Banyak orang berpikir bahwa keputusan finansial dibuat dengan penuh perhitungan. Namun, di balik semua itu, ada pengaruh kuat dari pikiran bawah sadar yang mengarahkan cara seseorang mengelola uang.


Tanpa disadari, bias psikologis yang tertanam dalam otak sering kali menggagalkan niat untuk berhemat.


Bias Kognitif yang Mengacaukan Pengambilan Keputusan Finansial


Bias kognitif adalah pola pikir yang menyesatkan dan membuat keputusan jadi kurang logis. Dalam konteks keuangan pribadi, beberapa bias berikut sering muncul:


1. Efek Jangkar (Anchoring Effect):


Efek ini membuat seseorang terlalu bergantung pada informasi awal yang diterima. Misalnya, ketika sebuah produk diberi label diskon dari harga Rp1.000.000 menjadi Rp800.000, konsumen cenderung menganggapnya murah, padahal nilai sebenarnya belum tentu sepadan.


2. Kehilangan Lebih Menyakitkan daripada Mendapatkan (Loss Aversion):


Perasaan takut kehilangan peluang membuat orang cepat-cepat membeli sesuatu hanya karena takut "ketinggalan diskon". Akibatnya, belanja jadi impulsif dan anggaran bulanan pun terganggu.


3. Bias Saat Ini (Present Bias):


Orang cenderung lebih mementingkan kepuasan instan dibandingkan manfaat masa depan. Akibatnya, pengeluaran menjadi boros hari ini, sedangkan tabungan untuk masa depan sering diabaikan. Hal ini juga menjadi alasan kenapa utang kartu kredit dan pembelian impulsif terus terjadi.


Peran Emosi dalam Pengeluaran: Jangan Remehkan Daya Dorongnya!


Emosi memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku finansial. Bias emosional terjadi saat keputusan diambil berdasarkan perasaan, bukan data atau logika.


1. Belanja karena Emosi (Retail Therapy):


Stres atau perasaan tidak nyaman sering mendorong seseorang untuk berbelanja sebagai pelarian. Sensasi senang sesaat yang dirasakan saat membeli barang dipicu oleh pelepasan hormon dopamin di otak. Sayangnya, ini bisa berujung pada penyesalan dan tekanan keuangan setelahnya.


2. Mentalitas Ikut-Ikutan (Herd Mentality):


Rasa stres atau jenuh sering kali membuat seseorang mencari pelampiasan melalui belanja. Kesenangan sesaat yang dirasakan bisa menenangkan pikiran, tapi sering kali berujung pada penyesalan dan pengeluaran tak terduga.


3. Terlalu Percaya Diri (Overconfidence Bias):


Merasa terlalu yakin dengan pemahaman dan kendali atas keuangan sendiri sering membuat seseorang mengambil keputusan gegabah. Orang yang terlalu percaya diri lebih rentan mengambil risiko besar, seperti membeli produk mahal atau berinvestasi tanpa riset mendalam.


Ilmu Ekonomi Perilaku: Solusi Efektif Melawan Bias


Cabang ilmu ekonomi yang dikenal sebagai behavioral economics menawarkan berbagai cara untuk mengatasi perangkap psikologis dalam pengelolaan uang. Pendekatan ini fokus pada realitas perilaku manusia, bukan teori semata.


1. Perangkat Komitmen:


Contohnya, program tabungan otomatis membantu seseorang menabung tanpa harus berpikir setiap bulan. Ini efektif melawan bias saat ini karena keputusan dilakukan sekali di awal dan diterapkan secara konsisten.


2. Desain Pilihan Cerdas (Nudges):


Menampilkan informasi harga secara transparan dan membandingkan beberapa produk dengan objektif bisa membantu konsumen membuat keputusan yang lebih masuk akal, bukan berdasarkan persepsi awal yang menyesatkan.


3. Pendidikan Finansial Berbasis Psikologi:


Mengenali bias dan emosi pribadi saat berbelanja adalah langkah awal untuk mengendalikan kebiasaan buruk. Semakin paham pola perilaku diri sendiri, semakin mudah mengatur strategi keuangan yang lebih sehat.


Wawasan Ahli: Menggabungkan Psikologi dan Keuangan


Profesor Richard Thaler, tokoh terkemuka dalam bidang ekonomi perilaku, menyatakan bahwa memahami perilaku manusia adalah kunci untuk merancang strategi keuangan yang lebih baik. Penelitiannya menunjukkan bahwa desain kebijakan dan alat finansial berbasis psikologi mampu memperkuat kedisiplinan keuangan pribadi.


Selain itu, berbagai studi terbaru menunjukkan bahwa alat digital seperti aplikasi keuangan yang dirancang dengan elemen perilaku terbukti mampu mengurangi pembelian impulsif dan meningkatkan ketaatan terhadap anggaran.


Langkah Nyata untuk Mengalahkan Bias Finansial


Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menjaga kendali atas keuangan pribadi:


- Buat Anggaran dengan Pemicu Perilaku:


Gunakan pendekatan “jika-maka”, seperti “Jika tergoda membeli barang yang tidak direncanakan, maka tunggu 24 jam sebelum memutuskan.”


- Catat Pengeluaran Emosional:


Menulis jurnal pengeluaran disertai catatan suasana hati saat belanja bisa membantu mengenali pola emosi yang memicu belanja tidak perlu.


- Tetapkan Tujuan Finansial yang Jelas:


Dengan menetapkan tujuan jangka panjang seperti membeli rumah atau pensiun nyaman, seseorang cenderung lebih tahan terhadap godaan pengeluaran jangka pendek.


- Gunakan Aplikasi Pintar:


Manfaatkan teknologi yang bisa memberikan pengingat, membatasi pembelian, atau menunjukkan kemajuan tujuan keuangan untuk mencegah pengeluaran impulsif.


Bias perilaku tersembunyi dalam pikiran bisa berdampak besar pada keputusan keuangan, seringkali tanpa disadari. Dengan pendekatan ekonomi perilaku dan strategi yang tepat, pengaruh negatif dari bias ini bisa dikurangi. Gabungan antara pemahaman psikologi dan perencanaan finansial yang cermat akan membantu menciptakan masa depan keuangan yang lebih sehat dan stabil.