Gejala kecemasan sering kali menjadi keluhan utama yang ditemukan dalam praktik klinis. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa sejumlah kondisi medis dapat meniru gejala gangguan kecemasan, sehingga membingungkan diagnosis dan memperumit penanganan.


Membedakan antara gangguan kecemasan primer dan gejala yang disebabkan oleh kondisi medis lain sangat penting untuk pengobatan yang tepat dan keselamatan pasien.


Gangguan Neuroendokrin: Peniru Kecemasan yang Diam-Diam Mengancam


Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sering memicu gejala yang mirip dengan kecemasan, seperti jantung berdebar, keringat berlebih, dan kegelisahan. Salah satu contohnya adalah pheochromocytoma, tumor langka yang menghasilkan hormon katekolamin berlebihan. Kondisi ini menyebabkan tekanan darah naik mendadak dan serangan panik yang tampak seperti gangguan kecemasan.


Begitu juga dengan hipertiroidisme, yang meningkatkan aktivitas metabolisme dan dapat menimbulkan tremor, gugup, serta mudah marah, sering disalahartikan sebagai gangguan kecemasan umum. Menurut Dr. David S. Cooper, seorang ahli endokrin, evaluasi terhadap fungsi tiroid dan adrenal sangat penting sebelum menyimpulkan bahwa gejala tersebut berasal dari gangguan psikiatri.


Masalah Jantung dan Paru yang Meniru Serangan Panik


Gangguan pada sistem jantung dan paru juga bisa memunculkan gejala yang menyerupai serangan panik. Contohnya, aritmia seperti takikardia supraventrikular dapat menyebabkan detak jantung cepat dan pusing, gejala khas serangan panik.


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) maupun emboli paru juga menimbulkan sesak napas dan nyeri dada, yang sering kali disangka sebagai gangguan kecemasan. Untuk membedakannya, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan pengukuran saturasi oksigen perlu dilakukan secara menyeluruh saat pasien datang dengan keluhan kecemasan akut.


Ketidakseimbangan Metabolik dan Elektrolit: Pemicu Tersembunyi Gejala Cemas


Kondisi seperti kadar gula darah rendah (hipoglikemia), gangguan elektrolit, atau kekurangan kalsium juga dapat memunculkan gejala menyerupai kecemasan. Hipoglikemia, misalnya, menyebabkan tubuh bereaksi dengan rasa gemetar, keringat dingin, hingga kebingungan. Sedangkan hiponatremia (kadar natrium rendah) dan hipokalsemia (kekurangan kalsium) bisa memicu iritabilitas dan gangguan kognitif yang mirip dengan gangguan kecemasan.


Gangguan Neurologis: Ketika Otak Menipu Perasaan


Beberapa gangguan neurologis dapat menimbulkan gejala yang sangat mirip dengan gangguan kecemasan. Contohnya, epilepsi lobus temporal, sklerosis multipel, hingga migrain, bisa menyebabkan perubahan sensorik, kebingungan, dan reaksi otonom tubuh yang mirip dengan serangan panik.


Epilepsi lobus temporal secara khusus bisa menimbulkan rasa takut mendalam yang mendadak, sering kali disangka sebagai gangguan panik. Dr. V. S. Ramachandran, seorang ahli saraf, menyatakan bahwa pemeriksaan EEG dan pencitraan otak sangat diperlukan apabila gejala kecemasan muncul secara mendadak atau disertai kelainan neurologis tertentu.


Obat-obatan dan Zat Tertentu yang Menimbulkan Gejala Seperti Cemas


Beberapa jenis obat atau zat dapat menyebabkan gejala yang tampak seperti gangguan kecemasan. Misalnya, konsumsi berlebihan kafein, penggunaan stimulan, atau bahkan kortikosteroid bisa memunculkan rasa gelisah, detak jantung cepat, hingga insomnia.


Selain itu, penghentian mendadak beberapa jenis obat tertentu juga dapat memicu gejala seperti gelisah dan agitasi. Oleh karena itu, penting bagi tenaga medis untuk menanyakan riwayat penggunaan obat secara rinci dalam menilai pasien dengan keluhan kecemasan.


Gangguan Autoimun dan Inflamasi: Sumber Kecemasan yang Sering Terlupakan


Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik atau ensefalopati Hashimoto dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri yang menyerupai gangguan kecemasan. Proses peradangan yang melibatkan sitokin dapat memengaruhi jalur neurotransmitter, yang berdampak pada suasana hati dan kondisi psikologis.


Karena banyaknya kemungkinan penyebab medis di balik gejala kecemasan, sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari pemeriksaan laboratorium, pencitraan, hingga kolaborasi antarspesialis seperti psikiater, internis, ahli saraf, dan ahli endokrin.