Dalam dunia keuangan pribadi yang semakin kompleks, aturan 50/30/20 masih menjadi panduan sederhana yang banyak digunakan untuk menyusun anggaran. Aturan ini membagi pendapatan setelah pajak ke dalam tiga kategori:
50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau pelunasan utang. Meskipun terdengar simpel, penerapan aturan ini dapat sangat bervariasi tergantung pada pendapatan, gaya hidup, dan kondisi ekonomi masing-masing individu.
Ekonomi modern saat ini jauh lebih terfragmentasi dibanding sebelumnya. Dengan maraknya pekerjaan lepas, sistem kerja jarak jauh, dan tekanan inflasi, pendekatan setiap orang terhadap pengelolaan uang pun berubah. Dr. Lydia Perez, seorang peneliti keuangan perilaku dari Global Policy Institute, menyatakan bahwa “Keberhasilan model 50/30/20 tidak terletak pada persentase yang kaku, tetapi pada kemampuannya beradaptasi dengan perilaku keuangan individu dan konteks sosial-ekonomi yang berbeda.”
Mengapa Kebutuhan Beranggaran Kini Berubah
Dalam sepuluh tahun terakhir, prioritas keuangan masyarakat telah bergeser secara drastis. Model anggaran tradisional yang mengandalkan pekerjaan tetap dan pengeluaran yang stabil kini sudah tidak relevan bagi banyak kalangan. Generasi muda, misalnya, kini dihadapkan pada harga rumah yang melonjak, biaya pendidikan yang semakin tinggi, dan gaya hidup digital yang menuntut pengeluaran baru.
Inflasi yang melampaui pertumbuhan upah di banyak negara juga membuat porsi 50% untuk kebutuhan menjadi tidak cukup. Di daerah perkotaan dengan biaya hidup tinggi, seperti tempat tinggal, transportasi, dan makanan, bisa saja menyedot lebih dari 60% dari pendapatan. Dalam situasi seperti ini, penyesuaian perlu dilakukan, bukan dengan meninggalkan model ini, tetapi dengan menyesuaikannya secara cerdas.
Menyikapi “Keinginan” di Era Langganan Digital
Batas antara kebutuhan dan keinginan kini semakin kabur. Dahulu, internet cepat atau layanan penyimpanan data pribadi dianggap sebagai hal opsional. Namun kini, layanan-layanan tersebut menjadi bagian penting dari pekerjaan dan pendidikan.
Perubahan budaya ini membuat alokasi 30% untuk keinginan menjadi semakin rumit. Banyak penasihat keuangan kini menyarankan agar Anda melakukan “audit nilai,” yaitu menilai kembali semua pengeluaran berdasarkan kepuasan jangka panjang, bukan hanya kesenangan sesaat. Dengan cara ini, penyusunan anggaran tidak lagi terasa seperti pengorbanan, melainkan strategi untuk mengutamakan yang benar-benar penting bagi hidup Anda.
20% yang Menentukan Ketahanan Finansial
Tabungan dan pembayaran utang yang termasuk dalam porsi 20% sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup, padahal inilah fondasi dari pembangunan kekayaan jangka panjang. Bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, menabung mungkin terasa tidak realistis. Namun, strategi tabungan mikro seperti transfer otomatis atau alat pembulatan transaksi dapat menanamkan kebiasaan positif tanpa memerlukan jumlah besar di awal.
Penting juga memiliki dana darurat. Studi tahun 2024 dari International Centre for Sustainable Finance menunjukkan bahwa individu dengan cadangan dana minimal tiga bulan biaya hidup memiliki kemungkinan 52% lebih kecil untuk terjerumus ke dalam utang saat menghadapi kehilangan pekerjaan atau keadaan darurat kesehatan secara tiba-tiba.
Menyesuaikan Aturan 50/30/20 Sesuai Gaya Hidup
Tidak semua orang cocok dengan pola 50/30/20. Berikut adalah beberapa contoh penyesuaian berdasarkan gaya hidup:
1. Profesional Lajang
Para pekerja muda biasanya mengutamakan fleksibilitas dan pengalaman, seperti perjalanan atau hobi. Mereka dapat menggunakan model 40/40/20 agar tetap bisa menabung namun tetap menikmati gaya hidup yang mereka inginkan.
2. Keluarga dengan Anak
Kebutuhan seperti pengasuhan anak, pendidikan, dan layanan kesehatan biasanya menyedot biaya tinggi. Rumah tangga ini mungkin perlu menerapkan model 60/20/20, dengan mengurangi pengeluaran untuk keinginan demi menjaga kestabilan dan perencanaan masa depan.
3. Pensiunan atau Kelompok dengan Pendapatan Tetap
Pada masa pensiun, fokus utama adalah menjaga likuiditas dan biaya perawatan. Model anggaran harus mengutamakan perlindungan kekayaan dan penyesuaian kebutuhan hidup yang cenderung stabil.
Teknologi dan Dorongan Perilaku: Kombinasi Cerdas untuk Mengelola Uang
Kemajuan teknologi turut mendukung penyusunan anggaran yang cerdas. Aplikasi keuangan kini mampu menganalisis pengeluaran secara real-time, menandai pola yang tidak biasa, serta memberikan saran otomatis untuk penyesuaian anggaran. Fitur seperti “nudge” atau dorongan perilaku halus juga membantu pengguna memilih menabung daripada belanja impulsif.
Namun, penggunaan aplikasi tidak bisa menjadi satu-satunya andalan. Dr. Perez mengingatkan, “Otomatisasi digital memang meningkatkan kedisiplinan, tetapi literasi keuangan tetaplah fondasinya. Orang harus paham alasan di balik angka-angka mereka.”
Aturan 50/30/20 bukanlah formula yang harus diikuti secara mutlak. Ini adalah kerangka kerja yang dapat disesuaikan dengan pendapatan, tujuan, dan tahapan hidup Anda. Dalam era digital saat ini, di mana keputusan keuangan dipengaruhi oleh data dan psikologi, pendekatan yang fleksibel dan penuh kesadaran dalam mengelola uang adalah hal yang paling penting. Menyesuaikan aturan ini agar sesuai dengan realitas hidup Anda menjadikannya bukan hanya relevan, tetapi juga memberdayakan.