Memori merupakan salah satu fungsi kognitif paling mendasar dalam kehidupan manusia. Tanpa memori, mustahil mengenali wajah, menyimpan pengalaman, atau mengambil keputusan. Namun, siapa sangka bahwa gerakan mata, yang tampaknya sepele dan otomatis, ternyata memiliki peran jauh lebih besar dalam membentuk dan mengingat kenangan daripada yang selama ini dipahami?
Riset terbaru dalam bidang ilmu saraf menunjukkan bahwa perilaku motorik okular, seperti saccade (gerakan mata cepat), fiksasi (menatap titik tertentu), dan smooth pursuit (gerakan mengikuti objek), memiliki keterkaitan erat dengan proses pengkodean, pengambilan kembali, dan konsolidasi memori.
Gerakan Mata: Jendela Menuju Proses Kognitif Otak
Gerakan mata mencerminkan aktivitas kognitif yang sedang berlangsung. Saat seseorang mengamati lingkungan sekitarnya, otak tidak hanya menerima informasi visual secara pasif, tetapi juga memilih informasi mana yang penting untuk diproses lebih lanjut. Menurut Dr. Evelyn Smith, ahli saraf kognitif dari Harvard Medical School, “Pola gerakan mata dapat dijadikan indikator bagaimana otak memprioritaskan dan memproses informasi, memperlihatkan keterkaitan kuat antara perhatian visual dan fungsi memori.”
Dengan kata lain, ke mana mata melihat dan seberapa lama fokus tertuju pada suatu objek memiliki peran penting dalam membentuk kenangan jangka panjang.
Mekanisme Hubungan Gerakan Mata dan Pengkodean Memori
Untuk mengubah pengalaman menjadi memori yang dapat diingat kembali, otak perlu mengintegrasikan input sensorik ke dalam representasi saraf yang stabil. Dalam proses ini, fiksasi mata memainkan peran utama. Saat seseorang memusatkan pandangan pada fitur visual yang relevan, informasi tersebut diproses lebih dalam dan lebih akurat oleh otak.
Penelitian dengan menggunakan pencitraan otak (fMRI) menunjukkan adanya aktivitas sinkron antara frontal eye fields (FEF) dan hippocampus, dua bagian otak yang terlibat dalam perhatian dan memori. Kolaborasi antara kedua area ini memperkuat dugaan bahwa gerakan mata membantu menyelaraskan jaringan otak yang terlibat dalam penyimpanan informasi.
Polanya Terulang Saat Mengingat: Fenomena Gaze Reinstatement
Menariknya, tidak hanya saat mengamati suatu hal untuk pertama kalinya, gerakan mata juga aktif saat seseorang mencoba mengingat sesuatu. Studi yang dimuat dalam Nature Communications tahun 2024 menemukan bahwa saat seseorang mengingat pengalaman tertentu, mereka cenderung mengulangi pola gerakan mata yang sama seperti ketika pengalaman itu pertama kali terjadi. Fenomena ini dikenal sebagai gaze reinstatement.
Menurut Dr. Miguel Alvarez dari University of California, pengulangan pola ini berfungsi sebagai petunjuk spasial-temporal, membantu otak “menemukan kembali” informasi yang sebelumnya tersimpan. Ini memperlihatkan bahwa hubungan antara penglihatan dan memori bersifat dua arah, tidak hanya saat menyimpan, tetapi juga saat mengakses kembali informasi.
Tanda-Tanda Dini Gangguan Memori Bisa Terlihat dari Gerakan Mata
Bukan hanya dalam kondisi normal, gangguan pada sistem gerakan mata juga dapat menjadi indikator adanya masalah pada fungsi memori. Pada individu dengan gangguan neurologis tertentu seperti gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment), terlihat adanya pola gerakan mata yang tidak teratur saat menjalankan tugas memori. Hal ini membuka kemungkinan untuk menggunakan teknologi pelacakan mata (eye-tracking) sebagai alat diagnosis dini gangguan fungsi kognitif secara non-invasif.
Selain itu, individu dengan penyakit neurodegeneratif tertentu kerap menunjukkan gangguan pada gerakan saccadic, yang tampaknya berkorelasi dengan penurunan kemampuan mengingat.
Apakah Mengarahkan Gerakan Mata Bisa Meningkatkan Daya Ingat?
Kini para ilmuwan tengah mengeksplorasi apakah mengatur atau memodifikasi gerakan mata secara sengaja bisa membantu memperkuat memori. Salah satu pendekatan yang sedang diteliti melibatkan pelatihan pola pandang tertentu yang dipercaya dapat meningkatkan konsolidasi informasi dalam otak.
Dalam eksperimen terkini, peserta yang diarahkan untuk mengikuti pola gerakan mata tertentu menunjukkan peningkatan performa dalam tugas memori, dibandingkan dengan kelompok kontrol. Meski masih dalam tahap awal, hasil ini membuka potensi baru dalam bidang rehabilitasi kognitif.
Masa Depan Penelitian: Integrasi Teknologi dan Neurosains
Penelitian masa depan akan lebih fokus pada pemahaman hubungan kausal antara gerakan mata dan sistem memori, dengan memanfaatkan teknologi mutakhir seperti neuroimaging, pelacakan mata presisi tinggi, dan pemodelan komputasi. Tujuannya adalah untuk mengurai lebih dalam bagaimana dinamika gerakan mata berkaitan dengan gelombang otak dan sistem neurotransmiter yang berperan dalam mengingat.
Pemahaman lebih dalam tentang interaksi ini berpotensi menghasilkan terobosan dalam intervensi klinis, baik untuk mendeteksi gangguan sejak dini maupun meningkatkan kemampuan mengingat dalam kehidupan sehari-hari.
Gerakan mata bukan sekadar cerminan dari apa yang sedang diperhatikan, melainkan bagian aktif dari proses menyimpan dan mengambil kembali kenangan. Kemajuan ilmu pengetahuan di bidang ini menjanjikan strategi baru yang revolusioner untuk membantu meningkatkan daya ingat dan mendeteksi gangguan kognitif secara lebih cepat dan akurat.