“Kejar-kejaran naik turun, tarik napas dalam-dalam dan genggam tanganmu erat, tak lagi takut akan ketinggian.” Kalimat manis dari lagu Happy Ferris Wheel yang dinyanyikan lembut oleh Eason Chan ini menggambarkan betapa romantisnya perjalanan cinta yang dilambangkan oleh roda raksasa yang berputar pelan.


Lebih dari sekadar wahana hiburan, Ferris wheel kini menjadi ikon kota modern yang penuh makna, memadukan keindahan visual dengan kenangan emosional.


Tak hanya sekadar pemandangan dari atas, keberadaan Ferris wheel menyuntikkan dinamika dan kehidupan dalam lanskap kota. Sama halnya dengan pencakar langit, roda raksasa ini menonjol di antara bangunan tinggi lainnya, menjadi simbol aspirasi, harapan, dan momen berharga yang tak terlupakan.


Asal Usul Ferris Wheel: Kisah Indah dari Era Industri


Banyak yang mengatakan bahwa untuk mencintai sebuah kota sepenuhnya, Anda perlu melihatnya dari ketinggian. Mungkin inilah alasan mengapa banyak orang menaiki Ferris wheel, untuk menyaksikan keindahan tata kota dari sudut pandang yang lebih luas, atau sekadar menikmati momen tenang di tengah hiruk-pikuk kehidupan.


Ferris wheel dikenal sebagai salah satu dari “tiga harta karun taman hiburan”, bersama dengan roller coaster dan komidi putar. Menariknya, konsep awal Ferris wheel sudah muncul sejak abad ke-17 di Bulgaria, dengan bentuk sederhana berupa lingkaran kayu besar yang diputar secara manual oleh orang-orang kuat.


Namun, Ferris wheel modern baru benar-benar hadir setelah Revolusi Industri. Pada tahun 1892, William Somers dari Amerika membangun tiga roda kayu setinggi 15 meter di berbagai kota, termasuk Coney Island. Seorang insinyur bernama George Washington Gale Ferris Jr. kemudian terinspirasi oleh roda ini dan menciptakan versinya sendiri, yang akhirnya dikenang dengan nama “Ferris Wheel”. Ferris menghadirkan roda logam raksasa setinggi 80,4 meter di ajang Columbian Exposition tahun 1893 di Chicago. Wahana ini dibuat untuk menandingi menara Eiffel yang dibangun di Paris empat tahun sebelumnya.


Perkembangan dan Penyebaran Roda Raksasa ke Seluruh Dunia


Setelah pameran Chicago, roda-raksasa kecil mulai bermunculan di berbagai negara. Tak hanya menjadi atraksi utama taman hiburan, roda ini juga menjelma sebagai landmark kota yang penuh daya tarik. Kini, Ferris wheel hadir dalam berbagai variasi desain, mulai dari yang konvensional hingga futuristik.


Secara umum, Ferris wheel terbagi dalam tiga jenis: roda observasi, roda gravitasi, dan roda tanpa poros. Roda gravitasi memiliki kabin yang bergantung dan tetap seimbang karena gaya gravitasi. Sementara roda observasi, seperti London Eye, menggunakan sistem mekanik canggih agar kabinnya tetap horizontal. Sedangkan roda tanpa poros, seperti Big O di Tokyo, tampil unik dengan struktur melingkar tanpa pusat.


Perebutan Gelar Ferris Wheel Tertinggi


Pada awalnya, Ferris wheel adalah bukti kejayaan teknologi. Semakin tinggi sebuah roda dibangun, semakin tinggi pula ambisi dan gengsi kota yang memilikinya. Kota Paris sempat membangun roda setinggi 100 meter pada tahun 1900. Meski akhirnya dibongkar dua dekade kemudian, rekor ini bertahan hampir 90 tahun.


Salah satu Ferris wheel tertua yang masih berdiri hingga kini adalah Wiener Riesenrad di Wina, Austria, yang dibangun pada 1897. Dengan tinggi 64,75 meter dan awalnya memiliki 30 kabin, roda ini tetap menjadi simbol kota bahkan setelah banyak Ferris wheel lain bermunculan.


Memasuki abad ke-21, ambisi untuk menciptakan Ferris wheel tertinggi terus berlanjut. Pada tahun 2000, Inggris memperkenalkan London Eye setinggi 135 meter. Namun, rekor itu segera direbut oleh Nanchang Star di Tiongkok pada tahun 2005, dengan tinggi 160 meter.


Beberapa roda raksasa terbaru adalah High Roller di Las Vegas (167,6 meter) dan roda di puncak Menara Guangzhou yang luar biasa, mencapai ketinggian 450 meter karena berada di atas menara setinggi itu. Sayangnya, beberapa proyek besar seperti Beijing Skywheel dan roda di Dubai serta New York menghadapi kendala ekonomi dan pandemi yang menyebabkan penundaan.


Era Modern: Ketika Roda Raksasa Menjadi Simbol Kota


Kini, Ferris wheel tak lagi sekadar wahana. Ia menjadi simbol ikonik kota yang menunjukkan kemajuan, keindahan, dan kebanggaan lokal. Keindahan dari kabin yang perlahan berputar, dihiasi cahaya gemerlap pada malam hari atau diterpa cahaya lembut matahari pagi, menciptakan suasana yang magis dan romantis.


Namun, di balik semua pesonanya, ada juga tantangan yang harus dihadapi, khususnya terkait keselamatan. Beberapa insiden seperti penghentian mendadak di Orlando Eye yang membuat 66 orang terjebak selama tiga jam, atau kegagalan mekanis berulang pada wahana di Tiongkok, menjadi pengingat bahwa keamanan tetap harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan dan pengoperasian Ferris wheel.


Ferris wheel telah melampaui peran awalnya sebagai alat hiburan. Kini, ia adalah saksi bisu dari jutaan kenangan cinta pertama, lamaran romantis, hingga momen kontemplatif seseorang menatap kota dari ketinggian. Roda yang terus berputar itu menjadi metafora kehidupan: kadang naik, kadang turun, namun selalu menawarkan sudut pandang baru.


Bagi kota-kota di seluruh dunia, memiliki Ferris wheel adalah pernyataan: bahwa kota ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga tempat di mana impian dan harapan bisa berputar bersama angin. Di tengah gemerlap lampu malam atau semilir angin dari atas kota, Ferris wheel terus mengajak Anda untuk bermimpi dan melihat dunia dari sudut yang lebih indah.


Jadi, lain kali saat Anda melihat roda raksasa itu dari kejauhan, ingatlah: itu bukan hanya struktur logam besar yang berputar pelan, melainkan simbol dari cinta, harapan, dan keinginan manusia untuk melihat dunia dari ketinggian yang lebih bermakna.