Siapa yang sering begini: niatnya mau tidur lebih awal biar besok segar, eh malah keasyikan scroll video lucu, baca meme, atau nonton random video yang entah gimana bisa nyasar ke topik aneh. Dan tahu-tahu… jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari.
Fenomena ini bukan hal baru, tapi ternyata ada istilahnya: sleep procrastination alias suka menunda tidur. Tapi jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri, karena ternyata penyebabnya lebih dalam dari sekadar "kebiasaan buruk."
Bukan Cuma Soal Disiplin
Dulu mungkin sering berpikir, “Kurang disiplin nih,” atau “Kenapa susah banget punya rutinitas yang teratur?” Tapi setelah direnungkan lebih dalam, ternyata begadang bukan cuma soal malas atau terlalu suka hiburan malam.
Seringkali, alasan di balik kebiasaan tidur larut malam berkaitan dengan rasa ingin mengambil kembali kendali atas waktu.
Waktu Malam:Waktu Bebas
Sepanjang hari diisi dengan aktivitas yang padat: pekerjaan, tugas, tanggung jawab, hingga komunikasi sosial yang seolah tak pernah berhenti.
Saat malam tiba dan segalanya mulai tenang, tubuh mungkin lelah… tapi pikiran merasa bebas. Tidak ada gangguan, tidak ada permintaan, hanya keheningan dan kesempatan menikmati waktu sendiri. Maka tak heran, layar ponsel menjadi pelarian.
Lebih Emosional Daripada Logis
Banyak yang merasa kalau malam itu adalah satu-satunya waktu bebas yang benar-benar milik sendiri. Karena waktu di malam hari sering jadi satu-satunya momen yang benar-benar milik pribadi. Di saat tidak ada yang membutuhkan apapun, tidak ada suara, tidak ada tekanan.
Hanya ada ruang untuk diri sendiri. Scroll media sosial, nonton video receh, atau ngemil camilan favorit. Semua terasa seperti bentuk perawatan diri, walaupun efek jangka panjangnya justru membuat kelelahan makin menumpuk.
Lingkaran yang Terus Berulang
Besok paginya? Bangun dalam kondisi lesu, berjanji akan tidur lebih awal malam nanti. Tapi ketika malam tiba, siklus itu terulang lagi. Rasanya seperti terjebak dalam lingkaran tanpa akhir. Dan di balik semua itu, tersimpan rasa bersalah karena merasa tidak bisa mengontrol diri.
Ironisnya, rasa bersalah itulah yang justru sering memicu kebutuhan akan ‘pelarian’ lagi. Dan pelariannya? Ya, begadang itu tadi.
Lalu, Apa yang Bisa Membantu?
Tidak ada solusi instan, tapi ada beberapa perubahan kecil yang ternyata cukup berdampak:
- Memberi jeda di siang hari: Luangkan 10 menit untuk tidak melakukan apa-apa. Tanpa ponsel, tanpa tugas. Hanya untuk mengatur ulang pikiran.
- Buat rutinitas relaksasi sederhana; Bisa dimulai dengan stretching ringan, mendengarkan musik menenangkan, atau menulis jurnal pendek sebelum tidur.
- Ciptakan suasana tidur yang nyaman: Lampu temaram, seprai yang lembut, dan suasana yang menenangkan membuat tidur terasa seperti hadiah, bukan kewajiban.
- Kurangi tekanan harus langsung tidur: Terkadang rasa stres karena “harus cepat tidur” justru membuat makin susah terlelap. Biarkan prosesnya mengalir pelan-pelan.
Apakah pernah merasa tetap terjaga di malam hari bukan karena belum ngantuk, tapi karena belum ingin hari itu berakhir? Kalau iya, beri tanda di komentar.
Ingat, yang dibutuhkan bukan hanya istirahat fisik, tapi juga ruang emosional. Waktu tenang tidak harus datang jam 1 pagi. Dengan sedikit penyesuaian, waktu untuk diri sendiri bisa hadir lebih awal dan kualitas tidur pun jadi lebih baik.
Penasaran dengan rutinitas malam 5 menit yang bisa bantu tidur lebih cepat dan nyenyak? Tulis dan akan dibagikan rahasianya!
Jika artikel ini terasa “ngena banget”, artinya banyak yang mengalami hal serupa. Tidak sendiri, dan tidak salah. Mungkin yang dibutuhkan bukan lebih banyak waktu — tapi lebih banyak waktu yang terasa milik sendiri.