Pernahkah Anda membayangkan jika suatu hari manusia benar-benar bisa tinggal di Mars? Gagasan ini sering muncul dalam film fiksi ilmiah dan dokumenter luar angkasa, tetapi kini mulai berubah menjadi kemungkinan nyata.


Mars dianggap sebagai planet yang paling mirip dengan Bumi dalam tata surya, dan karena itu banyak ilmuwan dan lembaga antariksa mulai serius merencanakan eksplorasi ke Planet Merah tersebut. Namun, sebelum berpikir untuk tinggal di sana, ada sederet tantangan besar yang harus dihadapi. Yuk, kita lihat lebih dekat apa saja hambatan yang menanti dalam misi ini!


Jarak Super Jauh: Tantangan Pertama yang Harus Dihadapi


Mars bukan tetangga dekat Bumi. Jaraknya bisa mencapai 400 juta kilometer saat berada di posisi terjauh. Perjalanan pulang-pergi ke planet ini diperkirakan memakan waktu sekitar 18 bulan. Bisa dibayangkan, Anda harus hidup di dalam pesawat ruang angkasa selama lebih dari setahun.


Itu berarti, seluruh kebutuhan, seperti makanan, air, oksigen, dan energi harus dibawa dari Bumi atau diproduksi langsung di dalam misi. Salah satu solusinya adalah menanam tanaman selama perjalanan, seperti sayuran hijau. Bayangkan berkebun di luar angkasa!


Baju Antariksa Canggih: Lebih dari Sekadar Pelindung


Setelan luar angkasa standar yang digunakan selama misi Bulan perlu banyak penyesuaian untuk digunakan di Mars. Walau gravitasi di Mars hanya sekitar 38% dari Bumi, pakaian luar angkasa bisa memiliki berat total 40–50 kg.


Desain baju tersebut harus cukup ringan untuk mobilitas, namun tetap mampu melindungi dari suhu ekstrem, radiasi, dan partikel tajam di permukaan Mars. Melakukan aktivitas fisik dengan pakaian seberat itu tentu bukan hal mudah. Ini jelas akan menjadi tantangan tersendiri bagi para penjelajah Mars.


Dampak Mikrogravitasi bagi Kesehatan Tubuh


Selama perjalanan menuju Mars, astronot akan berada dalam kondisi mikrogravitasi selama berbulan-bulan. Dalam kondisi ini, tubuh manusia mengalami berbagai perubahan, mulai dari pergeseran cairan tubuh, otot melemah, hingga tulang kehilangan kepadatan.


Untuk menjaga kesehatan, para astronot harus berolahraga setiap hari. Tapi itu saja tidak cukup. Solusi jangka panjang seperti menciptakan gravitasi buatan masih dalam tahap pengembangan dan menjadi salah satu tantangan besar dalam eksplorasi antariksa jangka panjang.


Mendarat di Mars: 7 Menit Penuh Ketegangan


Proses mendarat di Mars sangat kompleks. Ilmuwan menyebutnya sebagai "7 menit teror", karena dalam waktu singkat tersebut, pesawat harus melewati atmosfer Mars dengan kecepatan tinggi, menghadapi gesekan ekstrem, mengerem dengan parasut, hingga akhirnya mendarat dengan aman.


Sejauh ini, hanya sebagian kecil misi pendaratan yang berhasil. Bahkan, dari 11 percobaan misi mendarat, hanya lima yang sukses. Itu menunjukkan betapa rumit dan berisikonya misi ini.


Hambatan Komunikasi: Koneksi Tidak Bisa Instan


Karena jaraknya yang sangat jauh, sinyal dari Bumi ke Mars bisa mengalami delay hingga 20 menit sekali jalan.


Artinya, instruksi yang diberikan dari Bumi tidak bisa langsung diterima di Mars, dan sebaliknya. Maka, sistem navigasi dan pengambilan keputusan di pesawat harus sangat mandiri, tanpa bergantung sepenuhnya pada kontrol dari Bumi.


Proyek Ambisius: Mengubah Mars Jadi Tempat Tinggal


Jika manusia berhasil mendarat, tantangan berikutnya adalah membuat Mars nyaman untuk dihuni. Dengan suhu rata-rata -60°C dan atmosfer yang tipis, menghangatkan planet ini menjadi prioritas utama.


Para peneliti berencana menciptakan efek rumah kaca buatan dengan menyuntikkan gas tertentu ke atmosfer Mars. Setelah suhu meningkat, langkah selanjutnya adalah membentuk atmosfer yang bisa mendukung kehidupan, termasuk mempertahankan air dalam bentuk cair.


Air di Mars: Harapan Baru Kehidupan


Air merupakan elemen penting bagi kehidupan. Untungnya, ada bukti bahwa air dalam bentuk es dan cairan mungkin tersembunyi di bawah permukaan Mars. Beberapa wilayah bahkan menunjukkan tanda-tanda aliran air selama musim tertentu yang lebih hangat.


Namun, mengakses air ini dan menjadikannya layak konsumsi jelas bukan tugas mudah. Diperlukan teknologi khusus untuk menggali, menyaring, dan mendistribusikan air di lingkungan ekstrem seperti Mars.


Masa Depan Eksplorasi Mars


Meskipun masih banyak rintangan, berbagai lembaga luar angkasa seperti NASA, ESA, dan lembaga antariksa Tiongkok terus mengembangkan teknologi agar manusia bisa mencapai dan bertahan di Mars.


Dengan kemajuan dalam bidang energi, robotika, dan bahan bangunan luar angkasa, harapan untuk membangun koloni manusia di Mars semakin terbuka lebar. Meski mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat, langkah awalnya sudah dimulai.


Apakah manusia suatu hari nanti bisa tinggal di Mars? Atau apakah tantangannya terlalu besar untuk ditaklukkan? Satu hal yang pasti: dengan kemajuan teknologi yang cepat, hal yang dulu hanya bisa dibayangkan dalam film, kini perlahan-lahan mulai mendekati kenyataan.