Nodul tiroid merupakan salah satu kelainan endokrin yang umum ditemui dan selama ini dianggap bersifat jinak serta tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, temuan klinis terbaru mengungkapkan adanya kaitan erat antara keberadaan nodul tiroid dengan munculnya gejala kecemasan, bahkan pada individu yang fungsi tiroidnya normal (euthyroid).


Kondisi ini membuka wawasan baru bahwa kelainan struktural di kelenjar tiroid ternyata bisa berperan dalam gangguan psikologis, yang tentu saja membawa implikasi penting dalam diagnosa dan penanganan pasien.


Nodul Tiroid: Lebih dari Sekedar Benjolan


Nodul tiroid adalah lesi yang terbentuk dalam kelenjar tiroid dan dapat terdeteksi melalui pemeriksaan fisik atau ultrasonografi. Kebanyakan nodul ini tidak aktif dan bersifat jinak, tetapi ada sekitar 5 sampai 15 persen nodul yang menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan sehingga memengaruhi kondisi tubuh.


Secara umum, nodul tiroid dibagi menjadi beberapa jenis:


- Nodul dingin (tidak berfungsi hormon)


- Nodul panas (adenoma yang bekerja secara otonom)


- Nodul kompleks (mengandung komponen kistik dan padat)


Menurut Dr. Maria H. Lechner, seorang ahli endokrinologi dari Massachusetts General Hospital, “Meski nodul tersebut tidak mengubah kadar hormon dalam darah, melalui jalur inflamasi lokal maupun sistemik, nodul bisa menimbulkan gejala psiko-fisiologis seperti kecemasan, agitasi, hingga sensasi panik.”


Keterkaitan Neuroendokrin: Peran Sumbu Hipotalamus-Pituitari-Tiroid (HPT)


Sumbu HPT merupakan pusat pengendali regulasi tiroid sekaligus keseimbangan sistem saraf pusat. Gangguan pada sumbu ini—meskipun tanpa adanya penyakit tiroid yang nyata—dapat mengganggu jalur neurotransmitter penting seperti norepinefrin, serotonin, dan GABA yang berperan krusial dalam mengatur suasana hati dan kecemasan.


Kadar hormon TSH, FT3, dan FT4 yang masih dalam batas normal bukan berarti tidak ada fluktuasi tingkat jaringan atau resistensi hormon tiroid yang dapat mempengaruhi sinyal saraf pusat. Selain itu, antibodi antitiroid seperti antitiroid peroksidase (anti-TPO) dan antitiroglobulin yang sering meningkat pada tiroiditis autoimun dengan nodul, juga telah dikaitkan dengan gejala neuropsikiatri dalam berbagai studi.


Manifestasi Psikiatri: Gejala Kecemasan dan Ketegangan Saraf


Pasien dengan nodul tiroid, terutama mereka yang mengalami gondok multinodular toksik atau nodul tiroid yang berfungsi secara otonom, sering menunjukkan gejala somatik kecemasan, antara lain:


- Detak jantung cepat (takikardia)


- Palpitasi


- Intoleransi panas


- Tremor


- Mudah tersinggung


- Gangguan tidur


Gejala tersebut sering kali mirip dengan hipertiroidisme, namun kerap salah diartikan sebagai gangguan kecemasan primer pada pasien euthyroid. Studi neuroimaging menunjukkan adanya perubahan konektivitas amigdala dan hiperaktivasi sistem limbik pada individu dengan gangguan ringan pada sumbu tiroid, meskipun kadar hormon tetap normal.


Data Kasus dan Temuan Klinik Terbaru


Dalam jurnal The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2024), analisis terhadap lebih dari 900 pasien dengan nodul tiroid soliter mengungkapkan bahwa 34% pasien dengan subklinis hipertiroidisme mengalami kecemasan klinis signifikan, dibandingkan hanya 12% pada pasien dengan nodul euthyroid. Pasien yang menjalani terapi ablasi radioiodin atau operasi lobektomi untuk nodul yang hiperaktif menunjukkan penurunan signifikan gejala kecemasan dalam tiga bulan setelah terapi, tanpa perlu intervensi psikiatri tambahan.


Tantangan Diagnostik: Kapan Harus Mencurigai Hubungan Ini?


Mendiagnosis kecemasan yang berasal dari kelainan tiroid membutuhkan kecurigaan klinis yang tinggi. Terutama pada pasien dengan kecemasan yang sulit diatasi atau muncul secara tiba-tiba, disertai gejala sistemik ringan seperti perubahan berat badan, rasa penuh di leher, atau keringat berlebih, pemeriksaan tiroid menyeluruh sangat dianjurkan.


Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan meliputi:


- Ultrasonografi tiroid resolusi tinggi


- Pemeriksaan serum TSH, FT4, FT3


- Skrining antibodi anti-TPO dan anti-tiroglobulin


- Pemeriksaan penyerapan radioiodin (jika diperlukan)


Menurut Dr. Arvind Kamble, psikiater endokrinologi dari King's College London, “Gejala psikiatri seringkali muncul lebih dulu sebelum tanda-tanda biokimia pada gangguan tiroid. Oleh sebab itu, pendekatan multidisiplin sangat penting untuk pengenalan dini.”


Pendekatan Pengobatan: Interdisipliner dan Berdasarkan Gejala


Pada pasien yang mengalami kecemasan akibat nodul tiroid, langkah pertama adalah menangani kelainan tiroid yang mendasari. Untuk nodul hiperaktif, pilihan terapi meliputi: terapi radioaktif, obat antitiroid, atau operasi pengangkatan nodul.


Penggunaan beta-blocker seperti propranolol dapat membantu meredakan gejala adrenergik sementara. Obat psikotropik, terutama SSRI, bisa dipertimbangkan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi endokrin pasien. Terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu mengelola kecemasan terkait kesehatan, namun bersifat tambahan dan bukan pengobatan utama dalam kasus yang disebabkan kelainan tiroid.


Catatan Khusus:


- Hindari penggunaan benzodiazepin pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi akibat takiaritmia yang dipicu oleh tiroid.


- Pemantauan kadar hormon tiroid harus dilakukan selama pengobatan psikiatri, karena SSRI dapat memengaruhi konversi T4 menjadi T3.


Keterkaitan antara nodul tiroid dan kecemasan adalah sebuah fakta baru yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari dunia medis. Kondisi yang selama ini dianggap hanya sebagai kelainan struktural jinak ternyata dapat menjadi penyebab gejala psikiatri yang signifikan. Dengan diagnosa yang tepat, penanganan terintegrasi, dan penelitian lanjutan, kualitas hidup pasien dengan kondisi ganda ini dapat meningkat secara signifikan.