupai jarum fonograf. Setelah dipasang pada kepala suara, bambu itu berhasil memutar lagu dengan kualitas suara yang mengejutkan. Siapa sangka bahan sederhana bisa menghidupkan kembali mesin dari masa lalu?


Ketika Sejarah Kembali Bernyanyi


Beberapa piringan yang digunakan ternyata sudah berumur hampir 100 tahun. Namun suara yang keluar tetap bisa didengar, meski dipenuhi bunyi gemeretak khas piringan tua. Rasanya seperti membuka jendela waktu, menyaksikan masa lalu melalui nada-nada yang mengalun dari alat tanpa listrik ini.


Alunan suara penyanyi dan alat musik dari zaman dahulu membawa kehangatan emosional yang sulit dijelaskan. Satu hal yang pasti, setiap suara adalah potongan sejarah yang masih hidup.


Fonograf memang sudah melewati masa kejayaannya, namun pesonanya belum padam. Hanya sedikit orang yang tahu cara kerjanya, apalagi cara merawat atau memperbaikinya. Informasi di internet masih terbatas, dan buku panduannya sudah sulit dicari.