Penyakit Kawasaki (PK) merupakan suatu kondisi peradangan pembuluh darah (vaskulitis) yang bersifat akut dan cenderung menyerang arteri berukuran sedang, khususnya arteri koroner. Sering terjadi pada anak-anak berusia di bawah lima tahun dan menjadi penyebab utama penyakit jantung yang diperoleh (bukan bawaan lahir) di negara-negara maju.
Meski telah banyak diteliti selama bertahun-tahun, penyebab pastinya masih belum diketahui secara pasti. Keterlambatan diagnosis tetap menjadi tantangan besar karena dapat meningkatkan risiko komplikasi serius pada jantung, terutama terbentuknya aneurisma arteri koroner.
Tren Global dan Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan
Data terbaru dari American Heart Association (AHA) tahun 2023 menunjukkan adanya peningkatan kasus PK di wilayah Asia Timur dan kota-kota besar di Amerika Utara. Jepang masih mencatat angka kejadian tertinggi, dengan lebih dari 300 kasus per 100.000 anak di bawah usia lima tahun setiap tahunnya. Di sisi lain, kawasan Afrika Sub-Sahara diyakini memiliki jumlah kasus yang tidak terdeteksi dengan baik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesamaan gejala dengan penyakit demam lainnya dan kurangnya kesadaran tenaga medis terhadap PK.
Munculnya Sindrom Peradangan Multisistem pada Anak (MIS-C) yang berkaitan dengan infeksi SARS-CoV-2 juga menambah kompleksitas, karena gejalanya kerap menyerupai varian atipikal dari Penyakit Kawasaki. Menurut Dr. Jane C. Burns, seorang ahli jantung anak dari UC San Diego, kemiripan klinis antara MIS-C dan PK menunjukkan bahwa respons imun terhadap infeksi virus masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan sepenuhnya.
Mekanisme Penyakit: Ketika Sistem Imun Menyerang Pembuluh Darah
Meskipun pemicu utama belum diketahui, hipotesis utama saat ini menyatakan bahwa infeksi tertentu dapat memicu reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan, terutama pada anak yang secara genetik rentan. Studi genetik terbaru mengaitkan mutasi pada gen ITPKC, FCGR2A, dan BLK yang berkaitan dengan sistem imun. Proses ini diawali oleh aktivasi lapisan dalam pembuluh darah (endotel), diikuti oleh masuknya sel-sel imun seperti monosit, neutrofil, dan sel T CD8+. Sel-sel ini kemudian melepaskan zat peradangan seperti IL-6, IL-1β, dan TNF-α yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah, terutama di arteri koroner.
Gejala Klinis dan Bentuk Tidak Khas
Diagnosis Penyakit Kawasaki didasarkan pada pemeriksaan klinis. Gejala utamanya adalah demam tinggi yang berlangsung minimal lima hari, disertai empat dari lima tanda berikut:
- Mata merah tanpa belek (konjungtivitis non-purulen)
- Ruam kulit yang bervariasi
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher
- Perubahan pada tangan dan kaki (kemerahan, bengkak, hingga kulit mengelupas)
- Perubahan pada mulut dan lidah (lidah merah seperti stroberi, bibir pecah-pecah)
Namun, tidak semua kasus menunjukkan gejala lengkap. Pada beberapa anak, gejalanya bisa tidak khas atau hanya sebagian, sehingga disebut sebagai PK tidak lengkap, yang semakin sulit dikenali terutama bila disertai infeksi virus lain seperti SARS-CoV-2.
Komplikasi Jantung yang Tidak Terlihat di Awal
Ancaman utama dari PK adalah kerusakan pembuluh darah jantung. Jika tidak diobati, sekitar 25% anak dapat mengalami kelainan arteri koroner, seperti pelebaran (aneurisma), penyempitan, hingga sumbatan. Oleh karena itu, pemeriksaan ekokardiografi sangat penting dan harus dilakukan berulang pada minggu ke-2 dan ke-6 setelah diagnosis ditegakkan. Untuk evaluasi jangka panjang, terutama pada remaja, MRI jantung menjadi pilihan karena mampu mendeteksi jaringan parut atau aliran darah yang terganggu. Pemeriksaan tambahan seperti CT angiografi dan IVUS digunakan pada kasus yang lebih berat atau kompleks.
Penanganan Utama: Kombinasi IVIG dan Aspirin
Terapi lini pertama yang efektif adalah pemberian imunoglobulin intravena (IVIG) dalam dosis tinggi (2 g/kg) dalam 10–12 jam pertama, idealnya dalam 10 hari sejak awal gejala. Terapi ini terbukti mampu menurunkan risiko komplikasi jantung dari 25% menjadi kurang dari 5%. Bersamaan dengan IVIG, diberikan juga aspirin dalam dosis anti-peradangan (30–50 mg/kg/hari) selama fase demam, lalu diturunkan ke dosis anti-platelet (3–5 mg/kg/hari) setelah suhu tubuh kembali normal. Pada kasus tanpa komplikasi, aspirin umumnya diberikan selama 6–8 minggu.
Pemantauan Seumur Hidup untuk Kasus Berat
Anak dengan aneurisma besar (diameter ≥8 mm) harus dipantau seumur hidup karena risiko serangan jantung dan kematian mendadak. Studi terbaru dari jurnal Circulation tahun 2024 menunjukkan bahwa bahkan anak-anak yang tampak sembuh total dari PK masih bisa mengalami gangguan fungsi lapisan dalam pembuluh darah saat remaja. Oleh karena itu, pemantauan profil lipid, tes fungsi jantung saat aktivitas, serta evaluasi menggunakan skor kalsium sangat disarankan hingga usia dewasa. Pada kasus parah, pemberian obat pengencer darah seperti warfarin atau LMWH mungkin diperlukan.
Penyakit Kawasaki bukan sekadar demam biasa. Meski gejalanya bisa menyerupai infeksi ringan pada anak, dampaknya dapat menghantui seumur hidup. Deteksi dini dan pengobatan tepat waktu menjadi kunci utama mencegah kerusakan jantung permanen. Tenaga medis dan orang tua perlu waspada terhadap setiap gejala yang tidak biasa, terutama di masa setelah pandemi, saat gejala PK kerap berbaur dengan kondisi inflamasi lainnya seperti MIS-C. Jangan anggap remeh demam yang menetap, karena bisa jadi, itu sinyal bahaya dari jantung anak Anda.