Robert De Niro dikenal sebagai sosok legendaris di dunia perfilman, namun di balik layar, ia adalah pribadi yang tertutup dan jarang membuka kehidupan pribadinya.


Namun, dalam momen langka di Festival Film Cannes, De Niro membagikan kisah-kisah pribadi yang penuh makna dan menyentuh hati.


Bukan melalui pidato panjang atau wawancara yang dirancang, tetapi lewat refleksi sederhana dan jujur tentang masa lalu, karya seni, serta orang-orang yang membentuk hidupnya. Berikut adalah tujuh momen paling menyentuh yang mengungkapkan sisi personal dari aktor ikonik ini.


1. Warisan Sang Ayah: Studio Seni yang Tak Pernah Tersentuh


Salah satu bentuk penghormatan mendalam yang dilakukan De Niro adalah menjaga studio seni milik sang ayah di New York tetap utuh selama lebih dari 30 tahun. Semua benda—mulai dari kuas, kanvas, hingga pakaian lama, tetap dibiarkan pada tempatnya. Ruang ini bukan hanya simbol kenangan, tetapi juga sarana bagi keluarganya untuk memahami akar kreatif yang membentuk perjalanan hidup mereka. Dengan cara ini, De Niro menunjukkan betapa pentingnya menjaga nilai-nilai dan sejarah keluarga.


2. Kolektor Kenangan Film: Kostum hingga Naskah Asli


De Niro tidak hanya serius dalam akting, tetapi juga menghargai setiap proses di balik layar. Ia menyimpan berbagai barang dari film-film yang diperankannya, mulai dari kostum, properti, hingga naskah penuh coretan. Semua itu dikumpulkan sebagai bentuk penghormatan terhadap karakter yang pernah ia hidupkan. Karena jumlahnya yang sangat banyak, sebagian koleksi ini akhirnya diserahkan ke lembaga seperti University of Texas dan Harry Ransom Center. Tindakan ini lebih dari sekadar nostalgia; ini adalah pengakuan atas dedikasi dan kerja keras dalam seni peran.


3. Membuka Kembali Kenangan Lewat Surat dan Catatan


Meski memiliki hubungan emosional yang dalam dengan orang tuanya, De Niro sempat menunda membaca surat dan catatan harian mereka selama bertahun-tahun. Ia mengaku belum siap. Namun saat bekerja sama dengan seniman JR dalam sebuah dokumenter, ia akhirnya mengizinkan orang lain membacanya terlebih dahulu. Dari sana, terungkap fakta-fakta mengejutkan, termasuk bahwa beberapa lukisan yang selama ini dianggap karya sang ayah, ternyata hasil karya sang ibu. Sebuah pengingat bahwa keluarga dan seni seringkali saling menyatu dalam cara yang tak terduga.


4. Sedikit Bicara, Banyak Makna


De Niro memang bukan tipe orang yang suka banyak bicara di depan publik. Bahkan rekan-rekan terdekatnya, seperti Leonardo DiCaprio, mengakui betapa hematnya De Niro dalam berkomentar. Namun justru karena kata-katanya jarang, setiap ucapan menjadi sangat berarti. Ini bukan soal malu atau menghindar, tetapi soal ketepatan. Ia memilih berbicara hanya ketika benar-benar dibutuhkan, dan ketika itu terjadi, pesannya penuh kekuatan.


5. Mendorong Diri Lewat Tantangan


Sebelum memulai dokumenter bersama JR, De Niro secara terbuka meminta agar dirinya didorong keluar dari zona nyaman, meskipun terasa sulit. Proses pengambilan gambar seringkali berlangsung selama berjam-jam, namun hasilnya mungkin hanya beberapa kalimat yang benar-benar bisa digunakan. Meski demikian, ia tetap hadir dan menjalani proses tersebut. Karena ada cerita yang harus dibagikan, bukan semata-mata untuk dirinya, tetapi untuk orang lain yang mungkin bisa belajar darinya.


6. Masa Awal yang Penuh Perjuangan: Dari Panggung Keliling ke Layar Lebar


Sebelum dikenal luas, De Niro pernah tergabung dalam kelompok teater keliling yang tampil di berbagai sekolah. Kehidupan saat itu tidak mudah. Pindah dari satu tempat ke tempat lain, menghadapi tantangan baru di setiap kota, menjadi bagian dari pembentukan karakter dan kedisiplinannya. Sang ibu pernah berkata, ia ingin suatu hari mendengar nama anaknya disebut di radio. Impian itu kini telah jauh terwujud. Setiap pertunjukan saat itu adalah pijakan menuju kesuksesan yang dicapai kemudian.


7. Surat yang Menyimpan Jejak Perjalanan


De Niro masih menyimpan surat-surat yang ia kirimkan kepada ibunya selama masa-masa awal kariernya sebagai aktor keliling. Surat-surat ini kini menjadi jendela yang membantunya mengingat kembali perjuangan, harapan, dan mimpi-mimpi yang dulu sempat kabur dalam ingatan. Setiap kalimat di surat itu seperti potongan puzzle yang menyusun kisah perjalanan menuju panggung kehormatan.


Robert De Niro memang bukan sosok yang suka sorotan berlebihan. Tapi ketika ia berbicara, kata-katanya memiliki bobot yang dalam. Dari menjaga studio sang ayah, menyimpan properti film, hingga membuka lembaran surat lama, semua yang dilakukan adalah cerminan rasa hormat terhadap masa lalu dan orang-orang yang mengisi hidupnya. Kisah ini bukan hanya tentang seorang aktor legendaris, tetapi tentang nilai keluarga, dedikasi dalam karya, dan pentingnya menjaga warisan untuk generasi mendatang.