Gangguan kecemasan yang muncul bersamaan dengan kondisi neurodevelopmental atau gangguan perkembangan saraf kini menjadi perhatian serius dalam dunia psikiatri modern.


Kecemasan pada anak dengan gangguan perkembangan bukan sekadar reaksi tambahan, melainkan bagian yang saling terkait erat dengan gejala utama yang mereka alami. Kecemasan ini bahkan dapat memperburuk gangguan utama, memperberat tantangan fungsional yang dihadapi sehari-hari.


Menurut Dr. Susan White, seorang psikolog klinis dan peneliti, “Kecemasan sering tidak terdeteksi pada anak dengan gangguan perkembangan, padahal ini merupakan penyebab besar penurunan fungsi dalam kehidupan mereka.” Pernyataan ini memperkuat pentingnya perhatian terhadap gejala kecemasan yang kerap tersembunyi dalam kondisi seperti autisme atau ADHD.


Gangguan Perkembangan yang Paling Rentan Terhadap Kecemasan


Beberapa gangguan perkembangan saraf yang paling sering dikaitkan dengan kecemasan adalah Autism Spectrum Disorder (ASD), Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), dan disabilitas intelektual. Pada anak dengan ASD, diperkirakan sekitar 40–50% mengalami kecemasan yang signifikan secara klinis. Sementara itu, pada anak dengan ADHD, angka ini mencapai 25–35%.


Yang mengejutkan, hasil studi pencitraan otak terbaru menunjukkan bahwa terdapat gangguan di jalur saraf yang sama, khususnya pada hubungan antara amigdala dan prefrontal cortex yang berperan dalam regulasi emosi dan fungsi eksekutif. Artinya, gejala kecemasan dan masalah perkembangan kognitif saling terkait secara biologis, bukan hanya kebetulan semata.


Gejala Kecemasan yang Sering Tak Terlihat


Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana kecemasan muncul dengan cara yang tidak biasa pada anak dengan gangguan perkembangan. Anak dengan ASD, misalnya, mungkin tidak dapat mengungkapkan rasa cemasnya secara verbal. Sebagai gantinya, mereka menunjukkan perilaku seperti kepekaan sensorik yang meningkat, menghindari situasi tertentu, atau terlibat dalam rutinitas yang kaku dan berulang.


Menurut Dr. Matthew Siegel, “Kita memerlukan alat diagnostik yang disesuaikan untuk dapat mengenali kecemasan pada pasien dengan profil perkembangan yang tidak sesuai norma umum. Jika tidak, risiko salah diagnosis atau bahkan mengabaikan kondisi yang bisa diobati akan terus terjadi.”


Dampak Besar terhadap Pengobatan dan Perkembangan Anak


Kecemasan yang tidak ditangani dapat memperburuk perilaku, meningkatkan beban pengasuhan, serta menurunkan respons terhadap terapi. Pada kasus ADHD, kecemasan bisa mengganggu efektivitas obat stimulan yang biasa digunakan, sehingga memerlukan penyesuaian dosis dan pendekatan terapi tambahan seperti terapi perilaku kognitif (CBT).


Pada anak dengan autisme, pendekatan terapi yang menggabungkan strategi pengurangan kecemasan, seperti CBT yang telah dimodifikasi atau intervensi berbasis eksposur—telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Namun, metode ini memerlukan tenaga profesional yang paham betul mengenai diagnosis ganda dan dapat menyesuaikan terapi sesuai kebutuhan perkembangan anak.


Peran Genetik dan Pengaruh Lingkungan Awal


Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa terdapat faktor genetik yang saling berkaitan antara kecemasan dan gangguan perkembangan. Misalnya, variasi gen SLC6A4 (pengangkut serotonin) dan CNTNAP2 (terkait jalur perkembangan otak) ditemukan berhubungan dengan peningkatan risiko kecemasan, terutama pada populasi dengan ASD.


Selain faktor genetik, pengalaman masa kecil seperti stres awal juga dapat mengubah pola ekspresi gen (epigenetik) yang memicu gejala kecemasan, terutama jika tidak ada intervensi dini.


Solusi Terpadu untuk Menangani Masalah Ganda Ini


Mengatasi kecemasan pada anak dengan gangguan perkembangan bukanlah tugas satu profesi saja. Dibutuhkan kerja sama lintas disiplin yang melibatkan psikiater, psikolog, dokter anak perkembangan, dan tenaga pendidik. Program intervensi dini harus memasukkan skrining kecemasan sebagai bagian rutin, meskipun keluhan utama bukan kecemasan.


Penggabungan antara terapi perilaku, penyesuaian lingkungan, dan dukungan farmakologis yang disesuaikan adalah pendekatan terbaik yang direkomendasikan para ahli. Kecemasan bukanlah komplikasi tambahan, melainkan bagian inti yang memperumit gambaran klinis dan menghambat kemajuan anak.


Ke depan, diperlukan lebih banyak riset untuk menggali akar penyebab yang saling berlapis ini, serta menciptakan strategi pengobatan yang benar-benar efektif dan sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan pendekatan yang tepat, kualitas hidup anak dan keluarga bisa meningkat secara signifikan.