Selama bertahun-tahun, psoriasis dikenal luas sebagai penyakit autoimun yang hanya memengaruhi kulit. Namun, pemahaman medis kini telah bergeser secara drastis. Psoriasis kini diakui sebagai gangguan peradangan sistemik kronis yang memiliki dampak luas terhadap berbagai organ tubuh.
Bukti ilmiah terbaru mengaitkan peradangan psoriasis dengan disfungsi pembuluh darah, gangguan metabolisme, dan perburukan penyakit sendi. Perubahan pandangan ini memiliki dampak besar dalam penegakan diagnosis, penentuan terapi, hingga strategi pemantauan jangka panjang.
Mesin Peradangan: Bukan Sekadar Masalah Kulit
Psoriasis berawal dari aktivasi sistem imun yang tidak normal. Sel dendritik di kulit melepaskan IL-12 dan IL-23, yang memicu pertumbuhan sel T tipe Th1 dan Th17. Sel-sel ini menghasilkan zat peradangan seperti TNF-α, IL-17, dan IL-22, yang mendorong pertumbuhan berlebih sel kulit, menarik neutrofil, dan mengaktifkan sel-sel pembuluh darah.
Namun yang perlu diwaspadai, zat-zat peradangan tersebut tidak hanya terbatas di kulit. Ketika IL-17 dan TNF-α menyebar melalui peredaran darah, mereka bisa merusak pembuluh darah, mengganggu metabolisme glukosa, dan merangsang peradangan pada sendi serta tulang. Inilah yang menjelaskan mengapa psoriasis sering dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan artritis psoriatik.
Biomarker Sistemik: Kunci Baru Deteksi Dini
Pada pasien dengan psoriasis sedang hingga berat, berbagai penanda inflamasi dalam darah seperti hsCRP, IL-6, dan serum amyloid A (SAA) ditemukan dalam kadar tinggi. Penanda ini menunjukkan tingkat keparahan peradangan sistemik. Biomarker baru seperti GlycA yang diukur melalui teknologi NMR menjadi indikator stabil untuk menilai peradangan kronis dan risiko kardiovaskular.
Selain itu, peningkatan kadar micropartikel endotel dan molekul adhesi seperti VCAM-1 mengindikasikan adanya disfungsi pembuluh darah, bahkan pada pasien yang belum menunjukkan gejala kardiovaskular.
Risiko Kardiometabolik: Psoriasis dan Penyakit Pembuluh Darah
Penderita psoriasis, khususnya dengan ruam yang luas atau onset dini, berisiko tinggi mengalami kejadian jantung serius seperti serangan jantung. Psoriasis telah terbukti meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah dan mempercepat pengerasan arteri.
Sebuah studi penting yang dimuat di jurnal Circulation tahun 2022 menunjukkan bahwa terapi biologis yang menargetkan IL-17 dan TNF-α dapat mengurangi volume plak koroner non-kalsifikasi dalam 52 minggu. Hasil pemindaian PET/CT juga memperlihatkan penurunan peradangan aorta setelah 6 bulan pengobatan anti-IL-17.
Artritis Psoriatik: Jalur Imun yang Sama, Dampak Lebih Berat
Sekitar 30–35% penderita psoriasis juga mengalami artritis psoriatik (PsA), yaitu peradangan sendi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen jika tidak ditangani dengan cepat. IL-23 dan IL-17 sangat berperan dalam proses kerusakan tulang, sedangkan IL-36 dan GM-CSF memicu peradangan pada jaringan penyambung dan jari.
Pemeriksaan MRI dan USG Doppler sangat penting untuk mendeteksi peradangan sendi sedini mungkin, bahkan sebelum gejala terasa. Deteksi dini menjadi kunci untuk mencegah kerusakan sendi yang sulit diperbaiki.
Jebakan Metabolik: Resistensi Insulin dan Lemak Berlebih
Beban peradangan akibat psoriasis juga berdampak pada jaringan lemak dan hati. Hal ini memicu pelepasan asam lemak bebas berlebih, perlemakan hati (NAFLD), dan resistensi insulin. TNF-α dan IL-6 turut menghambat fungsi reseptor insulin, yang memperparah lonjakan gula darah.
Selain itu, lemak tubuh pada penderita psoriasis sering menunjukkan ketidakseimbangan hormon leptin dan adiponektin, yang memperberat kondisi peradangan.
Terapi Sistemik: Obat Biologis dengan Presisi Tinggi
Kemajuan dalam terapi biologis telah merevolusi cara menangani psoriasis. Agen anti-TNF seperti adalimumab dan infliximab, penghambat IL-12/23 seperti ustekinumab, serta penghambat IL-17 dan IL-23 generasi terbaru, telah terbukti mengendalikan peradangan kulit sekaligus memperbaiki kondisi sistemik.
Uji klinis terkini menunjukkan bahwa penghambat IL-17 dapat menurunkan kadar hsCRP dan GlycA dalam darah, yang mengindikasikan efek antiinflamasi menyeluruh. Selain itu, inhibitor JAK seperti deucravacitinib dan tofacitinib juga menjadi alternatif terapi dengan efek ganda terhadap sistem imun, meski penggunaannya perlu dipantau karena potensi risiko kardiovaskular.
Kolaborasi Lintas Spesialis: Kunci Manajemen Komprehensif
Karena sifatnya yang kompleks, pengelolaan psoriasis harus melibatkan berbagai spesialis: mulai dari dermatolog, reumatolog, endokrinolog, hingga ahli jantung dan hati. Protokol pemeriksaan untuk tekanan darah tinggi, dislipidemia, diabetes, penyakit hati berlemak, dan radang sendi harus menjadi bagian dari evaluasi rutin pasien.
Yayasan Psoriasis Nasional bahkan merekomendasikan skrining risiko jantung dan metabolik setiap tahun untuk pasien dengan penyakit sedang hingga berat, guna mencegah komplikasi lebih lanjut.
Masa Depan Perawatan: Pengobatan Individual dan Pencegahan Relaps
Arah pengobatan psoriasis kini beralih ke pendekatan personal dengan memanfaatkan profil genetik, ekspresi gen, serta karakteristik sistem imun untuk memprediksi respons terapi. Teknologi biopsi cair dan modulasi mikrobioma kulit sedang dikembangkan sebagai alat deteksi dini dan prediksi kekambuhan.
Penelitian genetik juga telah mengidentifikasi gen seperti IL-36γ, CXCL1, dan DEFB4A yang berkaitan dengan peradangan berat dan prognosis buruk. Temuan ini membuka jalan bagi algoritma terapi berbasis biomarker.
Psoriasis bukan lagi hanya masalah kulit. Ini adalah penyakit inflamasi sistemik yang kompleks dan berdampak pada jantung, sendi, dan metabolisme Anda. Untuk itu, pengelolaan harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. Seiring kemajuan terapi dan diagnostik, standar perawatan pun harus berubah, dari sekadar meredakan gejala menuju kontrol sistemik total yang berbasis ilmu pengetahuan dan kolaborasi antar spesialis.
simak video "mengenal penyakit psoriasis"
video by "IHC RS Pusat Pertamina"