Dunia otomotif sedang mengalami pergeseran besar! Merek-merek mobil legendaris seperti Toyota, Porsche, Mercedes-Benz, dan BMW yang telah mendominasi pasar selama puluhan tahun, kini mulai mendapat tantangan serius dari para pendatang baru.


Dalam beberapa tahun terakhir, produsen mobil listrik seperti Tesla, BYD, dan VinFast mulai mencuri perhatian dan memanjat peringkat dengan kecepatan yang luar biasa.


Mobil Listrik Bukan Sekadar Tren Ini Revolusi!


Dulu, mobil listrik hanya dianggap sebagai pilihan alternatif. Namun kini, mereka sudah menjadi bagian dari arus utama. Tesla, yang dua dekade lalu hampir tidak dikenal, kini telah menjelma menjadi raksasa otomotif dunia. Dan bukan hanya Tesla, perusahaan seperti BYD dari Tiongkok dan VinFast dari Vietnam juga ikut mengukuhkan posisi mereka di pasar global.


Popularitas mobil listrik bukan cuma soal gaya hidup ramah lingkungan. Data penjualan dan keuntungan menunjukkan bahwa mobil listrik adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Tidak heran jika produsen otomotif tradisional mulai merasa terdesak dan harus mengubah arah strategi mereka.


Mampukah Merek-Merek Lama Mengimbangi Perubahan Ini?


Transformasi ke era kendaraan listrik telah memaksa para pemain lama untuk berpikir ulang. Tantangannya besar, tidak semua merek bisa bergerak secepat Tesla atau BYD. Beberapa di antaranya bahkan tampak tertinggal dalam inovasi maupun peluncuran produk.


Toyota, misalnya, yang selama ini menjadi pemimpin pasar di berbagai negara termasuk Australia, belum juga meluncurkan mobil listrik pertamanya hingga tahun 2024, meskipun sebelumnya dijadwalkan rilis pada akhir 2022. Sementara itu, merek baru seperti Polestar dan MG sudah mulai aktif merambah pasar global dengan model-model listrik andalan mereka.


Permintaan Mobil Listrik Meningkat Drastis


Didorong oleh regulasi emisi yang makin ketat di berbagai negara, penjualan mobil listrik melonjak tajam. Di Amerika Serikat, sekitar 8% dari penjualan mobil pada 2022 adalah mobil listrik atau hibrida plug-in. Angka ini jauh lebih tinggi di negara-negara seperti Jerman (31%) dan Inggris (23%). Sementara itu, Norwegia memimpin revolusi ini, dengan target menghentikan penjualan mobil berbahan bakar bensin pada 2025 dan 88% dari mobil baru yang dijual pada 2022 adalah listrik.


Yang menarik, mobil listrik terlaris di Norwegia bukan berasal dari produsen lokal Eropa seperti Volkswagen atau BMW, melainkan Tesla Model Y. Tren serupa terjadi di Australia, di mana Tesla mendominasi pasar EV dengan pangsa lebih dari 58%, sementara pesaing terdekatnya, Hyundai, hanya meraih 7%.


Produsen Baru Bersaing di Kancah Global


Dengan lonjakan permintaan ini, merek-merek baru dari Tiongkok seperti BYD dan Polestar berhasil masuk ke pasar-pasar besar. Di Australia, BYD bahkan menawarkan mobil listrik dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan merek lama. Contohnya, BYD Dolphin yang dibanderol sekitar $24.513 AUD—jauh di bawah harga mobil listrik termurah Kia yang mencapai $41.973 AUD.


Perbedaan harga ini menunjukkan bahwa para pendatang baru lebih agresif dalam menawarkan nilai lebih kepada konsumen, terutama dari segi teknologi dan efisiensi biaya produksi.


Strategi Baru Produsen Tradisional


Meski tertinggal dalam hal kecepatan inovasi, beberapa produsen mobil besar tidak tinggal diam. Ford, misalnya, telah melakukan restrukturisasi besar dengan membagi bisnisnya menjadi tiga divisi: Ford Model E (mobil listrik), Ford Blue (mobil berbahan bakar tradisional), dan Ford Pro (kendaraan komersial).


Langkah ini menunjukkan keseriusan Ford dalam menyambut era kendaraan listrik. Mereka juga telah menggelontorkan dana sebesar $50 miliar untuk pengembangan EV hingga tahun 2026. Model legendaris seperti Mustang dan F-150 kini hadir dalam versi listrik untuk menyaingi Tesla dan pemain baru lainnya.


Siapa yang Akan Menjadi Raja Otomotif Berikutnya?


Beberapa analis memprediksi bahwa pada tahun 2030, produsen mobil dari Tiongkok bisa menguasai hingga 33% pasar global. Sementara produsen tradisional yang saat ini memegang 81% pasar, diperkirakan akan turun ke angka 48%. Ini menunjukkan potensi pergeseran dominasi yang sangat besar.


Apakah ini berarti masa kejayaan Toyota, Ford, dan BMW akan segera berakhir? Belum tentu. CEO Kia Australia, Damien Meredith, percaya bahwa merek-merek besar masih punya peluang untuk bangkit. Menurutnya, Tesla saat ini identik dengan mobil listrik, seperti halnya merek legendaris yang telah melekat kuat dalam benak konsumen. Namun dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, bisa saja muncul pemain baru yang berhasil menyaingi dominasi Tesla.


Industri otomotif tengah berada di titik balik. Dalam waktu dekat, kita mungkin akan melihat lanskap otomotif yang sangat berbeda dari yang kita kenal selama ini. Merek-merek tradisional harus bergerak cepat dan beradaptasi jika tidak ingin tergilas oleh gelombang perubahan ini.


Pertanyaannya sekarang: Apakah para raksasa lama bisa kembali bangkit dan bersaing? Atau akankah mereka tergeser oleh pemain-pemain baru yang lebih lincah dan inovatif?