Eland biasa adalah mamalia herbivora yang termasuk dalam kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, keluarga Bovidae, dan subfamili Antilopinae.


Hewan ini dikenal karena keanggunannya serta kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan yang keras. Meskipun namanya mengandung kata “biasa”, sebenarnya eland adalah hewan yang sangat istimewa dan memiliki banyak hal menarik untuk dipelajari.


1. Karakteristik Fisik yang Mengesankan


Eland biasa memiliki tubuh berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 85–105 cm, tinggi bahu berkisar antara 55–70 cm, dan berat badan antara 12–25 kg. Tubuhnya ramping dan ringan, dengan jantan biasanya sedikit lebih besar dibandingkan betina. Warna bulunya cenderung cokelat muda atau cokelat pucat, dengan bagian perut dan sisi dalam kaki berwarna putih. Warna ini membantu mereka berkamuflase di lingkungan gurun dan padang rumput.


Salah satu ciri khas eland adalah garis putih yang mencolok di wajahnya, memanjang dari hidung ke arah mata. Baik jantan maupun betina memiliki sepasang tanduk, namun tanduk jantan lebih tebal dan melengkung spiral, sedangkan betina memiliki tanduk yang lebih ramping dan lurus. Tanduk ini berukuran sekitar 15–30 cm dan berperan penting dalam mempertahankan diri serta menunjukkan dominasi dalam kelompok.


2. Perilaku dan Kebiasaan Hidup


Eland merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok dalam kawanan kecil, biasanya terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina, dan anak-anak mereka. Mereka lebih aktif pada pagi dan sore hari, sementara pada siang hari mereka cenderung berlindung di tempat yang teduh untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh.


Adaptasi eland terhadap lingkungan yang gersang sangat luar biasa. Mereka dapat bertahan hidup dengan sedikit air, dan sebagian besar kebutuhan cairan diperoleh dari makanan seperti rumput, daun semak, buah liar, dan batang tanaman yang mengandung air. Indra penciuman dan pendengaran mereka sangat tajam, memungkinkan mereka mendeteksi kehadiran predator seperti singa, macan tutul, atau serigala padang pasir.


Ketika merasa terancam, eland mampu berlari cepat dengan kecepatan 60–80 km per jam. Tubuh yang lincah dan otot kaki yang kuat memungkinkan mereka melompat dan berbelok tajam, membuat mereka sulit ditangkap oleh pemangsa.


3. Habitat Asli yang Ekstrem


Eland biasa menghuni daerah gurun, semi-gurun, dan padang rumput terbuka yang memiliki vegetasi jarang. Mereka lebih menyukai wilayah yang memiliki tanaman rendah, karena tempat ini tidak hanya menyediakan makanan tetapi juga perlindungan dari panas matahari. Kemampuan mereka untuk hidup tanpa air selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu membuat mereka sangat tangguh saat musim kering tiba.


4. Reproduksi dan Siklus Hidup


Musim kawin eland biasanya terjadi pada cuaca dingin, ketika suhu lebih bersahabat dan ketersediaan makanan meningkat. Pada saat ini, jantan akan bersaing untuk mendapatkan perhatian betina dengan menunjukkan kekuatan fisik.


Betina eland memiliki masa kehamilan sekitar 5 hingga 6 bulan, dan biasanya melahirkan satu anak setiap kali. Setelah melahirkan, induk akan menyembunyikan anaknya di tempat yang terlindung selama beberapa hari pertama agar aman dari predator. Anak eland bisa berdiri dan mengikuti induknya hanya beberapa jam setelah lahir, hal ini sangat penting agar mereka cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan liar.


Di alam liar, usia eland bisa mencapai 10–12 tahun, sedangkan di penangkaran bisa hidup lebih lama hingga 15 tahun atau lebih, tergantung pada perawatan dan kondisi lingkungannya.


5. Status Konservasi yang Perlu Diperhatikan


Populasi eland biasa telah mengalami penurunan signifikan akibat perusakan habitat, perburuan liar, serta gangguan aktivitas manusia. Saat ini, eland dikategorikan sebagai “Hampir Terancam” oleh Daftar Merah IUCN. Ini menandakan bahwa keberlangsungan spesies ini berada dalam kondisi yang perlu diwaspadai.


Sejumlah negara telah mengambil langkah pelestarian, seperti mendirikan cagar alam, menerapkan hukum perlindungan satwa, serta melaksanakan program pembiakan dan pelepasliaran. Namun demikian, tantangan besar seperti perburuan ilegal dan konversi lahan masih menjadi ancaman nyata bagi populasi eland di alam liar.


Upaya yang lebih luas sangat dibutuhkan, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi lingkungan, mendorong partisipasi komunitas lokal dalam pelestarian, dan mengurangi dampak negatif aktivitas manusia terhadap habitat alami mereka.


Eland biasa adalah simbol ketangguhan dan keindahan alam liar. Dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa di lingkungan ekstrem, mereka menunjukkan bahwa kehidupan dapat bertahan di tempat yang paling sulit sekalipun.


Meskipun menghadapi berbagai ancaman, masih ada harapan untuk menyelamatkan dan melestarikan spesies ini. Dengan dukungan dari berbagai pihak, serta langkah-langkah konservasi yang tepat, eland bisa terus berkeliaran bebas di habitat alaminya, menjadi bagian penting dari ekosistem gurun dan padang rumput yang menakjubkan.