Meski sekilas tampak mirip karena tubuh yang mungil dan bentuk wajah yang menggemaskan, capybara dan mole (sejenis tikus tanah) sebenarnya berasal dari dua dunia yang sangat berbeda.


Keduanya menunjukkan bagaimana alam menciptakan adaptasi yang luar biasa demi kelangsungan hidup spesies di lingkungan yang sangat kontras. Dari asal usul evolusi hingga cara mereka merawat anak, capybara dan mole menghadirkan kisah alam yang unik dan menakjubkan.


Asal Usul dan Klasifikasi: Dua Jalur Evolusi yang Berbeda


Capybara (Kapibara) adalah hewan pengerat terbesar di dunia dan berasal dari keluarga Hydrochoeridae. Hewan ini berasal dari wilayah Amerika Selatan dan memiliki tubuh besar yang bisa mencapai panjang 3 meter serta berat hingga 70 kilogram. Sebaliknya, mole berasal dari keluarga Talpidae dan tersebar di padang rumput kering Eurasia. Mole biasanya hanya memiliki panjang tubuh kurang dari 1 meter.


Penelitian genetika terbaru menunjukkan bahwa capybara lebih dekat secara evolusioner dengan berang-berang, sementara mole memiliki leluhur yang sama dengan tupai tanah. Perbedaan ini menciptakan struktur tubuh dan fungsi biologis yang sangat berbeda antara keduanya.


Habitat: Pecinta Air vs. Penggali Tanah


Capybara sangat bergantung pada lingkungan perairan seperti sungai dan danau. Mereka hidup di dataran rendah dengan ketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Hewan ini mampu menahan napas hingga 5 menit dan memiliki lapisan minyak alami pada kulitnya yang membuat tubuh mereka tahan air dan terlindungi dari perubahan suhu.


Di sisi lain, mole membutuhkan tanah berpasir dengan kedalaman minimal 3 meter untuk menggali terowongan tempat tinggal. Mereka hidup di padang rumput pada dataran tinggi di atas 1.500 meter. Studi dari ahli ekologi di Chili menemukan bahwa mole membangun sistem ventilasi rumit dalam terowongan mereka agar suhu tetap stabil di atas 5°C saat cuaca dingin dan tetap sejuk saat cuaca panas.


Pola Makan: Dari Tumbuhan Air hingga Penimbunan Biji


Capybara memiliki jadwal makan yang teratur, biasanya saat fajar dan senja. Mereka mengonsumsi hingga 10% dari berat tubuhnya setiap hari, terutama tumbuhan air. Gigi seri dan geraham capybara sangat efisien dalam mengunyah serat tumbuhan. Studi nutrisi menunjukkan bahwa dalam usus capybara terdapat 27 jenis probiotik unik yang membantu mencerna lignin dari tumbuhan air.


Mole memiliki metode penyimpanan makanan yang luar biasa. Mereka menyimpan lebih dari 200 kilogram biji-bijian di dalam terowongan bawah tanah. Setiap ruang penyimpanan diberi penanda aroma yang berbeda agar tidak tertukar. Uniknya, mole juga memiliki kapasitas penyimpanan minyak subkutan hingga 15% dari berat tubuh mereka, yang membantu bertahan saat kekurangan makanan di musim sulit.


Strategi Reproduksi: Hidup Sosial vs. Hidup Menyendiri


Capybara dikenal memiliki perilaku sosial yang kuat saat merawat anak. Di alam liar Brasil, peneliti mengamati sistem “pengasuhan bergilir”, di mana 3 hingga 5 capybara dewasa bergantian menjaga anak-anak dalam kelompok. Sistem ini meningkatkan tingkat kelangsungan hidup anak hingga 85%.


Sebaliknya, mole hidup lebih menyendiri. Saat musim kawin, mole jantan berlomba menelusuri jaringan terowongan untuk mencapai betina. Reproduksi mole biasanya disesuaikan dengan musim pertumbuhan tanaman, dan betina menggunakan aroma tubuh untuk menarik pasangan.


Makna Budaya: Simbol Ekologis dan Warisan Alam


Dalam budaya lokal Amerika Selatan, capybara dianggap sebagai penjaga ekosistem. Mereka sering muncul dalam seni dan lukisan batu yang ditemukan di Peru dan diperkirakan telah ada sejak 500 SM. Hal ini menunjukkan bahwa capybara telah menjadi bagian dari sejarah budaya selama lebih dari 3.000 tahun.


Status Konservasi: Dua Nasib yang Berbeda


Menurut Daftar Merah IUCN tahun 2023, capybara kini dikategorikan sebagai spesies hampir terancam punah. Namun, populasi mereka meningkat di kawasan konservasi Argentina dan Brasil, dari kurang dari 10.000 ekor pada tahun 2000 menjadi lebih dari 120.000 saat ini.


Mole menghadapi tantangan besar akibat fragmentasi habitat. Di beberapa wilayah Eropa, populasi mole menurun hingga 37% dalam satu dekade terakhir. Perbedaan ini memperlihatkan pentingnya strategi konservasi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik di tiap wilayah.


Capybara dan mole, meskipun keduanya termasuk hewan kecil dan berbulu, menunjukkan betapa kayanya keragaman kehidupan di Bumi. Perbedaan mereka yang mencolok dalam hal habitat, pola makan, cara berkembang biak, dan hubungan dengan lingkungan membuktikan bahwa alam selalu menemukan cara untuk beradaptasi dan bertahan. Melalui pemahaman yang lebih dalam terhadap perbedaan ini, diharapkan akan tumbuh kesadaran pentingnya menjaga keberagaman hayati dunia.